"Badan Angel makin panas!!" Pekik Tika panik. Semua terbangun.
"Bunuh!!!" Sahut Jesi tak kalah panik.
"Lo pikir dia apa!?" Bentak Amir.
"Kalau dia ternyata terinfeksi, gimana? Lo semua mau mati!?" Keadaan makin riuh saat Jesi mulai menceletuk. Tak ada yang ikut bersuara karena mereka tau itu tak akan membuat Jesi berhenti.
"Kita tunggu sampai tanda-tandanya muncul..." Kata Yuki mencoba menengahi.
Baru selesai Yuki bicara, tiba-tiba saja Angel berteriak keras, memekikkan semua telinga yang berada di ruangan. Ia memegang kepalanya, dan kembali meronta-ronta kesakitan. Tika berusaha memegangi sahabatnya itu, namun ia malah terpental dengan kuat, seolah Angel memiliki kekuatan super secara tiba-tiba.
Setelah beberapa saat, Angel kembali tenang, semua murid heran. Tubuh Angel terasa dingin saat Tika kembali mengecek. Semua menatap Jesi.
"Apa?" Tanya Jesi saat sadar kalau ia diperhatikan. "Ya udah! Bunuh! Lo mau nunggu dia bangun lagi? Terus malah makan lo semua?" Lanjut Jesi dengan nada jijik.
"Kita keluarin aja..." Usul Yuki tak tega. Semuanya setuju, namun, diantara mereka ada Jesi yang mendengus kesal karena tak ada yang mendengar ucapannya.
Sesuai kesepakatan, kali ini Ridwan dan Masri yang menggotong Angel keluar. Sayang, belum sempat mereka mengangkat Angel, Angel kembali bangun, berlari dan menerjang Diyah yang kebetulan berada paling depan. Layaknya orang yang sangat kelaparan, Angel mengigit bahu kanan Diyah tanpa ampun. Sudah memcoba melawan dengan memukul-mukul kepala Angel, namun, cengkramam tangan dan gigitan Angel masih terlalu kuat. Ridwan dan Masri mencoba menbantu dengan memukul keras punggung Angel, namun, Angel tetap tak bergeming. Diyah berteriak keras saat merasakan daging yang terlepas dari tulang di bahunya. Teriakan dan tangisan memenuhi ruang kelas.
Masri yang melihat kejadian itu, tiba-tiba saja menendang tubuh Diyah keras ke arah pintu. Diyah yang mengerti maksud Masri, berteriak dan menangis lebih keras memohon agar di biarkan hidup. Ia tak ingin hidupnya berakhir di tangan si monster hasil percobaan 'cerdas' di sekolah mereka.
Murid lain menjauh ke sudut ruang kelas, sementara Ridwan membukakan pintu agar Angel yang telah berubah menjadi zombie itu lekas keluar. Kini sikap seluruh murid kelas 2-2 benar-benar berubah menjadi primitif.
Amir membantu sahabatnya, Masri. Ia langsung ikut menerjang tubuh Diyah yang di 'tempeli' Angel tanpa ampun ke arah pintu.
Saat tinggal satu tendangan lagi agar Angel dan Diyah keluar. Dengan cepat Diyah menjangkau baju Ridwan yang sendari tadi berdiri di dekat pintu. Dan tanpa sengaja, Ridwan ikut terdorong keluar. Amir yang melihat itu menjadi dilema, antara harus menyelamatkan teman sebagai ketua kelas yang kini lebih cocok di sebut ketua suku atau menyelamatkan dirinya sendiri dan melindungi sisa teman yang masih hidup di ruangan ini.
Untuk sejenak Amir terdiam melihat Masri yang masih sibuk mengeluarkan mereka bertiga. Masri kewalahan menghadang tiga orang sekaligus. Diyah kembali berteriak sembari mencengkram baju Ridwan kuat saat merasakan tulang bahu mulai digerogoti. Lengkingan suara Diyah yang kesakitan membuat murid lain ikut berteriak karena takut. Muak, Masri lantas mengambil keputusan sendiri dengan menutup pintu.
Semuanya terdiam beberapa saat. Amir dan Masri terduduk lemas bersandar ke pintu. Sesekali terdengar suara ketukan dan teriakan. Tak ada yang berani melihat ke arah jendela. Semuanya mencoba menutup telinga saat mendengar jeritan Diyah dan Ridwan dari luar.
"Lo liat!!!!" Bentak Masri sembari memukul pintu di belakangnya. "Kalo gue telat sedikit aja, kita semua bakal berakhir kayak Diyah!" Kata Masri masih dengan nada yang tinggi. Amir masih terdiam, otaknya seolah lamban mencerna semua kejadian ini karena masih syok."Udah lah, toh mereka udah..."
"DIAM!!!" Amir memotong perkataan Pena keras. Pena terdiam seolah badannya mengeras menjadi patung.
"Lo pikir lo siapa?" Lanjut Masri. "Kalo gue mau, gue bisa bunuh lo sekarang! Kayak.... Iki sama Juan!!"
Semua murid yang mendengar ucapan Masri, syok dan menatapnya ngeri.
"Lo..." Suara Amir gemetar. "Lo yang ngebunuh mereka?"
To be continued...Jangan lupa vote dan komenya...
Terima kasih!
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody School Assignment
Science FictionPetualangan para murid menghadapi petaka akibat percobaan mematikan di sekolah mereka, dan kini menjadi tugas yang harus mereka selesaikan untuk bertahan hidup.