Jisoo dan ibunya saat ini hanya bisa menatap bagaimana Jihoon yang duduk di hadapan mereka.
"Apa kau tidak makan selama berhari-hari?" Ucap Ny. Kim dan hanya ditanggapi Jihoon dengan anggukan sembari masih memasukkan beberapa sendok nasi beserta lauknya ke dalam mulutnya.
"Dimana kau menemukan anak ini?" Bisik Ny. Kim
"Dia tidak sengaja menabrakku tadi karena dia dikejar-kejar oleh beberapa pria bertubuh besar."
"Kenapa dia dikejar-kejar? Kau bilang usianya bahkan baru sepuluh tahun."
"Eomma tidak usah khawatir. Semuanya sudah aku tangani."
Jisoo pun mengembalikan pandangannya pada Jihoon yang telah menyelesaikan makannya. Dengan cepat, Jisoo menyodorkan segelas air padanya. Jihoon melirik sekilas gelas itu lalu pada Jisoo dan perlahan mulai mengambilnya dan meneguk air di dalam gelas itu.
Jisoo tersenyum melihat bagaimana Jihoon yang membersihkan sisa-sisa makanan di mulutnya dengan tangannya sendiri.
"Terima kasih noona atas makanannya."
"Sama-sama. Oh ya, apa kau sudah membersihkan dirimu?"
Jihoon menggeleng menjawab Jisoo.
"Kalau begitu, kau bersihkan dirimu setelah ini. Aku akan menyiapkan kamar dan pakaian untukmu."
"T-Tidak perlu, noona. Kau sudah memberikan makan saja padaku, aku sudah sangat senang."
Jihoon beranjak berdiri dari duduknya dan membungkukkan badannya pada Jisoo dan ibunya.
"Terima kasih karena sudah menolongku. Kalau begitu, aku akan pergi."
Jihoon membungkuk sekali lagi dan beranjak pergi. Jisoo yang melihat itu dengan cepat pula mengejar Jihoon, membuat bocah laki-laki itu menatap bingung pada Jisoo.
"Kau lupa? Aku sudah menyuruhmu untuk tinggal disini bersamaku."
"Huh? T-Tpi aku--"
"Mulai hari ini, kau akan menjadi putraku."
"Huh?"
Jihoon semakin dibuat terkejut dengan perkataan Jisoo. Bahkan ibunya yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka mendekat pada Jisoo.
"Jisoo--"
"Eomma, kumohon. Biarkan aku menjadi ibu bagi Jihoon."
"Tapi, bagaimana jika Seokjin--"
"Seokjin Oppa pasti akan setuju juga denganku. Bukankah dia mencintaiku? Dia pasti akan bisa menerima Jihoon juga."
Ny. Kim kini beralih pada Jihoon yang masih terdiam menatap perdebatan anak dan ibu itu.
"N-Noona, kau tidak perlu mengatakan itu. Aku tidak ingin menjadi beban bagi orang lain."
"Siapa yang menjadi beban? Aku malah senang jika kau mau menerimaku sebagai ibumu."
Jihoon kini semakin terdiam. Pandangannya menunduk antara sedih dan juga senang. Sedih ia bahkan tidak tahu siapa orang tuanya dan senang karena ada seseorang yang mengangkatnya sebagai anak.
"Jihoon, kumohon." Ucap Jisoo dengan semakin mengeratkan genggamannya pada Jihoon. Jihoon beralih menatap Ny. Kim yang juga kini menatapnya seolah menunggu jawabannya.
"K-Kalau noona tidak keberatan, aku juga tidak bisa menolak."
"Bisakah aku memelukmu saat ini?" Ucap Jisoo dengan senyumannya.
Jihoon hanya mengangguk menjawab Jisoo dan setelahnya tubuh bocah kecil itu sudah berada dalam pelukan Jisoo yang masih tersenyum sembari menahan tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
back to 17 ❌ jinsoo
Fanfiction[18+] ✔ Pernikahan Seokjin dan Jisoo berada di ambang perpisahan. Bagaimana tidak? Jisoo meminta cerai pada Seokjin setelah melihat Seokjin yang mencium wanita lain yang notabene nya adalah mantan kekasih pria itu dan rival Jisoo semasa kuliah dulu...