Disaat ada pria lain yang lebih baik darimu, yang menyayangiku setulus hatinya. Kenapa aku tetap tak mampu mengalihkan hati darimu?
***
Rose berlari sekencang-kencangnya, tak terhitung sudah berapa bahu yang ia tabrak sepanjang pelariannya. Ia tak mengatakan apapun pada orang yang ia tabrak, hanya menunduk sedikit tanda meminta maaf.
Dan kini Rose sampai di belakang gudang sekolah, gudang yang sudah lama tak terpakai. Dan terletak agak jauh dari gedung utama sekolah. Disini hanya ada kursi putih yang tak putih lagi. Juga Padang rumput luas yang ditumbuhi berbagi rumput liar, mungkin jika Rose sedang tidak beruntung ia bisa saja dipatuk ular disini.
Rose tak peduli untuk saat ini, kemungkinan ia akan digigit ular atau menemukan hewan berbahaya atau benda berbahaya lainya. Yang ia inginkan hanya menyendiri, tanpa diketahui siapapun. Menangis sekencang-kencangnya tanpa didengar siapapun.Rose mendudukkan diri di satu-satunya kursi panjang yang ada disana.
Ia mengusap air mata di pipinya dengan kasar, " Kenapa? Kenapa rasanya sesakit ini? Harusnya gue tahu diri, gak seharusnya gue nangis kaya gini. Gue gak berhak " Rose semakin menangis kencang.
Sedu sedan kini mulai terdengar di bibirnya. Masih dengan beberapa air mata yang mengalir, namun tak sederas tadi. Rose membekap mulutnya dengan paksa agar ia tak menangis lebih lama, tapi usahanya hanya sia-sia saja.
Air matanya mulai kering, tangan nya mulai berhenti untuk mengusap wajah nya dengan kasar. Yang menimbulkan bekas merah muda yang sangat kontras dikulit putih nya.
Ia lalu menunduk, mengambil sebuah bolpoin dari saku seragamnya. Memandang bolpoin itu dengan benci, tangan nya sudah terangkat untuk membuang bolpoin itu. Namun saat ia sudah akan melemparkan sejauh yang ia ingin, ia kembali mengurungkan niatnya.
Rose malah menggenggam bolpoin itu dengan erat. Ia kembali menangis, kali ini ia menangis lebih keras. Ia bahkan tak perduli jika ada yang mendengar tangisanya, ia tak perduli. Ia hanya ingin menumpahkan semua, semua rasa bersalah, rasa egois, rasa marah. Semua yang saat ini menyakitinya.
Rose kembali memandangi bolpoin itu, " Kalo..., kalo aja gak ada bolpoin ini. Kalo aja waktu itu Jennie masuk, dan gue gak gantiin dia tugas sebagai sekertaris. Kalo aja.. " Rose menunduk dalam, mengusap kembali air mata yang tak kunjung berhenti mengalir. Membasahi seragam nya sendiri.
" Kenapa, kenapa semua nya harus serumit ini.. kenapa " Rose mengerang dan menengadahkan wajah nya ke langit. Seolah memprotes pada takdir yang telah mempermainkanya. Seolah meratap pada sang semesta karna tak mau berpihak padanya. Seolah meminta permohonan pada sang kuasa untuk memperbaiki semuanya.
Semuanya hanya seolah bagi Rose. Nyatanya sekarang ia tak mampu berbuat apa-apa, yang mampu ia lakukan hanya duduk disini dan menangis sekencang yang ia bisa. Menjerit sekeras yang ia mampu.
Rose menggeleng kuat, ketika kilasan balik masa lalu kembali memenuhi kepalanya. Pertama kali dimana ia dan Jungkook mulai dekat. Pertama kali pertemuan mereka karna hal yang tak terduga. Dan bolpoin ini, yang kini ada digenggaman nya adalah awal dari semuanya. Hal kecil yang merusak segala yang Rose punya, bahkan membuat Rose manjadi terlihat jahat dengan menjadi orang ketiga.
Flashback
Hari ini Jennie ijin tidak masuk dengan alsan sedang sakit. Dan sekarang Rose sedang melangkahkan kakinya dengan malas karena sang ketua kelas, Mingyu menyuruhnya untuk menggantikan Jennie sebagai sekertaris mengikuti rapat guna keperluan Classmeeting.
Dan Rose dibuat kesal, karna mingyu tidak memilih orang lain. Kenapa harus dirinya? Mingyu kan juga bisa, harusnya ketua kelas kenapa malah kini dia yang terjebak dalam kesusahan?
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET LOVE SONG ✔
FanfictionTentang Rose yang berada diantara Jungkook dan Lisa. Dan Jaehyun yang tak pernah menyerah memperjuangkan Rose. [SELESAI] A/n : beberapa chapter dalam perbaikan