Jisoo berbalik untuk menatap Seokjin yang masih diam ketika pintu ruang kerja pria itu telah tertutup, meninggalkan pasangan suami istri itu di dalam sana.
"O-Oppa, kau tidak mungkin percaya padanya, bukan? Pria itu namanya Jinyoung. Aku bahkan sudah menceritakan padamu bahwa dia adalah temanku."
Seokjin masih diam, belum merespon apapun pada Jisoo. Dan itu semakin membuat Jisoo panik jika pria itu akan percaya dengan semua ucapan Hyejeong.
"Oppa, jangan diam saja. Katakanlah sesuatu. Kau tidak mungkin percaya padanya, bukan?"
Seokjin perlahan memundurkan langkahnya, membuat Jisoo semakin bingung ditambah ada rasa khawatir jika saja Seokjin tidak mempercayainya.
"Oppa--"
"Kemarilah."
"Huh?"
Seokjin merentangkan kedua tangannya dihadapan Jisoo. Semakin membuat bingung Jisoo disana.
"Oppa, apa--"
"Kemarilah. Aku ingin memelukmu saat ini."
Entah mengapa, Jisoo bernafas lega mendengar ucapan Seokjin saat itu. Sebelum akhirnya beranjak memeluk Seokjin dan pria itu yang membalas pelukan Jisoo bahkan lebih erat saat tubuh kecil itu ada dalam pelukannya.
"Hah, kalau sikapmu seperti ini terus, aku berharap aku bisa bertemu denganmu saat usiamu 17 tahun."
"Huh? Apa maksud, Oppa?"
Seokjin merenggangkan pelukan mereka, membuat kedua pasang mata mereka kini saling bertatapan.
"Kau benar-benar berbeda."
"Aku? Berbeda?"
"Kau bisa melawan semua kata-kata Hyejeong tadi bahkan sampai menahan tamparannya padamu. Biasanya, kau akan diam atau seolah tak peduli dengannya. Aku sampai harus berpikir, apa kau sama sekali tidak merasakan kemarahan pada Hyejeong? Itulah sebabnya mengapa dia masih mengejarku hingga saat ini. Itu karena kau sendiri pun tak peduli ataupun menyuruhnya untuk menjauhiku."
Jisoo belum menjawab Seokjin dan masih menatap pria itu. Seokjin beranjak menyentuh helaian rambut Jisoo dan mencium keningnya setelahnya.
"Kau seharusnya dari dulu menjadi Jisoo yang seperti tadi. Melawan dan menyuruhnya untuk menjauhiku. Dengan begitu, aku akan semakin bersemangat untuk menjauhinya karena aku tahu jika kau tak suka dengan kehadirannya."
Jisoo tersenyum pada Seokjin dan kembali memeluk pria itu.
"Aku akan berusaha, Oppa. Untuk mengingat semuanya."
.
.
"Wah, ada apa ini? Tidak biasanya kau akan datang kemari, hyung."
Semua yang ada disana beralih setelah mendengar ucapan Namjoon yang melihat Jisoo dan Seokjin yang mulai berjalan ke arah meja yang ditempati mereka.
"Berterimakasihlah kalian semua pada Jisoo. Kalau bukan karena dia memaksaku, aku tidak akan mungkin ikut makan siang disini."
Semua yang ada disana hanya bisa tersenyum mendengar Seokjin.
"Oh ya, aku akan mengambilkan makan siang untukmu, Oppa."
"Tidak perlu, eonni. Biar aku yang mengambilkannya untuk kalian berdua." Ucap Jennie dan setelahnya berlalu pergi dari sana.
"Oh ya, aku sudah hampir mengenal kalian semua." Ucap Jisoo dan pandangannya kini beralih pada Taehyung yang memang duduk tak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
back to 17 ❌ jinsoo
Fanfiction[18+] ✔ Pernikahan Seokjin dan Jisoo berada di ambang perpisahan. Bagaimana tidak? Jisoo meminta cerai pada Seokjin setelah melihat Seokjin yang mencium wanita lain yang notabene nya adalah mantan kekasih pria itu dan rival Jisoo semasa kuliah dulu...