Hyejeong membuka pintu rumah dengan perlahan, berusaha pula untuk tak membuat suara sedikitpun. Keadaan rumah saat itu telah gelap, membuat Hyejeong bernafas lega dan berjalan mengendap-ngendap memasuki rumah.
Hyejeong terkesiap saat lampu dirumah tersebut mulai menyala dan membuatnya semakin terdiam di tempat saat melihat ibunya yang berada di dekat tempat saklar lampu.
"E-Eomma..."
"Darimana saja kau seharian ini?"
"T-Tentu saja aku bekerja."
"Ayahmu bilang jika kau mengambil cutimu sehari ini."
Hyejeong semakin terdiam mendengar nada dingin yang dikeluarkan ibunya.
"Bagaimana pekerjaanku yang aku suruh padamu? Kau sudah mendapatkan surat itu?"
"Eomma, aku baru beberapa hari bekerja disana. Tolong beri aku waktu sedikit lagi."
"Baiklah, aku akan memberimu waktu lagi. Tapi pertama, kau harus pilih hukumanmu untuk hari ini karena kau sudah menyia-nyiakan waktumu sehari."
"Eomma, kumohon--"
"Kau yang pilih hukumanmu. Kau mau aku memukul kaki indahmu itu dengan tongkat, atau kau mau aku siram dan menguncimu di dalam kamar mandi?"
Hyejeong berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya di hadapan ibunya. Itu akan semakin membuat emosi pada ibunya semakin meningkat.
"A-Aku pilih pilihan kedua."
"Anak pintar. Kalau begitu, kau harus melepas semua bajumu itu, sayang."
"Eomma--"
"Tidak ada siapa-siapa di rumah ini selain kita berdua. Jadi, kau bisa lepaskan semua pakaianmu saat ini."
Hyejeong tak mempunyai pilihan lain, perlahan mulai membuka semua pakaiannya dengan masih menahan airmatanya. Hingga semua pakaian yang ada di tubuhnya sudah ia tanggalkan, membuatnya saat ini tidak mengenakan apapun dihadapan ibunya.
Ny. Shin mulai berjalan mendekat pada Hyejeong yang masih menundukkan kepalanya. Wanita itu menelisik seluruh tubuh anak gadisnya itu yang beberapa diantaranya terdapat beberapa luka karena dirinya yang selalu menyiksa Hyejeong.
Dengan cepat ia menarik Hyejeong bersamanya. Ny. Shin bahkan tak mempedulikan ringisan yang dikeluarkan Hyejeong saat ia menarik tangan wanita itu dengan kasar.
Hingga Ny. Shin menjatuhkan tubuh anaknya tersebut di atas dinginnya lantai kamar mandi di kamarnya sendiri. Sedangkan Hyejeong, gadis itu bahkan tidak bisa melawan ibunya dan meringkuk ketakutan di lantai ubin kamar mandi itu.
"Kau pasti belum mandi setelah seharian ini keluar, bukan? Biar aku memandikanmu."
Hyejeong terkesiap saat dinginnya air shower mulai jatuh dan membasahi tubuhnya, membuatnya lagi-lagi tak bisa berbuat apapun selain menerima air itu membasahi tubuhnya. Ia tidak ingin lagi melawan ibunya atau itu akan semakin membuat ibunya marah.
PLAK
Hyejeong mengepalkan tangannya saat ibunya memukul punggungnya cukup keras, membuat punggung putih tersebut kini terdapat bercak merah.
PLAK
Lagi, sang ibu memukulnya di tempat yang sama. Hyejeong tetap mengepalkan tangannya dan memilih diam saja saat ibunya berkali-kali memukulnya.
"Diam disini hingga besok pagi. Jika aku melihat air di shower ini mati, aku tidak akan segan-segan menambah hukumanmu lagi."
Setelah mengatakan itu, Ny. Shin beranjak pergi dari sana dan mengunci pintu kamar mandi, meninggalkan Hyejeong yang perlahan mulai mengeluarkan airmatanya dan menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
back to 17 ❌ jinsoo
Fanfiction[18+] ✔ Pernikahan Seokjin dan Jisoo berada di ambang perpisahan. Bagaimana tidak? Jisoo meminta cerai pada Seokjin setelah melihat Seokjin yang mencium wanita lain yang notabene nya adalah mantan kekasih pria itu dan rival Jisoo semasa kuliah dulu...