The end

4K 348 129
                                    

Pagi tiba, udara masih terasa dingin, namun suara aneh membangunkan mereka, suaranya seperti tepat di atas kepala mereka. Melly meloncat bangkit dari tidurnya. Semua terlihat ketakutan. Mereka panik, kecuali Melly yang bergerak ke sana kemari melihat apa yang ada di luar.

"Ridwan berhasil!" Pekik Melly girang. "Berhasil!!!" Pekik Melly lagi. Semuanya masih diam tak mengerti, mereka mengira ini hanya keusilan Melly berikutnya.

Melly terdiam saat sadar akan pandangan aneh kawan-kawannya. Ia menarik nafas panjang.

"Ayo, cepet, kita selamat!!!" Kata Melly girang. Namun, masih tak ada satupun murid kelas 3-2 yang menghiraukannya.

"Tau dari mana?" Tanya Jesi sinis.

"Udah, lo semua siap-siap cepet!!!" Pinta Melly.

Semua murid gelabakan. Mely terus memperhatikan beberapa helikopter yang lewat di atas mereka, namun tak satu pun yang mendarat. Melly mulai panik. Tanpa sepengetahuan siapapun ia pergi keluar kelas dengan membawa arit dan tasnya, serta tak lupa kapur anti serangga yang sudah ditaburkan pada seluruh tangannya.

Melly berteriak, membuat semua kawannya yang masih ada di kelas bergegas ke jendela untuk melihat apa yang terjadi. Melly melempar seluruh isi tasnya yang sebagian besar adalah mainan. Beberapa zombie tampak dari ke jauhan. Semua murid berteriak memperingati. Melly tetap tak peduli, ia ngibas-ngibaskan tasnya agar helikopter itu turun. Para zombie semakin mendekat dan Melly tetap tak bergeming.

Saat satu persatu zombie itu berada sangat dekat dengannya, ia mulai memainkan arit dengan canggung. Satu persatu tubuh koyak di depannya serta aliran darah yang makin lama semakin mengubah warna bajunya menjadi merah.

Pilot helikopter melihat keanehan di bawahnya, di mana para zombie berlarian ke satu titik dan mencoba mendekat. Melly yang melihat itu mencoba menghilangkan rasa takutnya. Ia mengibaskan arit lebih cepat,mencoba menghabiskan zombie yang hanya tinggal beberapa itu.

Helikopter mendarat. Melly melambaikan tangannya yang penuh dengan lumuran darah itu untuk mengambil perhatian, kemudian menunjuk ke arah ruang kelasnya yang terdapat para murid yang sedang melihat. Pilot dan co pilot itu mengerti, dan salah satunya turun. Melly bergegas, berlari menuju ke arah kelasnya dengan tubuh yang kini merah pekat.

"Cepet!" Kata Melly sembari mengelap wajahnya yang tertutup darah. Beberapa murid menangis. Pasukan yang merupakan co pilot dari helikopter yang datang itu memberi isyarat agar mereka bergegas.

"Nanti, lo bilang ke mereka apa yang lo semua tau tentang eksperimen, lalat zombie, pokok nya semua nya!" Kata Melly saat semua murid hendak keluar.

"Kenapa gak lo aja?" Tanya Septi.

"Gue gak bisa! Ini kesalahan gue, kalo gue hidup, gue bakal ngerasa bersalah terus. Gue gak mau kayak gitu." Kata Melly. Tangisan makin menjadi. "Udah! Cepet, entar lo di tinggal lho?" Canda Melly.
Semuanya berlari menuju helikopter. Suara tembakan terdengar. Ternyata di dalam helikopter yang besar itu terdapat seorang sniper yang bertugas menembaki zombie yang datang.

Melly masih berdiri di depan pintu. Pasukan yang tadi turun mengajaknya agar segera pergi.

"Common! We go, now!" (ayo! Kita pergi sekarang!) Teriak pasukan itu pada Melly. Melly tersenyum.

"Just keep them with you! They're know what must you do, find the translator for make you understand with what they say!" (bawa mereka bersama mu! Mereka tau apa yang harus kalian lakukan! Cari penerjemah agar kalian bisa mengerti apa yang mereka ucapkan!) Kata Melly. Pasukan itu terdiam. "The disaster was begin from here!" (musibah ini berawal dari sini!) Pasukan itu malah mendekat ingin membawa Melly. Melly panik dan tanpa berpikir panjang langsung berteriak.

