Mobil ambulance tersebut berhenti di depan sebuah rumah sakit dan dengan cepat para perawat disana mengeluarkan salah satu pasien mereka yang baru saja mengalami kecelakaan mobil hebat.
Para perawat tersebut nampak dengan cepat mendorong ranjang pasien tersebut hingga sampai pada sebuah ruang operasi.
"Bagaimana keadaannya?"
"Korban mengalami pendarahan yang cukup hebat di kepalanya. Tekanan darahnya juga menurun begitu juga dengan detak jantungnya yang mulai melemah."
"Kita lakukan dengan cepat."
"Ne."
Para dokter yang berada disana mulai melakukan operasi pada pasien tersebut dan dibantu dengan beberapa perawat disana.
.
.
Suara derap langkah kaki yang berlari di lorong rumah sakit tersebut begitu nyaring didengar. Hingga kaki tersebut telah sampai pada salah satu ruang operasi yang lampunya masih merah menyala di atas sana.
"Eomeonim."
Wanita paruh baya yang dipanggil menolehkan pandangannya pada seseorang yang memanggilnya. Sang suami yang menemani wanita tersebut juga ikut mengalihkan pandangannya pada sosok pria dengan bahu lebarnya tersebut yang mulai mendekati mereka.
"Seokjin.."
"Bagaimana? Apa Jisoo baik-baik saja?" Seokjin berlutut dihadapan ibu mertuanya yang sedang menangis, dimana ayah mertuanya juga berada disana dan masih menenangkan sang istri.
"Aku tidak tahu. Ini sudah 3 jam dan operasi Jisoo belum juga selesai."
Seokjin menghela nafasnya dan menggenggam salah satu tangan ibu mertuanya tersebut seolah ikut menenangkannya pula.
"Eomeonim, tidak usah khawatir. Jisoo pasti akan baik-baik saja. Kau tahu wanita itu sangatlah kuat?"
Ny. Kim hanya mengangguk dan berusaha menghentikan tangisnya. Memilih untuk percaya pada ucapan menantunya itu.
Pikiran Seokjin benar-benar kacau saat ini. Beberapa jam yang lalu, ia masih ingat dengan apa yang terjadi dengan dirinya dan Jisoo. Keduanya mengalami pertengkaran karena wanita itu yang tiba-tiba menyodorkan surat cerai padanya.
Puk
Seokjin menatap map biru yang Jisoo lempar begitu saja di atas meja kerjanya.
"Apa itu?"
"Aku ingin bercerai darimu." Jisoo menatap tajam suaminya tersebut.
"Kau bercanda? Kenapa meminta cerai dariku? Apa masalahmu, Jisoo?"
"Apa aku terlihat sedang bercanda sekarang? Aku ingin bercerai darimu, Oppa."
Seokjin menghela nafasnya kasar dan beranjak dari kursi kerjanya, memilih menghampiri Jisoo disana. Dan pria itu cukup terkejut, ketika sang istri menolak begitu saja saat ia mencoba untuk menyentuhnya.
"Jisoo--"
"Jangan sentuh aku. Aku tidak tahu sudah berapa kali tangan itu menyentuh wanita lain."
"Kau menuduhku berselingkuh?"
"Lalu apa yang Oppa lakukan pada Hyejeong dua hari yang lalu? Bukankah Oppa menciumnya saat itu?"
Seokjin terdiam. Jisoo melihatnya saat itu. Astaga, istrinya salah paham terhadapnya. Membuatnya menghela napas sembari melepaskan kacamata baca yang saat ini ia gunakan, meletakkannya pada meja kerjanya setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
back to 17 ❌ jinsoo
Fanfic[18+] ✔ Pernikahan Seokjin dan Jisoo berada di ambang perpisahan. Bagaimana tidak? Jisoo meminta cerai pada Seokjin setelah melihat Seokjin yang mencium wanita lain yang notabene nya adalah mantan kekasih pria itu dan rival Jisoo semasa kuliah dulu...