"Gimana lo bisa selamat?" Tanya Ahruz tak percaya.
"Lo semua yang lebay!!" Kata Melly sembari menatap Masri, Oki dan Ahruz. "Lo pikir gue bakal mati secepat itu? Waktu itu gue berhasil kabur, pake barang-barang yang ada di depan toilet cowok... Hehe..." Kata Melly sembari tertawa kecil.
"Dan lo bertahan sampai beberapa hari?" Tanya Fahya. Melly mengangguk mengiyakan.
"Gue lari ke koperasi sekolah!!!" Jawab Melly riang. "Banyak makanan..." Lanjutnya dengan senyum seolah tak ada apapun yang terjadi padanya.
Tiba-tiba saja, pandangan Melly tertuju pada deretan kursi di pojok depan kelasnya.
"Apaan?" Tanya Melly sembari mendekat.
"Buat memperingati yang udah... Mati!" Jawab Zahra. Melly menghitung jumlah kursi dan barang siapa saja yang ada di atasnya. Ekspresinya berubah saat melihat tas kesayangannya berada di salah satu kursi.
"O... O... O...! Lo semua mikir kalo gue mati?" Protes Melly membuat kelas yang tadinya diam karena ketakutan, berubah menjadi kembali 'hidup' dengan candaannya yang membuat hampir seluruh murid di kelas riuh mengejeknya.
Entah pukul berapa sekarang, tapi, satu persatu murid mulai terlelap. Melly masih terdiam melamun di depan kelas, di bawah papan tulis sembari melihat teman-temannya, sementara itu arit tadi ia bawa masih ada di tangannya sampai saat ini. Melihat itu, Arin yang tak bisa tidur langsung mengambil posisi di samping Melly.
"Udah..., tidur sono! Gue yang jaga...!" Kata Melly sembari memperlihatkan senjata miliknya.
"Justru gara-gara itu, kita gak bisa tidur takut lo bunuh..." Sahut Isti yang baru duduk di samping Arin. Melly tertawa pelan.
"Mana mungkin gue kaya gitu, santai..." Jawab Melly.
"Siapa tau..., bukti nya ada yang tega bunuh temen sendiri..." Perkataan Arin membuat Melly sedikit terkejut dan penasaran.
"Siapa?" Melly. Arin dan Isti menatap Masri.
"Juan sama Iki!" Kata Arin. Melly mengerti dengan apa yang dua orang temannya itu maksud. Selanjutnya, Arin dan Isti bercerita tentang bagaimana teman-temannya yang mati saat Melly tidak ada.
Pagi tiba, kali ini Matahari tampak lebih cerah dari kemarin meski tampak kabut tipis dan bau busuk sedikit menutupinya. Semua murid terbangun dan para murid harus terbiasa dengan sosok yang sudah mereka anggap tiada sebelumnya, Melly. Bahkan saat membagikan makanan, Rianis, hampir lupa untuk menghitung Melly.
"Kertas lo kemaren di masukin Amir ke dalam tas..." Kata Masri. Melly hanya mengangguk tak begitu menggubrisnya.
"Emang itu kertas apaan sih?" Tanya Madi tiba-tiba membuat Melly tersedak. "tulisan kelas 2-2 eksperimen..." Lanjut Madi mengingat-ngingat.
"Bukan apa-apa kok, cuma kertas, nemu..." Jawab Melly.
"Ooo..." Sahut Madi.
Melly memperhatikan teman-temannya yang kini dalam kondisi yang terbilang memprihatinkan karena keadaan yang membuat mereka menjadi paranoid terhadap hal-hal kecil. Pena bahkan tak hentinya menyemprot spray anti serangga ke seluruh penjuru kelas, serta tatapan takut pada Masri yang katanya sudah mulai berani membunuh teman-temannya sendiri.
"Mir..., di koperasi masih banyak makanan sama minuman, kita bisa ambil, terus alat-alat kebun kayak arit dan sinso pemotong rumput juga ada, kita bisa bawa buat jaga-jaga..." Usul Melly pada sang ketua kelas, Amir. Amir menarik nafas panjang. Lagi-lagi beberapa di antara mereka harus ada yang keluar, dan tidak ada yang tau siapa yang bisa kembali.
"Asal senjatanya gak di salah gunain aja..." Timpal Septi, sedikit menyindir Masri.
"Kenapa?" Masri yang tak terima dengan ucapan Septi mendekat. "Gue ngelakuin itu juga buat nyelamatin yang lain!!" Lanjut Masri dengan nada penuh emosi membuat Septi terdiam.
"Tapi gak seharusnya lo ngebunuh mereka!!" Kata Sita. Semuanya akhirnya bersuara, ikut mencibir Masri terutama para murid perempuan. Kelas menjadi riuh dengan kata-kata hinaan serta Masri yang terus membela diri dengan nada suara yang penuh emosi, bahkan keadaan makin parah saat Masri mulai adu kekuatan bersama Ahruz.
"Stooopp!!!" Teriak Amir yang mulai kewalahan dengan teman-temannya yang semakin liar dalam perkelahian. Wajah Masri dan Ahruz sudah di penuhi dengan lebam, namun tak ada satupun yang mau menghentikan diri untuk saling memukul. Amir yang bosan terus berteriak akhirnya mendorong tubuh Ahruz menjauh.
"Udah!!!" Kata Amir masih terengah-engah. "Yang udah kejadian gak mungkin juga bakal bisa di balikin! Lo semua masih manusia, kan?" Tanya Amir kembali menunjukan wajah seriusnya.
To be continued....Happy read!!!
Jangan lupa buat vote, dan comment...
Makasih buat yang setia nungguin cerita ini...
Hahaha
Sorry kalo update nya kelaman...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody School Assignment
Science FictionPetualangan para murid menghadapi petaka akibat percobaan mematikan di sekolah mereka, dan kini menjadi tugas yang harus mereka selesaikan untuk bertahan hidup.