"I'M INFECTED!!!" (AKU TERINFEKSI!!!) Teriak Melly berulang kali. Ia menangis, dan tentu saja pasukan itu mundur. Semua sisa murid kelas 3-2 itu menangis sejadinya saat melihat seorang pasukan itu kembali dan meninggalkan Melly. Meski mereka tak mengerti apa yang baru saja di bicarakan Melly.

Helikopter itu akhirnya naik. Melly melambaikan tangan. Ia menangis, menghapus noda darah di pipinya.

"i'm lie..." (aku bohong...) gumam Melly kemudian kembali kedalam kelas yang kini sudah kosong. Ia kembali menarik sebuah kursi ke arah kumpulan kursi peringatan dan meletakkan tas nya sendiri. Ia berdiri mematung sambil menatap tulisan cita-cita teman-temannya itu. Air matanya masih mengalir namun ia tertawa.

"Gue lupa ngasih tau cita-cita gue..." Kata Melly di tengah tawanya. "Cita-cita gue, bisa ngeliat lo semua berhasil sama cita-cita lo masing-masing, makanya gue gambar semua profesi..." Kata Melly. Kaki nya terasa lemas. Seketika itu pula ia terjatuh dan menangis sejadi nya.
.
.
.
.
.
20 tahun kemudian...

Akibat kesaksian dan cerita para murid kelas 3-2, para peneliti dengan mudah mendapat cara membasmi para zombie. Hal yang sebenarnya tak pernah terpikirkan. Mereka hanya perlu menggunakan insektisida untuk lalat Phorid dan pestisida untuk jamur Ophiocordyceps. Dan berkat penyataan itu pula, mereka dibiayai untuk sekolah serta di jamin tempat tinggal nya untuk sementara hingga tempat asal mereka di anggap aman.

Dan kini, adalah saat dimana mereka dikirim kembali ke tanah kelahiran mereka untuk memperbaiki semua ke kacauan yang tersisa. Rianis kini bertugas menjadi seorang psikolog bagi orang-orang yang mengalami trauma, Zahra menjadi seorang pramugari yang melayani semua penerbangan untuk mengembalikan orang-orang, Arin menjadi seorang pasukan wanita, Septi menjadi koki yang handal, serta murid-murid lainnya yang kini sudah mendapatkan kehidupan yang lebih baik, bahkan sangat baik.

Tiwi menjadi seorang guru dan Amir di tunjuk sebagai mandor yang akan merenovasi gedung tempat Tiwi bekerja, sekolah lama mereka.

Mereka semua berkumpul. Dan mulai berkeliling, sesekali becerita tentang pengalaman lucu saat mereka sekolah dulu, saat-saat di mana mereka sering mengeluh dengan beberapa pelajaran yang di berikan. Hingga mereka harus melewati sebuah bangunan terpisah yang tak lain adalah ruang koperasi, tempat mengurung Masri. Arin mencoba mendobrak pintu, bau busuk menyebar, sepertinya para petugas lupa mengecek ruangan ini. Terlihat jasad kurus kering berebah beralaskan kardus. Melihat itu mereka semua keluar tak kuasa menahan tangisnya.

Tempat selanjutnya, ruang kelas mereka. Oki yang merupakan Ketua kelas terakhir mereka dipersilahkan membuka pintu. Namun, pikiran buruk mereka tentang ruangan itu sirna. Tak ada siapapun di sana. Bahkan tempat itu tak berubah, hanya kursi peringatan yang bertambah dan di atasnya terdapat tas milik sahabat mereka, Melly.

Mereka melangkah masuk, Amir mencoba melihat tulisan mereka yang masih merekat di dinding. Kini mereka mengerti apa yang di gambar Melly. Mereka tak kuasa menahan air matanya. Kemudian berdoa bersama.

"Cita-cita lo udah tercapai kan?" Kata Fahya sembari menatap ke atas di ikuti yang lain dengan tersenyum.

"Semuanya sudah berakhir! Tugas berdarah kita udah selesai, kita berhasil!" Kata Oki. Semuanya kembali melangkah, melanjutkan tugas baru mereka.
THE END...

AAAAA
Aku sedih ceritanya tamat, gak tau kenapa?
Tapi lega...
Buat semuanya, yang terlibat, terimaaa kasih banyak
Terutama readers yang dah ngebuat BSA jadi first rank dalam science fiction...
Terimakasiiihhh...
Sampai jumpa lagi di cerita berikutnya, yang mungkin gendre nya beda...
Hehehe
Byeee

Bloody School AssignmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang