Two

8.1K 897 21
                                    

Seokjin masih berjalan di sekitar koridor rumah sakit dengan Jisoo yang sudah tertidur di gendongannya. Langkahnya terhenti saat melihat kedua orang tua Jisoo yang duduk di kursi tunggu di luar kamar rawat Jisoo.

"Eomeonim."

Panggilan itu membuat Ny. Kim mengalihkan pandangannya saat itu. Bernapas lega ketika melihat sang putri akhirnya bisa ditemukan

"Ya Tuhan, Jisoo..."

Kedua orangtua Jisoo kini beranjak mendekat, menatap pada Jisoo yang bahkan masih terlelap dan bersandar pada Seokjin yang masih menggendongnya.

"Dimana kau menemukannya?"

"Aku menemukannya di taman dekat sekolah dasarnya dulu."

Sedikit terkejut ketika mendengar ucapan Seokjin. Mengingat jika taman yang dikatakan olehnya berada cukup jauh dari rumah sakit tempat Jisoo dirawat. Namun perasaan lega itu kini lebih mendominasi, melihat Jisoo yang baik-baik saja.

"Ya sudah. Bawa Jisoo ke kamarnya lagi." Ucap Tn. Kim dan langsung mendapat anggukan dari Seokjin. Membawa kembali sang istri ke dalam kamar rawatnya dan membaringkannya perlahan di atas tempat tidurnya.

"Abeonim, bisa panggilkan dokter Han kemari?"

"Hmm, baiklah."

Tn. Kim beranjak pergi saat itu, setelah sebelumnya Seokjin mengucapkan terima kasihnya dan mengembalikan pandangannya pada Jisoo. Menarik selimut untuk menutupi tubuh sang istri setelahnya.

"Ini semua salahku. Kalau aku tidak memaksanya untuk mengingatmu, pasti dia tidak akan tertekan."

Pandangan Seokjin beralih pada Ibu mertuanya yang menatap Jisoo dengan sendu dan juga rasa bersalahnya.

"Eomeonim, ini bukan salahmu. Tapi aku mohon jangan memaksanya. Lagipula, kalau dia berusaha ingin mengingatku, perlahan ia pasti akan mengingatku nantinya."

Ny. Kim hanya mengangguk disana, memilih untuk mendekat pada Jisoo sembari mengelus kepala sang putri dengan lembut.

.

.

Pagi kembali datang, membuat semua manusia yang ada di bumi memaksa membuka matanya karena cahaya matahari yang masuk di sela-sela ventilasi jendela mereka.

Begitupun Jisoo, wanita itu mengerjap dan menyesuaikan dirinya dengan sinar matahari yang masuk ke ruang rawat inapnya.

Pandangan Jisoo beralih pada pria yang Ibunya bilang adalah suaminya. Pria itu bahkan selalu memegang tangan kanannya dan tertidur dengan posisi terduduk.

"Apa dia tidak risih tidur dengan duduk seperti itu?"

Jisoo perlahan melepaskan tangannya yang masih digenggam tanpa membangunkan Seokjin. Dan berhasil, tanpa sadar menghela napasnya karena berhasil untuk tak membangunkan pria itu.

Ceklek

Jisoo beralih menatap pintu rawatnya yang terbuka dan ia bisa melihat seorang perawat yang sepertinya akan melakukan pemeriksaan biasa padanya.

"Selamat pagi, Nyonya--"

Perawat itu menghentikan kalimatnya saat Jisoo mengisyaratkan perawat tersebut untuk mengecilkan suaranya dengan meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. Jisoo lalu mengarahkan pandangannya pada Seokjin yang tertidur, membuat perawat tersebut mengangguk mengerti dengan apa yang Jisoo isyaratkan padanya.

"Baiklah Nyonya Kim, aku akan melakukan pemeriksaan dulu pada anda." Ucap perawat tersebut sedikit memelankan suaranya karena Jisoo yang terus mengisyaratkannya untuk mengecilkan suaranya.

back to 17 ❌ jinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang