Jisoo berdiri dengan masih memegang tangan Jihoon yang kini di sampingnya. Tatapannya belum beralih dari seorang pria yang berdiri beberapa meter darinya dengan tatapan pria itu yang masih berada pada batu nisan yang ada di hadapannya saat itu.
"Jihoon, bisakah kau diam disini sebentar saja?"
Jihoon hanya mengangguk menjawab Jisoo. Jisoo tersenyum sekilas pada Jihoon sebelum beranjak mulai mendekat pada Seokjin dan berdiri di sampingnya.
"Oppa..."
Seokjin terkesiap setelah mendengar suara yang tidak asing di telinganya.
"Jisoo, kau kenapa bisa disini?"
"Oppa tidak mengangkat panggilanku sedari tadi. Jadi, aku memutuskan untuk pulang ke Seoul sendiri."
"Ah, maaf. Aku melupakanmu."
"Tidak apa." Ucap Jisoo tersenyum pada Seokjin dan beralih menatap nisan yang ada di hadapan mereka saat ini.
"Kita pulang sekarang?"
"Oppa sudah selesai?"
"Hmm."
Seokjin beralih menggenggam salah satu tangan Jisoo dan beranjak pergi dari sana. Langkahnya terhenti saat menyadari Jihoon yang masih berdiri menatap keduanya. Melihat itu, Jisoo pun beranjak menarik Seokjin bersamanya dan mendekat pada Jihoon.
"Jihoon, beri salam. Dia ayahmu."
"Jisoo--"
"Oppa, kau mencintaiku, bukan?"
Seokjin terdiam sejenak sebelum pandangannya beralih pada Jihoon. Seokjin kembali mengarahkan pandangannya pada Jisoo dan menariknya sedikit menjauh dari Jihoon.
"Apa maksud perkataanmu tadi?"
"Aku ingin Jihoon menjadi anak kita."
"Dimana kau bertemu dengannya? Lalu dimana orang tuanya?"
"Aku tidak sengaja bertemu dengannya. Dia kabur dari panti asuhan, jadi dia tidak tahu siapa orang tuanya."
"Bagaimana kau bisa mengangkat seseorang sebagai anak sementara kau tidak tahu apakah orang tuanya masih hidup atau tidak?"
"Oppa, aku hanya ingin mewujudkan keinginanmu yang ingin mempunyai seorang anak itu saja."
"Kau..."
Seokjin menggantungkan kalimatnya mendengar Jisoo. Ia menghela nafasnya dan mengalihkan pandangannya dari Jisoo. Sedangkan Jisoo berusaha untuk tetap tenang walaupun hatinya saat ini sedang dalam keadaan tidak baik setelah mengatakan hal itu pada Seokjin.
"Oppa, kumohon. Aku ingin menjadi ibu bagi Jihoon dan merawatnya. Aku juga tidak akan mungkin memiliki seorang anak, bukan? Maka dari itu--"
"Bukankah sudah kubilang jika aku tak mempermasalahkan hal itu?"
Jisoo terkesiap setelah mendengar Seokjin yang meninggikan nada suaranya. Seokjin yang menyadari kesalahannya lagi-lagi hanya bisa menghela nafasnya.
"M-Maaf." Hanya kata itu yang bisa Seokjin keluarkan. Ia melirik sekilas ke arah Jihoon yang masih diam disana memperhatikan keduanya. Bocah itu bahkan sudah menundukkan kepalanya.
Pandangan Seokjin beralih menatap Jisoo yang juga menundukkan kepalanya dengan tangan yang bertaut.
"Kau benar-benar ingin merawatnya?"
Jisoo mengangguk menjawab Seokjin.
"Lihat aku jika aku sedang berbicara padamu."
Jisoo mengikuti perintah Seokjin dan mengalihkan pandangannya pada pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
back to 17 ❌ jinsoo
Fanfiction[18+] ✔ Pernikahan Seokjin dan Jisoo berada di ambang perpisahan. Bagaimana tidak? Jisoo meminta cerai pada Seokjin setelah melihat Seokjin yang mencium wanita lain yang notabene nya adalah mantan kekasih pria itu dan rival Jisoo semasa kuliah dulu...