Hari mulai gelap namun Melly dan teman-teman yang lain baru sampai di koperasi. Dengan berhati-hati, Melly lebih dulu mendekati pintu dan memastikan semua aman, kemudian memberi isyarat tanpa suara pada teman-temannya agar melangkah.
Ruang koperasi sekolah mereka memang terbilang luas, bentuknya hampir mirip ruko untuk berjualan sembako, di tambah sebuah ruang fotocopy yang ukurannya lebih sempit di samping, yang terhubung langsung dengan pintu yang ada di dalam koperasi.
Saat masuk, hal pertama yang mereka lihat adalah tumpukan sisa bungkus makanan ringan di pojok ruangan. Semua menatap Melly yang sibuk memilah barang-barang untuk di bawa.
"Apa?" Tanya Melly saat sadar dirinya menjadi pusat perhatian. Tiwi kembali menoleh ke tumpukan sampah di pojok.
"Kotor banget sih?" Gerutu Fahya. Melly mendengus.
"Ya kali, gue bersih-bersih di situasi kayak gini?" Balas Melly, kemudian kembali sibuk dengan barang-barang, dibantu Arin, Septi dan Zahra. Sementara yang lainnya mengambil kesempatan untuk beristirahat.
"Ehm..., kangen gue sama ruangan ini...." Kata Tiwi pada Rianis.
"Iya..., mana belom minta maaf sama kaka penjaga koperasi..." Sahut Madi yang duduk tak jauh dari para murid perempuan.
"Kenapa?" Tanya Rianis heran.
"Ngambil jajan 5,bayarnya cuma buat 2 jajan..." Kata Madi, kemudian tertawa.
"Krik... Krik... Krik...!" Kata Tiwi menirukan suara jangkrik sebagai simbol kalau lelocon Madi garing. Namun, Madi tetap tak peduli dan terus tertawa.
"Gaje!!" Olok Rianis. Kini giliran ia dan Tiwi yang tertawa.
Tak lama Melly dan yang lain kembali berkumpul. Sejenak suasana hening saat Melly tiba. Wajah ceria yang biasanya Melly tampakkan kini bagai luntur bersamaan dengan keringatnya.
"Gue..., dapet ini kemaren..." Kata Melly menunjukan sesuatu dari kantung rok sekolahnya. Semua mendekat, terlihat serbuk putih mirip kristal di dalam sebuah bungkus plastik kecil.
"Apaan?" Tanya Masri heran.
"Flakka...!!" Kata Melly. "Mengandung semyawa Kimia alhpha-PVP yang merangsang efek dopamin yang ngebuat pemakainya jadi kecanduan! Gejalanya mirip kokain sama amfetamin. Dalam jangka pendek bisa nyebabkan euforia atau kesenangan berlebih, denyut jantung cepet, kenaikan tekanan darah sama rasa waspada tinggi, bahkan berlebihan. Kalau dalam jangka yang panjang bisa ngebuat suhu tubuh naik jadi ekstrim sampai ngerusak organ dalam, otot sama jantung. Gue gak tau siapa yang make, tapi, gue nemu waktu gue keliling deket kantin." Jelas Melly panjang lebar. Semuanya terdiam.
"Ooo!" Pekik Fahya keras. "Narkoba yang ngebuat orang yang make jadi kayak Zombie, kan? Kemaren gue nonton videonya di internet!" Lanjut Fahya, membuat semuanya makin terdiam syok mendengar ia yang biasanya lamban mencerna sesuatu ke dalam kepalanya.
"Iya..." Kata Melly mencoba memecahkan keheningan teman-temannya.
"Jadi, semuanya orang yang jadi zombie sekarang, pecandu?" Tanya Septi.
"Gue juga belom tau, soalnya gak mungkin satu negara ngomsumsi ini semua..." Tiba-tiba Melly kembali terdiam.
"Bisa jadi, para senior atau pak Rahmat yang masukin Flakka nya ke dalam larva kayak mereka masukin bibit jamur ke dalam larva?" Madi ikut memberikan pendapatnya. Melly hanya diam karena harus berpikir keras.
Malam makin larut, Mereka terlebih dahulu makan malam, mengisi tenaga untuk kembali ke kelas mereka. Melly mengambil sesuatu dari tempat fotocopy. Ia tampak membawa keluar sebuah kardus besar.
"Masri, tolong bawain satu kardus lagi di dalem!" Pinta Melly saat teman-temannya selesai makan. Dengan segera, Masri berdiri, kemudian berjalan masuk ke dalam ruangan.
Masri menatap tumpukan kardus besar di pojok ruangan dekat mesin fotocopy. Semuanya tampak sama, dan ia tak tahu harus membawa yang mana.
"Ambil yang deket mesin fotocopy!!!" Kata Melly dari luar.
"Yang mana? Banyak ini...!" Kata Masri sembari meneliti kardus-kardus itu.
"BBRRAAKKK!!!" Terdengar suara pintu di banting dengan keras dari belakangnya. Masri menoleh cepat kemudian melihat ke arah pintu keluar yang kini sudah tertutup rapat.
"WOIII!!! BUUKKKAA!!!" Teriak Masri, namun, tak satu pun yang menjawab ucapannya. Dengan sekeras tenaga, ia pun mencoba mendobrak pintu dari dalam. Sayang, semuanya sia-sia pintu itu bahkan sulit di dobrak karena sesuatu telah mengganjalnya.
Melly bersandar bersama Arin pada pintu. Mereka merasakan hentakan hebat dari arah lain. Beberapa murid perempuan menangis, namun mereka mencoba menutup mulut agar tak mengeluarkan suara.
Dengan pelan, Melly memberi isyarat pada semua temannya agar membawa semua yang bisa mereka bawa. Tak ada yang berani bertanya tentang hal ini, semuanya kalut dalam kesedihan, harus membiarkan seorang di antara mereka sendirian di ruang sempit. Namun, tidak ada cara lain untuk menghentikan tingkah Masri yang makin lama makin menjadi, membuat murid kelas 2-2 lain dalam bahaya.
To be continued...Jangan lupa buat vote sama komen nya..
Terimakasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody School Assignment
Science FictionPetualangan para murid menghadapi petaka akibat percobaan mematikan di sekolah mereka, dan kini menjadi tugas yang harus mereka selesaikan untuk bertahan hidup.