Gravestone

3.1K 271 22
                                    

"Ambil aja langsung di tasnya! Lagian tuh anak juga pasti ngomong kya gitu!" Kata Yuki sembari memberikan tas milik Melly yang ada di sampingnya pada Septi.

Tiba-tiba saja Rianis yang sedang duduk bersama Tiwi meminjam kacamata milik Tiwi dan memakainya.

"Yuki! Liat! Gue make nya kok jelas, ya?" Tanya Rianis sambil tertawa kecil. Tiwi, Yuki, dan Septi memperhatikan Rianis dan kacamata yang ia kenakan.

"Hahaha..., liat si Rianis kalau kita pake kacamata, kan nyantol di ujung hidung..." Kata Tiwi menunjuk ke arah pangkal hidungnya. Menyadari hidungnya yang mungil menjadi bahan bully an, Rianis segera melepas kacamata yang ia gunakan. Semuanya tertawa.

"Gue benci lo SEMUA!!" Teriak Rianis sembari menjauhi Yuki dan Tiwi. "JESIIIIIIIIIIIII" Teriak Rianis seolah ingin mengadu pada Jesi. Semua tertawa melihat tingkah konyol Rianis. Dan lagi-lagi, mereka bersenang-senang dan melupakan sejenak apa yang tengah terjadi di luar sana.

Matahari kini berada tepat di atas kepala. Saat semuanya tengah beristirahat, Yuki dan Isti menyusun beberapa kursi di bagian pojok depan sebelah kiri kelas.

"Lo berdua ngapain?" Tanya Jesi.

"Buat ngenang mereka yang udah absen dari kelas..." Jawab Isti. Mendengar itu, murid yang lain satu persatu mulai saling membantu. Kini enam buah kursi sudah tersusun rapi di depan dengan barang-barang milik Alwa, Oka, Dila, Iki, Juan serta pak Manra. Semua menatap kursi-kursi yang dijadikan sebagai 'nisan' untuk mereka yang telah absen dari kelas untuk selamanya.

Tiba-tiba terdengar suara kursi yang diseret di belakang mereka. Semua menoleh, menatap heran dengan apa yang sedang dilakukan Oki.

"Ngapain lo bawa tas..." Isti tak melanjutkan ucapannya.

"Melly!!??" Pekik Tiwi tak percaya. Semua terdiam, sementara Oki tetap melanjutkan apa yang sudah ia mulai, kemudian sang ketua kelas memimpin doa. Tangis  dan haru menyertai acara 'pemakaman' di kelas 2-2. Namun, ada juga yang acuh tak acuh. Selesai acara itu, semuanya mencoba bersikap normal seperti 'biasa' nya.

"Mir!" Panggil Masri Pada Amir yang duduk di dekat papan tulis mendengarkan percakapan teman-temannya.

"Liat!" Masri menunjukan kertas yang di pungut Melly. "Ini tulisan pak Rahmat kan?" Tanya Masri lagi. Amir membaca tulisan pada kertas kecil itu.

" kelas 2-2 eksperimen semut zombie...? Maksudnya apa?" Tanya Amir heran. Madi ikut mendekat. Ia mengambil potongan kertas kecil di tangan Amir, mencoba melihat dengan cermat.

"Lah, cobekannya kecil banget, kita kan jadi gak tau apa yang ditulis sebelum atau sesudah ini?" Protes Madi. Amir kembali mengambil kertas itu, kemudian bangkit dan memasukannya ke dalam tas Melly.

"Ini punya Melly, jadi kita balikin aja..." Kata Amir.

"Apa sih?" Tanya Arin ikut nimbrung.

"Kertas..., si Melly tadi yang ngambil..." Kata Masri.

"Udahlah, orangnya juga udah gak ada..." Sahut Madi.

"Tapi, kalo si Melly sampe ngambil..." Arin berpikir keras. "Berarti bisa jadi itu penting! Atau mungkin pentunjuk?" Pekik Arin. Namun, kali ini tidak ada yang meresponnya.

Keesokan harinya, para Murid mengcoba mengalihkan kekhawatirannya dengan melakukan banyak aktivitas di dalam kelas seperti dulu yang biasa mereka lakukan, sebelum mendapat 'tugas mematikan' ini. Meski begitu tidak dipungkiri, perasaan takut terus datang saat mereka sedikit lengah, takut para zombie itu berevolusi menjadi lebih ganas dan tahan akan kapur anti serangga. Hal lain yang lebih mengkhawatirkan adalah jumlah makanan yang makin sedikit.

Malam tiba, seperti sudah mulai terbiasa, dengan mudahnya, para murid terlelap dalam perasaan was-was akan kedatangan zombie. Pena kembali menabur kapur anti serangga di sela pintu, jendela, ventilasi dan celah-celah lain yang memungkinkan lalat atau serangga lainnya masuk. Semuanya bisa menyesuaikan dengan keadaan, di mana segala kemungkinan bisa terjadi.
To be continued...


Happy read!!
Jangan lupa vote atau komen...
Terimakasiiihhhhh

Bloody School AssignmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang