Little Rebellion

3.2K 254 18
                                    

Hari terus berlalu, entah ini hari keberapa sejak eksperimen kimia mematikan yang melibatkan semut zombie itu. Makanan menipis, para murid pun harus mengurangi jatah makan mereka, agar bisa bertahan lebih lama. Sayangnya, tak semua perut yang setuju dengan peraturan itu. Beberapa di antara mereka menjadi sedikit depresi.

"Gimana? Makanan di atas udah..."

"Iya! Gue juga tau!" Belum sempat Septi bicara, Amir segera memotong ucapannya dengan nada yang sedikit tinggi.

"Kita harus keluar." Kata Masri. Amir menoleh cepat.

"Keluar dan ngebiarin salah satu atau bahkan lebih dari kita mati?" Tanya Amir ikut terpancing emosi nya, karena perut yang terus merintih. Masri menghela nafas menahan emosinya. Ia berbalik arah menemui Yuki.

"Lama-lama kita juga bakal mati kalo terus di sini! Gue sih terserah! Amir aja noh yang susah.." Kata Masri dengan nada yang sedikit menghasut Yuki, mencari dukungan.

"Iya! Mungkin dia mau kita semua mati!" Kata Yuki yang akhirnya ikut terhasut.

"Gini aja!  Kita voting kayak kemaren siapa yang mau ikut buat nyari makanan deket, kok, cuma ke kantin!" Kata Masri. Yuki memikirkan Masri.

"Bukannya itu deket lab?" Tanya Yuki was-was. Masri mengangguk cepat.

"Kita bisa kok..., lagian itu tempat paling dekat. Sekalian kita buktiin ke Amir, dengan pulang bawa banyak makanan..." Kata Masri. Lagi-lagi Yuki terdiam mencoba memikirkan lebih dalam soal rencana mereka.

Malam tiba, beberapa yanh masih optimis mencoba membuka headphone dan menelpon jika masih memiliki pulsa. Semuanya sibuk dengan panggilan yang selalu tak dijawab. Ridwan tak menggunaka PC nya karena wifi sekolah yang entah kenapa sejak kemarin mati. Yuki masih gelisah mempertimbangkan tawaran Masri untuk keluar dan mencari makanan yang bisa dibawa kekelas, dan tak munafik ia juga perlu makanan lebih untuk beberapa hari ke depan.

Awalnya Yuki hanya memberitahukan dan mengajak Tiwi dan Rianis, kemudian kabar itu menyebar dengan cepat meski tak pernah dibicarakan secara terang-terangan dan tanpa diketahui sang ketua kelas Amir.

Matahari belum muncul sepenuhnya, namun beberapa murid sudah berkemas, menyiapkan perlengkapan mereka untuk 'berburu'. Tak ada pembicaraan tentang hal ini kepada ketua kelas. Mereka memberontak karena dorongan dari perut yang terus minta di isi.

"Lo semua mau kemana?" Tanya Amir heran.

"Kita mau..." Rianis tak melanjutkan ucapannya. Amir menatap Masri tajam.

"Mir! Ayo! Lo bahkan kita bisa mati kalo terus-terusan cuma diam di sini!" Ajak Isti.

"Udahlah, ayo! Gak penting ngebujuk orang yang keras kepala." Kata Pena pada Isti. Amir menatap temannya yang akan pergi. Trio rempong, Zahra, Sita dan Fahya serta Ridwan tidak ikut dengan alasan ingin tetap menjaga kelas, lagi pula mereka sudah pernah keluar.

"Kata siapa gue gak mau ikut?" Tanya Amir mulai tersenyum.

"Jangan!" Pekik Zahra spontan mengagetkan seluruh temannya. Masri menatap Zahra tajam, seketika itu pula Zahra terdiam.

"Kenapa?" Tanya Amir bingung.

"Kalo lo pergi, siapa yang jaga kelas?" Kata Zahra mulai tak fokus pada ucapannya sendiri.

"Kan ada lo berempat?" Tanya Amir. Tak ada jawaban dari Zahra, ia pasrah.

Sebelum pergi, Isti dan Pena menaburkan kapur terlebih dahulu agar ruang kelas mereka tetap aman saat mereka kembali nanti. Zahra masih terdiam.

"Udah lah..., berdoa aja mereka semua selamat dari..." Kata Fahya pelan, tak melanjutkan ucapannya.

"Sebisa mungkin jangan sampai gelap!" Kata Oki. Mereka pun pergi.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja Angel ingin ke toilet. Dan tentu saja mengajak sang sahabat Tika untuk menemaninya.

"Ck! Lama deh ah..!!!" Gerutu Jesi.

Di toilet, Tika menunggu di luar sembari berjaga-jaga. Saat selesai, Angel kembali memeriksa make-up nya yang super tebal itu. Namun, betapa terkejut Angel, melihat sesuatu menempel di leher bagian sampingnya. Dengan cepat ia pun mengibaskan tangannya agar benda hitam kecil seperti serangga itu pergi. Dengan cepat Angel mengecek lehernya dan sesekali memberi air untuk mencuci lehernya, takut terinfeksi. Kemudian ia langsung bergegas keluar dan kembali ke gerombolan teman-temannya dengan gelisah.
To be continued....



Happy read...
Jangan lupa vote dan komen!!
Dan terimakasih yang udah vote, dan comment, ataupun yang cuma jadi sider...

Bloody School AssignmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang