"Eomma, siapa paman ini?"
Mendengar ucapan putrinya yang dirasanya tak masuk akal membuat Ny. Kim dengan cepat menghadapkan tubuh Jisoo padanya.
"Jisoo, apa yang kau katakan barusan?"
"Memang ada yang salah dengan perkataanku? Aku hanya bertanya siapa paman ini. Kenapa dia tiba-tiba memelukku tadi? Bukankah seharusnya eomma memarahinya karena sembarangan memelukku?"
Ny. Kim beralih menatap Seokjin yang masih terdiam di tempatnya. Wanita itu tahu, pria itu pasti juga sangat kebingungan dengan sikap Jisoo saat ini.
"A-Aku akan memanggil dokter." Ucap Seokjin akhirnya dan berlalu meninggalkan kamar rawat Jisoo.
"Jisoo, apa kau ada masalah dengan Seokjin? Jangan seperti ini. Kau tidak lucu sama sekali."
"Eomma, aku tidak mengerti apa maksudmu. Dan juga kenapa aku harus dirawat di rumah sakit seperti ini? Aku hanya terpeleset jatuh. Kau berlebihan sekali, eomma."
Ny. Kim hanya bisa memandang Jisoo dengan pandangan tidak percaya. Masih terlalu bingung dengan semua sikap putrinya yang terasa aneh baginya.
.
.
"Jadi, bagaimana dokter?"
"Sepertinya, benturan keras di bagian belakang kepalanya sedikit merusak kerja memorinya sehingga membuatnya amnesia."
"Tapi, kenapa dia hanya tidak bisa mengenal suaminya sendiri?"
"Nyonya bilang dia hanya mengingat kejadian saat dirinya terjatuh karena terpeleset di hari ulang tahunnya yang ke-17. Mungkin saja saat dia dalam keadaan koma, memorinya terhenti sampai disitu saja."
Kedua orangtua Jisoo hanya bisa terkejut mendengar penuturan dokter tersebut. Tidak jauh beda juga dengan Seokjin, pria itu bahkan masih terdiam di tempatnya saat mendengar penjelasan sang dokter.
"Apa saat dia berumur 17 tahun, Nona Kim sudah mengenal suaminya?"
"Belum. Aku mengenalnya saat kami masuk di universitas yang sama."
"Sepertinya, itulah penyebabnya mengapa Nona Kim tidak bisa mengenali suaminya sendiri."
Ny. Kim beranjak mendekat pada Seokjin, mengelus bahu menantunya seolah menenangkannya. Wanita itu sangat mengerti, mungkin saja Seokjin merasakan kesedihan yang lebih dalam ketika mengetahui keadaan Jisoo saat ini.
"Seokjin, kau tenang saja. Aku pasti akan membantumu membuat Jisoo mengingatmu lagi. Tapi kau harus bersabar karena ini tidak mudah."
Seokjin masih belum menjawab apapun disana. Namun dirinya hanya bisa menghela napasnya, menatap pada Ibu mertuanya dan memaksakan senyumnya disana.
"Kurasa, aku harus pergi ke kantor sekarang."
Ny. Kim tak mengatakan apapun. Tak pula menahan kepergian Seokjin saat itu dan hanya bisa menatap sedih pada menantunya itu. Ia tahu, pasti Seokjin merasakan kesedihan saat Jisoo tidak bisa mengingatnya.
.
.
"Oh, Oppa. Kau datang ke kantor hari ini?"
Seokjin menghentikan langkahnya dan langsung memberikan tatapan tajamnya pada Hyejeong.
"Ini di kantor. Kau harus bisa bersikap profesional dan memanggilku dengan benar."
Mendengar nada dingin itu hanya bisa membuat Hyejeong terdiam disana. Berdehem sejenak untuk menetralkan dirinya pula. "Maaf, Sajangnim." Ucapnya, sedikit menundukkan kepalanya saat mengatakan kalimat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
back to 17 ❌ jinsoo
Fanfiction[18+] ✔ Pernikahan Seokjin dan Jisoo berada di ambang perpisahan. Bagaimana tidak? Jisoo meminta cerai pada Seokjin setelah melihat Seokjin yang mencium wanita lain yang notabene nya adalah mantan kekasih pria itu dan rival Jisoo semasa kuliah dulu...