After

3.5K 328 14
                                    

Sesampainya di kelas, semua menatap Amir yang datang bersama teman-temannya yang tadi pergi, mereka terlihat menyeramkan dengan noda darah di beberapa bagian baju mereka. Amir langsung mengambil posisi di depan kelas. Dengan sedikit lesu, ia menatap semua temannya. Ia menarik nafas panjang.

"Oke!" Sekali lagi ia menatap seluruh temannya. "Lagi-lagi ada murid yang absen dari kelas ini untuk selama-lamanya." Kata Amir. "Murid-murid itu... Alwa, yang kita sudah tau semua, Dila, Iki, dan Juan."

"Iki, Dila sama Juan kenapa?" Tanya Tiwi pada Masri. Zahra cepat menoleh, namun tak bicara sepatah katapun dan hanya terus melihat. Lagi-lagi Masri hanya diam, menghindari pertanyaan itu. Sama seperti Amir, ia mengambil kesimpulan sendiri. Berpikir kalau Masri sedang terpukul atas kematian teman-temannya. Amir segera memimpin doa bersama untuk teman-temannya yang sudah pergi.

Malam tiba, Masri dan yang lainnya sudah membersihkan diri, memakai baju olahraga. Sementara baju seragamnya mereka taruh di dekat ventilasi agar kering. Masri membagikan makanan hasil jarahan mereka tadi siang.

"Di luar gimana?" Tanya murid yang penasaran.

Masri pun bercerita tentang bagaimana mengerikannya keadaan di luar. Menceritakan bagaimana ganasnya makhluk-makhluk terinfeksi itu hingga tidak mungkin ada yang selamat selain mereka.

"Kok bisa seganas itu?" Pikir Melly saat mendengar cerita Masri. Kemudian menggeser tubuh mendekati trio K-Popers, namun terus diam.

"gue gak mau terus di sini!! Lo tau kan? Percuma kita terus hidup!" Kata Jesi. "Toh, nanti kita juga bakal tua dan mati. Kita perlu generasi baru, kan, percuma kita selamat, kalo ujung-ujungnya generasi bakal stop! Jodoh gue gimana?" Tanya Jesi dengan wajah serius.

"krik... Krik...!" Ejek Tiwi, semua tertawa, seolah semuanya kembali normal. Untuk sejenak mereka lupa akan apa yang sedang mereka hadapi sekarang.

"Eh,Jes! Tuh sama Ridwan.." Sambung Rianis di tengah tawanya.

"Apa-apaan sih lo semua! Lo semua ngomong kayak gitu seolah lo semua ngehina Ridwan!" Bela Masri saat ia lewat di dekat para murid perempuan itu. Semuanya hanya diam karena kesal.

"halah! Biasanya juga dia yang suka ngejek Ridwan!" Gerutu Rianis pelan.

Semua makan bersama, bercanda dan bergurau satu sama lain. Sejak kejadian itu suasana di kelas berubah total. Semuanya di penuhi dengan ketakutan dan perasaan was-was. Ridwan terus mengotak-atik Laptop nya, tak ada yang begitu peduli. Mereka menganggap Ridwan aneh karena kejadian ini.

"butuh waktu lama..., gak tau kapan, tp, gue yakin ini berhasil.." Gumam Ridwan sendiri di pojok kelas beberapa yang mendengar tak mempeedulikannya kecuali Melly, ia mendengar dan beberapa pertanyaan muncul di otaknya selain tentang para zombie. Sayangnya ia tak segera mengeluarkan pertanyaan yang menumpuk di otaknya seperti berkas soal ujian.

Selesai makan, mereka kembali mengambil posisi untuk tidur. Malam kedua sejak kejadian mengerikan di Sekolah Menengah Atas (SMA), tempat dilakukannya eksperimen ilegal dengan jamur dan lalat penyebab semut-semut berubah menjadi zombie yang kini ikut menginfeksi manusia. Mungkin karena belum terbiasa, semua murid hanya merebahkan badah tanpa memejamkan mata mereka. Rasa takut terus menghantui mereka. Hingga akhirnya di putuskan untuk mengadakan patroli bergilir tiap malam untuk mereka yang merasa 'berani'.


Happy 1k viewers!!!
Wwoooaaa
Gak nyangka sih kl bakal sebanyak itu...
Hehehe
Terus vote ataupun comment biar lebih semangat lagi!!!
Buat yang udah vote dan komen, ataupun yang yang cuma jadi silent teader maaakkkaaasssiiihhhh banyyyaaakkkk

Bloody School AssignmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang