Apa yang kau pikirkan jika mendengar kata bintang? Bersinar tentu saja. Bintang selalu menarik perhatian orang karena kecantikannya. Itulah julukan yang diberikan oleh teman – teman kepadaku, ah tidak bukan teman – teman lebih tepatnya sekolah. Bukan aku tinggi hati tapi memang itu faktanya.
Aku tak pernah meminta siapapun menganggap aku sebagai bintang sekolah. Aku akui aku memang cantik berkat gen yang diturunkan oleh ayah ibuku, god bless me. Aku sangat senang mempunyai paras seperti ini, memang siapa sih yang tak ingin memiliki paras yang menawan hati manusia? Apalagi lawan jenis.
Aku berada dikelas 3-1 Suwon High School, sekolah kami adalah sekolah terkenal bahkan terbaik di Korea, hampir semua murid disini adalah anak sajang-nim termasuk aku dan temanku, Maria. Dia adalah temanku dari SMP sampai sekarang dan mungkin sampai tua nanti.
Dia orang yang baik, dia tak pernah menampakkan kemarahannya pada siapapun bahkan dia diberi julukan cheonsa (malaikat) oleh murid kelas ku, dan kalian tahu? senyumannya mampu membuat siapapun ikut tersenyum. Karena kami selalu bersama kemanapun kami pergi, orang - orang akan menyebutnya 'jackpot' apabila bertemu dengan kami.
Sifatnya sangat jauh berbeda denganku. Aku pemarah, dia pemurah. Aku boros, sedangkan dia sangat irit. Tapi jangan bayangkan aku bersifat buruk, sebenarnya tidak buruk - buruk sekali sifatku ini.
"ri, pinjem catetan dong" aku menoleh kesisi kiriku untuk meminjam catatan pada Maria, kebetulan saat pelajaran matematika berlangsung vertigoku tiba - tiba saja kambuh. Aku sering sekali tiba - tiba dikunjungi oleh vertigoku ini, aku sudah sangat kesal dengan penyakitku yang satu ini bodohnya, aku tak berani memberitahu pasal ini pada orangtuaku.
Maria menyerahkan catatannya dan aku menerimanya. Aku mencoba mengambil buku matematikaku di tas dan tanpa sengaja aku menjatuhkannya.
"masih lemes ros? ke UKS aja gih" Maria ternyata sedang memperhatikanku.
"gue selemah apa si ri? ngga lah gue udah kuat ko" aku mengambil buku yang ku jatuhkan tadi, tapi ada yang lebih menarik perhatianku dari buku matematika ; mini note yang jatuh dari dalam buku matematikaku.
"Hallo Rosanne. Nice to meet you. Keep your health dear"
aku menaikkan alisku, siapa yang menyimpan mini note ini didalam bukuku? Aku memilih untuk tidak menghiraukannya dan menulis catatan matematika yang sempat teralihkan oleh note konyol itu.
❄
Bel pulang pun berbunyi, dengan cepat aku membereskan bukuku kedalam loker dan membawa beberapa yang dibutuhkan.
"Ri ayo balik, belajar mulu" Maria hanya menampakkan senyumnya dan segera membereskan bukunya.
Kami berjalan sambil membicarakan rencana untuk hari minggu nanti, saking seriusnya berbincang aku sampai tidak sadar tali sepatuku lepas dan hampir saja aku terjatuh jika maria tidak memegangiku."Ya, neo waegeurae?" Maria menertawaiku yang hampir terjatuh. Aku hendak jongkok untuk membenarkan tali sepatuku tapi aktivitasku terhenti saat aku melihat laki laki di hadapanku dan ia berjongkok untuk membenarkan tali sepatuku.
Aku tersentak saat ia tiba tiba berdiri di hadapanku dan jarak kami sangat dekat.
"Oraenmaneya, rosanne callia" (lama tidak bertemu, rosanne). ucapnya dengan suara serak, aku hanya terdiam tak dapat berkata kata. Siapa orang ini? Dia mengenalku? Tapi kenapa aku tidak mengenalnya?
"Eem.. siapa?" Tanyaku hati hati, tapi laki laki itu hanya tersenyum dan mengacak puncak rambutku. Seketika jantungku berdegup tak karuan, bukan karena aku salah tingkah tapi dia melakukannya secara tiba tiba dan itu membuatku tersentak. Laki laki itu pergi meninggalkan tanda tanya besar di kepalaku.
Maria menertawaiku, aku tak mengerti apanya yang lucu. "gaada yang lucu yah!" aku meninggalkannya yang masih tertawa. "ros baru pertamakalinya yah?" aku tak menjawabnyanya karena itu sama halnya seperti mengejekku. ya, aku akui memang ini pertama kalinya ada yang seperti itu padaku karena sebelumnya tak ada yang berani menyentuhku aku memang 'galak' pada murid laki - laki bahkan untuk sekedar mendekatikupun tidak pernah ada yang berani.
"gapapa dong kali - kali digituin cowo" ucap Maria padaku, aku menoleh dan memberikan tatapan tajam padanya. "lo ngejek gue?" aku melipat tangan diatas dada. "terus lo mau selamanya nyimpen rasa takut lo? mau sampe kapan ros? trauma gaakan sembuh kalo ga dilawan" ucapannya seperti tembakan yang menembak tepat dihatiku, aku tak bisa menjawabnya dan perlahan menurunkan tanganku. "gue ga bisa, udalah kenapa bahas ini lagi sih" aku pergi meninggalkannya, dengan pikiran yang saling bertabrakan dan berantakan. aku paling tidak suka membahas tentang traumaku yang menyebalkan ini.
halooo readers, vote juseyo ^^v
KAMU SEDANG MEMBACA
Outrageous || Kim Hanbin
Fanfiction"Lo lebih milih setan kaya gue dari pada malaikat kaya bobby?" -Kim Hanbin