Maybe No

756 87 5
                                    

Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa aku sudah seminggu tidak masuk sekolah. Entah lah aku hanya belum mau bertemu teman teman. Tidak, lebih tepat nya aku hanya ingin sendiri.

Selama seminggu ini hampir semua anak 3-1 menjengukku ke rumah, dan yang paling sering datang adalah bobby. Aku senang mereka merasa kehilangan aku selama beberapa hari kebelakang katanya '3-1 tanpa lo bagaikan kopi ga pake gula ci' itu kira kira yang di ucapkan seunggwan padaku. Aku selalu terhibur karena kelakuan mereka yang selalu tidak normal, tapi aku tidak bisa membantah hatiku yang menginginkan hanbin ada disini.

Drrtt.. drrtt..

From : bobby

Cepet sembuh ros, kelas sepi.

Rasa kecewa datang setiap aku menerima pesan dari orang lain sementara aku mengharapkan itu dari hanbin.

Mana hanbin yang katanya sayang padaku? Tidak ada kabar sama sekali. Sebenarnya aku membenci diriku yang terus menunggu hanbin datang menjenguk. Belakangan ini otak dan hati ku memang tidak sedang ingin bekerja sama, keduanya selalu bertentangan.

Drrtt.. drrtt..

From : jihyo

Lo yakin gaakan nyesel?

Pesan singkat yang dikirim jihyo padaku membuatku berpikir keras, dia terus mendoktrinku agar aku mendengar penjelasan hanbin.

"Kaa" harin menyembul dari balik pintu. Lamunanku buyar.

"Ka, ka hanbin ada di bawah tuh" Deg.. detak jantungku menjadi 2x lebih cepat dari biasanya saat mendengar harin menyebut nama itu.
Aku memalingkan kepalaku.

"Boleh masuk ga nih?" Tanya harin. Hatiku berteriak mengizinkan tapi mulut tak bisa bicara. Aku bergeming, sebenarnya aku sangat ingin bertemu tapi entah mengapa rasa benci itu muncul kembali.
Harin menghilang dari balik pintu.

Cklek.. pintu kamarku terbuka kembali, aku yakin ini hanbin. Aku berusaha untuk tak langsung melihatnya.

Ia menutup pintu dan berjalan ke arahku. Melihatnya duduk disebelahku aku langsung memalingkan kepalaku. Hanbin perlahan menggenggam tanganku yang sedang memegang ponsel.

"Ros" aku buru buru melepaskan genggamannya dari tanganku.

"Rosi.. dengerin penjelasan gue" aku bergeming, tak ingin menjawabnya. Ia terus berusaha membuatku agar melihatnya.

"Maafin gue.." kata maaf itu keluar dari mulut hanbin dengan mudahnya. Ia sukses membuat hatiku hancur hanya dengan kata maaf itu. Karena dengan kata maaf itu kejadian masalalu yang berusaha ku kubur selama ini muncul kembali. "maafin gue karena udah bohongin lo selama ini, gue cuma ga berani ngomong. Gue tau gue pengecut, kalo gue dari dulu ngomong sama lo.. "

"Percuma" aku memotong ucapannya dan menatapnya nyalang. Aku sangat ingin melihatnya sedari tadi hanya saja otak dan hatiku tidak bekerja sama dengan baik. Hatiku jelas jelas meneriakiku dan menegaskan padaku bahwa aku rindu kim hanbin, dan memintaku untuk memaafkan hanbin. Tapi otak ku tidak, ia kukuh tak ingin memaafkan hanbin dan memintaku untuk membenci hanbin. "Gue tetep bakal benci sama lo kaya sekarang, gaakan ada yang berubah meskipun lo mati matian jelasin ke gue sekarang."

"Ros.."

"Ko lo tega banget si bin.. lo dengan beraninya dateng lagi ke hidup gue setelah lo obrak abrik mental gue.. lo ga mikirin perasaan gue apa." Aku menahan air mataku yang sedari tadi berlomba lomba ingin keluar. "Oke gue makasih karna lo udah sembuhin trauma gue, tapi cukup sampe saat ini aja. Lo gausah muncul lagi di kehidupan gue" akhirnya air mata menetes dari pelupuk mataku. Hanbin tak bisa berkata apa apa, pundaknya melemas dan matanya menyayu.

Outrageous || Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang