"Iya!!! Kenapa? Lo mau..." Masri tak melanjutkan ucapannya saat ia sadar akan pandangan teman-temannya yang lain. Ia terdiam, dan lagi-lagi Amir terduduk lemas tak habis pikir dengan apa yang terjadi padanya.
"Gue takut..., gue..., gue mau pulaaannnggg...!!" Tangis Nia pecah, Yuki segera menyenderkan kepala Nia di bahunya.
"Gue juga..." Sahut Fahya.
"Beiiiibbbb, gimana dong... Beiiiibbbb...!!!" Sita ikut merengek dengan gaya lebay nya yang khas.
Semua murid mencoba bersikap biasa. Amir mencoba meyakinkan dirinya sendiri jika semuanya hanya kecelakaan yang tidak mungkin bisa d putar ulang untuk diperbaiki. Meski semuanya tampak sangat canggung.
Keesokan harinya, para murid melakukan aktivitas seperti biasa di pagi hari, membagikan makanan, lalu sarapan bersama.
"Gak nafsu, gue!" Keluh Arin sembari mendorong piringnya pelan.
"Kenapa?" Tanya Tika heran.
"Lo gak nyium nih bau?" Arin mengiba-ngibaskan tangannya di dekat hidung. Tika menelan ludah mendengar ucapan Arin.
"Heh!! Bisa jaga tuh mulut gak?" Bentak pena kesal karena ia juga sedang menahan bau busuk nan menjijikan ini untuk tetap makan.
"Lebay, tau gak!?" Madi ikut mengomentari. "Gue biasa aja! Nih..." Kata Madi seraya memasukan makanan ke dalam mulutnya.
"Kalo lo gak makan, paling juga sebentar lagi lo yang jadi makanan..." Lanjut Madi.
"Laptop nya
Ridwan masih nyala gak?" Tanya Tiwi tiba-tiba."Buat apa?" Tanya Oki heran.
"Nonton... Drama... Koreaaaaaa!!" Kata Tiwi cengengesan.
"LAAAAHHHHH!" Seru hampir semua murid.
"Lo?" Tanya Oki pada Yuki. "Lo kagak ikut?"
"Beuuuhh! Nanya ke gue..." Kata Yuki dengan tatapan tajam. "IKUUTT LAHH!!" Seketika ekspresi nya berubah.
Oki membantu teman-temannya itu menghidupkan laptop.
"bukan nya seharusnya tuh laptop di taro di kursinya, ya? Buat peringatan...?" Tanya Fahya bingung. Namun, tak satu pun yang menggubrisnya karena hampir semua murid fokus pada laptop Ridwan. Sementara itu, Tiwi cepat mengambil flashdisk nya.
Untuk Sementara, semuanya tampak 'normal'. Hingga Izah melakukan hal tak berguna lagi, mengambil sesuatu di jendela.
"Rin, liat!" Seru Izah menunjukan sesuatu di tangannya pada Arin. Beberapa murid ikut mendekat, mencoba melihat apa yang baru saja di temukan Izah.
"Gimana kalo kita teliti?" Usul Izah girang menunjukan bangkai lalat yang ia temukan.
"Sepinter apasih lo? Tau tentang lalat itu aja gara-gara kejadian ini, kan? Itu pun Melly yang ngasih tau!" Ejek Jesi.
"Udahlah, biarin..., dia, kan, C-E-R-D-A-S!!!" Sahut Rianis. "Tapi, cuma di kalangan sebangsanya aja..." Lanjut Rianis sembari duduk di samping Tiwi.
"Semoga..., kaya senior-senior kemaren! MUAK gue liat kelakuan dia yang sok penting ntu.." Gerutu Tiwi, lalu mencoba fokus pada video drakor yang baru saja di putarnya.
"Malam ini gue yang patroli!" Kata Masri. Semua murid menoleh ke arahnya.
"Dia itu cuma sok! Aslinya penakut kok!" Kata Tiwi pelan pada Rianis dan Yuki.
"Bener! Gue setuju..." Jawab Rianis ikut bersuara pelan, agar tak ada yang mendengar selain mereka bertiga.Tak lama, Izah tiba-tiba saja menuju ke pintu dengan membawa tas.
"Mau kemana lo?" Tanya Amir. Emosinya masih tak keruan karena masih terguncang dengan kejadian yang dilakukan Masri. Semua murid memperhatikan Izah heran dan kesal dengan tingkahnya yang selalu berbeda.
"Perpust!" Jawab Izah ketus.
"Yaaaaaa aammmppuuunnn! Bisa biasa aja gak sih ngomongnya?" Kata Rianis yang emosinya terpancing.
"Tau tuh orang!" Kata Tiwi sembari mendengus kesal pada Izah. "Liat tuh! Wajah nya! Minta dihajar!!" Sambung Tiwi kesal.
Yuki hanya menyeringai kesal. Namun, Izah tak memperdulikan kata teman-temannya itu. Ia mengambil tas dan mencoba meraih ganggang pintu.
"Eh!! Izah! Lo bisa gak sih diem aja? Bosen gue liat lo gerasak-gerusuk gak jelas gitu... Semua yang lo lakuin gak ada yang BERGUNA!!!!!" Kali ini sang ketua kelas, Amir terlihat benar-benar marah.
Sejenak kelas menjadi hening. Semua terdiam, mereka tak pernah melihat Amir semarah itu. Yang terdengar hanya suara dari PC Ridwan yang masih memutar drama korea milik Tiwi.
Happy read!!
Jangan lupa vote dan komen nya!!
;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody School Assignment
Science FictionPetualangan para murid menghadapi petaka akibat percobaan mematikan di sekolah mereka, dan kini menjadi tugas yang harus mereka selesaikan untuk bertahan hidup.