Eleven

6.7K 619 27
                                    

"Jadi, apa benar aku pernah mengatakan cerai padamu?"

Seokjin mengalihkan pandangannya dari Jisoo dan memilih beranjak kembali ingin meninggalkan Jisoo.

"Oppa--"

"Benar. Kau pernah mengatakan cerai padaku. Apa saat hilang ingatan seperti ini pula, kau harus mengatakan kata-kata itu lagi padaku?" Ucap Seokjin dengan cepat dan meninggikan suaranya, membuat Jisoo sedikit takut ketika pria itu meninggikan suaranya padanya.

"Kenapa kau senang sekali mengatakan cerai padaku? Aku mencintaimu dan kata-kata itu benar-benar menyakitkan ketika aku mendengarnya darimu."

Jisoo memberanikan dirinya untuk turun dari ranjangnya dan berjalan menghampiri Seokjin yang saat ini masih berdiri membelakanginya. Walaupun tampak ragu dan masih takut, Jisoo tetap mengambil salah satu tangan Seokjin dan menggenggamnya, membuat sang pemilik tangan kini beralih menatapnya.

"M-aafkan aku, Oppa. Baiklah, aku tidak akan bertanya apapun lagi padamu. Dan seperti katamu, aku akan mengingat sendiri apa yang kulupakan. Aku tidak akan lagi bertanya apapun padamu."

Entahlah, hati kecil Jisoo sangat tidak menyukai saat Seokjin membentaknya tadi. Ada sebuah tarikan yang menarik wanita itu agar mendekat ke arah Seokjin dan menenangkan pria itu.

Seokjin menghela napasnya, berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. Dan pria itu berbalik,  dengan cepat membawa tubuh Jisoo ke dalam pelukannya tanpa memperdulikan bagaimana raut wajah terkejut Jisoo saat itu. Perlahan tapi pasti, Jisoo membalas pelukannya dan membuat Seokjin semakin mengeratkan pelukannya pada Jisoo.

"Kumohon, jangan katakan hal itu padaku lagi."

"Aku mengerti. Aku tidak akan mengatakan itu lagi padamu."

"Dan maaf, karena membentakmu. Aku tidak bermaksud saat melakukannya tadi padamu."

"Tak apa, Oppa. Aku mengerti."

Seokjin semakin memeluk erat tubuh Jisoo, seolah memberitahukan padanya jika kata-kata yang Jisoo ucapkan tadi adalah kata yang paling ditakutinya sepanjang hidupnya.

Demi Tuhan, pria Kim itu tidak akan pernah mau berpisah ataupun bercerai dari wanita itu. Itu sama saja dengan membuatnya mati secara perlahan-lahan.

"Aku memang menginginkan kau mengingat semuanya. Tapi tidak dengan saat kau meminta cerai dariku."

.

.

"Selamat pagi semuanya."

"Selamat pagi, eonni."

Jisoo mengambil tempat duduk kosong diantara ketiga teman-temannya itu.

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

"Ah, kami sedang mengurus pernikahan Jimin Oppa dan juga Jennie eonni." Ucap Rosè yang memang duduk di samping Jisoo.

"Hmm? Kau akan menikah Jennie?" Tanya Jisoo menatap Jennie yang duduk di hadapan Jisoo. Sedangkan yang ditanya hanya membalasnya dengan senyumannya.

"Wah, selamat Jennie."

"Terima kasih, eonni."

"Tapi, yang mana yang namanya Jimin?"

"Ah aku lupa memberitahumu, eonni. Itu dia." Ucap Jennie sembari berbalik dan menunjuk ke arah seseorang.

"Hmm, apa pria yang berambut pirang itu?"

"Hmm. Dia Jimin, kakaknya Rosè."

"Ah, jadi dia kakakmu? Baiklah. Aku akan mengingatnya. Jadi aku sudah mengenal Seokjin Oppa, lalu kalian berempat, Yoongi dan Namjoon. Dan terakhir adalah Jimin. Apa masih ada yang harus kuingat lagi?"

back to 17 ❌ jinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang