Hujan turun, suaranya bercampur dengan suara sobekan seperti binatang liar yang mengoyak tubuh mangsanya ganas di luar ruangan serta suara tangisan dan jeritan para murid yang ketakutan. Air mulai mengalir dari pipa penampung yang dibuat para murid laki-laki, dari luar. Alwa memanfaatkan air itu untuk membersihkan wajah dan dan tangannya yang terkena noda darah. Wajah Alwa masih terlihat syok serta pucat. Yuki dan Pena mendekat mencoba menenangkan Alwa dan mencoba menyuruhnya beristirahat. Pena memegang dahi Alwa.
"Alwa demam" kata Pena. Sementara murid lain hanya menatapnya iba, beberapa malah makin was-was.
"Kapurnya tinggal dua batang!" Kata Isti yang sendari tadi menabur kapur di sekeliling ruangan kelas.
"AAAAA!! Gue mau pergi! Kalo kita di sini terus, gimana mau selamat?" Tanya Iki yang terlihat mulai ikut frustasi.
"Kalo kita pergi gimana Alwa?" Tanya Yuki sembari berdiri menghadap Iki kesal.
"Lagi pula lo mau mati?" Kali ini Jesi ikut menimpali. Iki mendengus kesal.
Amir terlihat bepikir di sisi kelas dengan punggung yang menempel pada dinding. Masri mengangkat tangan. Semua mata kini tertuju padanya.
"Yang mau ikut angkat tangan!!!" Kata Masri. Amir segera mendorong tubuh Masri.
"Maskud lo apa?" Tanya Amir yang kaget dengan keputusan mendadak Masri.
"Gue ngajak yang lain pergi juga buat kelas!" Masri membela diri. "Biar gue ngambil makanan... Tapi gak bisa kalau cuma ke kantin, di sana banyak zombie, karena deket lab. Di depan ada toserba (toko serba ada), gue bisa ke sana muter, jalur yang lebih aman walaupun jauh.." Masri mencoba menjelaskan. Amir masih diam, memikirkan ucapan Masri.
"Ok! Kita bagi tugas, lo pergi sama mereka, biar gue mgejaga yang di kelas." Kata Amir akhirnya setuju.
Voting dilakukan untuk menentukan siapa yang ingin dan akan pergi. Dan hasilnya Masri, Oki, Iki, Ridwan, Juan, Dila, Fahya, Zahra dan Sita yang akan berangkat. Entah apa yang trio rempong; Fahya, Zahra dan Sita, itu pikirkan sehingga memilih ikut, padahal ketiganya sama-sama penakut.
Persiapan singkat dilakukan. Mereka membawa tas untuk membawa barang-barang yang akan diperlukan nanti. Tak lupa mereka bahkan membawa alat kebersihan seperti kemonceng, sapu, ataupun sekop sebagai senjata kalau-kalau para zombie itu muncul.
Mereka pun berangkat saat hujan mulai reda. Tercium bau busuk dan anyir yang bercampur menjadi satu, membuat para murid kesulitan bernafas, bahkan para perempuan merasa mual kemudian menutup mulut serta hidung dengan satu tangan. Halaman terlihat sepi, sesekali terdengar suara seperti sesuatu yang diseret, terkadang suara itu berubah menjadi seperti orang berlari kemudian kembali berubah menjadi teriakan yang memekakan telinga. Sita mulai menangis karena menyesal sudah ikut keluar kelas.
"Untuk sementara, kelas yang biasanya malas untuk kita masuki berubah jadi semacam surga alakadarnya yang lebih aman..." Gumam Iki. Namun tak satupun yang menghiraukannya karena terlalu waspada.
"AAAAA!!" Tiba-tiba Fahya dan Sita berteriak saat mereka hampir sampai digerbang. Dengan cepat Zahra dan Dila menutup mulut kedua temannya itu.
Terlihat sebuah mobil yang bergoyang; bergerak tak keruan. Dan di dalamnya tampak seseorang tengah berusaha mendobrak pintu mobil keluar. Guru olah raga mereka, pak Tara, kondisi yang begitu mengenaskan, wajah pucat, mata yang putih, tonjolan seperti tanduk kecil begitu mengenaskan. Dan sepertinya beliau hendak kabur sebelum berubah.
Masri dan yang lain meneruskan perjalanan mereka. Semua berjalan lancar hingga sampai ketoserba di depan sekolah.
Tiba-tiba saja, para zombie berdatangan dari segala arah. Para murid itu berteriak sejadinya. Masri yang sangat panik langsung memecahkan kaca depan toko."Masuk!" Perintah Masri. Semuanya langsung menurut, Juan dan Iki segera berlari ke bagian kosmetik, mencari lotion anti serangga dan segera berlari kembali menemui Masri. Masri ikut memakai lotion yang dibawa Juan. Kini mereka bertiga secara membabi buta menyerang ngerombolan zombie itu. Bukan niat untuk menolong teman, yang ada di pikiran mereka hanya bagaimana melawan rasa takut yang terus mendorong mereka untuk melawan dan mengahabisi monster terkutuk ini.
"Cepet ambil semua yang bisa di bawa!" Perintah Dila. Zahra, Fahya dan Sita segera berlarian mengambil banyak hal yang mereka inginkan. Sementara itu Ridwan dan Oki mengambil beberapa dus makanan ringan untuk teman-temannya yang lain.
To be continued...Thanks buat yang udah baca....
Jangan lupa vote dan comment nya...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody School Assignment
Science FictionPetualangan para murid menghadapi petaka akibat percobaan mematikan di sekolah mereka, dan kini menjadi tugas yang harus mereka selesaikan untuk bertahan hidup.