The Graduation

2.9K 252 39
                                    

"Melly mah, semuanya di kuasain..." Canda Madi.

"Bukan!" Elak Melly. "Nanti malam gue kasih tau!" Kata Melly dengan wajah yang sumringah. Semuanya heran.

"Makanan masih banyak, kan?" Tanya Melly lagi. Rianis mengangguk dengan wajah bingung, tak mengerti maksud Melly.

"Kok muka lo semua kayak gitu, sih?" Lagi-lagi seluruh murid 3-2 menatapnya heran.

Melly mendengus kesal.

"Malam ini kita pesta KELULUSAN!!!" Sekali lagi Melly mencoba membuat teman-temannya bersemangat sama seperti dirinya.

"Ada-ada aja!" Protes Jesi. "Entar makanan habis, lo mau keluar?" Kali ini Melly geram.

"Emang habis ini kita bakal keluar, udah lulus, kok, ngapain masih di sekolah?" Sahut Melly.

"Maksudnya?" Zahra heran.

"Udah, ikut aja kata gue entar malam gue cerita..." Kata Melly.

Oki mencoba mempercayai Melly, ia menggunakan jabatannya untuk mengerahkan seluruh sisa murid yang ada.

Kelas dihias seadanya. Papan tulis kini bertuliskan 'GRADUATION'. Beberapa berlatih vokal. Semuanya larut dalam persiapan 'kelulusan' mereka sendiri.

"Cepet banget ya, udah lulus?" Gumam Arin. Isti, Zahra, Fahya dan Sita yang berada dekat Arin hanya tersenyum.

Malam tiba, gadget yang selama ini tersimpam rapi di tas masing-masing karena tak bisa digunakan, akhirnya di keluarkan. Lagu mulai d putar. Bahkan kini mereka tak menghiraukan bau busuk dan anyir darah yang memenuhi ruangan. Bahkan saat terdengar suara seret langkah kaki dari luar, mereka hanya memberikan kapur pada sela-sela jendela, dan menyemprot ruangan dengan sisa semprotan anti serangga yang mereka miliki.

Zahra dan Yuki menunjukan kebolehan mereka dalam menari dengan anggun, kemudian di susul grup vokal yang merupakan kolaborasi antara trio rempong dan trio kpopers, diiringi petikan gitar dari Ahruz. Oki dan Amir menyampaikan pidato yang sebenarnya lebih cocok di sebut sebagai stand up comedy karena di setiap ucapan mereka selalu diiringi tawa murid lain. Mereka juga membuat acara menyampaikan quote kepada para kawan nya. Mereka juga berfoto ria, hal yang sudah lama tak mereka lakukan. Tak lupa mereka berdoa bersama untuk mereka yang telah pergi lebih dulu.

Usai acara 'kelulusan', mereka berkumpul, duduk membentuk lingkaran di tengah ruangan. Oki menghitung jumlah kawan-kawannya. Ia menarik nafas panjang.

"15 orang..." Ia mencoba tersenyum.

"Dari 28..." Sambung Madi.

"Udah lah...!" Kata Melly mencoba menenangkan suasana yang mulai berubah mellow.

"Habis ini kita semua harus tetap lanjut buat cita-cita kalian..." Tiba-tiba Amir mengeluarkan kata bijak nya. Semua murid menyoraki, kemudian tertawa.

"Ada yang mau gue kasih tau..." Kata Melly menarik nafas panjang. "Gue mau cerita soal musibah ini..., mungkin, otak dari semua eksperimen ini?" Kata Melly menjadi serius.

"Apaan? Jangan bertele-tele deh!" Gerutu Jesi.

"Diem, Jes!" Kata Tiwi.

"Lama!" Lanjut Jesi.

"Aaaaa!" Suara Rianis terdengar melengking. Membuat semuanya terdiam sejenak, kemudian tertawa. Merasa malu,  ia lantas menyembunyikan kepalanya di belakang tubuh Tiwi.

"Gak jadi ngomong deh!" Kata Melly kesal.

"Udah, cepet makanya!" Sahut Oki.

"Tapi, lo semua janji gak boleh marah..." Mata Melly penuh harap menatap kawan-kawannya. Semuanya saling menatap, kemudian mengangguk serempak. Melly kembali menarik nafas dalam-dalam.

"Eksperimen ini, sebenarnya bukan dari bapak, beliau cuma ngejalanin, ngasih fasilitas, dan ngawasin. Yang ngusulin adalah muridnya sendiri." Kata Melly.

"Maksudnya para senior?" Tanya Isti. Melly terdiam.

"Kok lo baru ngasih tau sekarang?" Tanya Zahra.

"Bukan! Pertanyaannya bukan itu!" Sanggah Sita. "Tapi, kenapa lo bisa tau?" Lanjutnya dengan tatapan tajam.

Melly tersenyum, ia merasa semua murid kelas 3-2 sudah mengerti maksudnya.

"Iya! Karena gue si 'murid' itu!"  Kata Melly. Ia mengeluarkan kertas dari saku roknya. "Lo inget kertas yang di kasih Masri gak?" Tanya Melly pada para murid laki-laki. Mereka mengangguk. Melly bangkit mengambil kertas yang dimaksud di dalam tasnya. Kemudian kembali berkumpul dan menyatukanya dengan kertas yang ia keluarkan saku roknya.

Semua murid memperhatikan dengan saksama, mencoba membaca tulisan di kertas.

"Melly kelas 2-2 eksperimen lalat Phorid..." Baca Yuki keras.

"Berarti monster sebenernya itu LO!" Pekik Jesi yang emosi. "LO PEMBUNUH!!!" Teriak Jesi.

"Udahlah, tapi, gara-gara informasi dari dia juga kita bisa bertahan!" Bela Fahya.

"Tapi, kok mereka sampai nurutin ucapan lo gitu?" Sita nampak tak percaya.

"Gue bilang, kalau eksperimennya berhasil, sekolah bakal diakui sama dunia, belum lagi uang yang bakal mereka dapetin. Tapi, gue gak minta apa-apa kok, serius!" Akui Melly.

"Udah, bubar..., bubar, istirahat!  Besok harus beres-beres! Lagian udah kejadian juga, mau di apain lagi, emang gurunya aja mata duitan sama gila gelar..." Oki menunjukkan sikap bijaksananya.

"Yeeeaayyyy!!! Tidur!"  Pekik Melly girang, seolah tak terjadi apapun. Meski sebenarnya ia tau, Jesi masih akan membahas hal ini jika ia tidur.
To be continued...

Happy read!!!
Jangan lupa buat vote dan komen...;)

Bloody School AssignmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang