Seokjin menghentikan langkahnya saat dirinya menyadari jika ada seseorang yang sedang menghalangi jalannya saat ini.
"Apa lagi?" Tanyanya, bersamaan dengan sebuah helaan napas dimana siapapun yang melihatnya akan merasa jika pria itu terlalu lelah dengan kehadiran sosok wanita dihadapannya.
Hyejeong memasang senyumnya disana. Tak perduli dengan bagaimana raut wajah Seokjin dan menggenggam salah satu tangannya. "Oppa, bisakah temani aku hari ini?"
Seokjin menghela nafasnya, bersamaan dengan dirinya melepaskan genggaman Hyejeong padanya.
"Aku tidak bisa."
"Ayolah, Oppa. Untuk hari ini saja. Jika besok aku tidak ada lagi di dunia ini bagaimana, hmm?"
Seokjin terdiam dan menatap Hyejeong yang masih mengeluarkan ekspresi memohonnya.
"Itulah jika kau tidak pernah mendengarkan perkataanku dari dulu."
Hyejeong menundukkan kepalanya mendengar Seokjin, menautkan kedua tangannya.
"Aku tahu aku bersalah. Kalau begitu kau bisa temani aku hari ini, bukan?" Ucap Hyejeong masih dengan nada permohonannya.
Seokjin masih menatap pada Hyejeong disana, sebelum akhirnya mengangguk menjawabnya.
"Baiklah."
Hyejeong menampakkan senyumannya dan setelahnya langsung menarik Seokjin pergi bersamanya.
.
.
"Jadi kau sudah mengingat semuanya?"
Jisoo mengangguk menjawab pertanyaan ibunya.
"Termasuk mengetahui jika aku tidak akan pernah bisa memiliki seorang anak."
"Jisoo..." Ny. Kim beranjak lebih mendekat pada Jisoo dan menggenggam kedua tangannya.
"Maaf, karena eomma tak pernah bercerita apapun tentang hal itu padamu. Seharusnya, eomma menceritakannya saat eomma mendengarnya langsung dari dokter saat itu."
Jisoo mengerutkan keningnya bingung. "Maksud eomma? Aku tidak mengerti."
"Apa kau ingat kau punya luka tusuk di bagian perutmu?"
Jisoo dengan cepat menyingkap kaos biru muda yang ia pakai sekarang dan benar saja apa kata ibunya, ada sebuah luka di bagian perut kanannya yang mulai memudar.
"Eomma, untuk luka ini, aku sama sekali tidak mengingatnya."
"Kau mendapatkannya saat menolong temanmu yang bernama Lisa itu. Dokter mengatakan luka tusukmu itu merusak bagian rahimmu sehingga kau akan sulit nanti untuk memiliki seorang anak." Ucap Ny. Kim dan setelahnya mengalihkan pandangannya dari Jisoo.
"Maafkan, eomma. Seharusnya eomma mengatakannya padamu saat itu juga. Bukannya memaksa dokter itu untuk tak memberitahumu tentang hal ini."
"Eomma..."
"Eomma hanya takut kau tak akan bisa menerimanya. Apalagi, saat itu kau masih dalam masa paling dekat dengan Seokjin. Eomma juga sengaja memberitahukan padanya bahwa kau akan sulit mempunyai anak. Tapi diluar dugaan eomma, Seokjin malah tersenyum dan mengatakan bahwa dirinya tetap akan menikahimu apapun yang sedang terjadi padamu."
"Eomma..." Jisoo beranjak memeluk ibunya tersebut yang sudah mulai mengeluarkan airmatanya.
"Eomma tidak bersalah. Eomma hanya ingin kebahagiaanku. Dan lihatlah sekarang. Seokjin Oppa menerimaku apa adanya. Itu juga berkat kejujuran eomma. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika Seokjin Oppa mengetahui hal ini setelah kami menikah. Aku tahu dia pasti akan tetap di sampingku. Tapi aku tidak yakin dia akan memaafkanku nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
back to 17 ❌ jinsoo
Fanfiction[18+] ✔ Pernikahan Seokjin dan Jisoo berada di ambang perpisahan. Bagaimana tidak? Jisoo meminta cerai pada Seokjin setelah melihat Seokjin yang mencium wanita lain yang notabene nya adalah mantan kekasih pria itu dan rival Jisoo semasa kuliah dulu...