서로 믿을까?

606 62 3
                                    

15 hari telah berlalu tanpa hanbin di seoul. Rindu memang, tapi apa daya. Aku juga harus memikirkan masa depan pendidikanku, aku tak ingin menjadi pacar yang bodoh ataupun anak yang tak berbakti pada orang tuanya.

Singkat cerita aku diterima disalah satu universitas di kota seoul, tepatnya universitas hanguk. Yaa.. mungkin ini hanya keberuntunganku saja, karena pasalnya persaingan memasuki universitas itu sangat sulit. Bahkan ada yang sampai mengikuti tes beberapakali namun tetap tidak bisa bergabung dengan universitas ini.

Beruntung aku dapat masuk dengan sekali tes. Jadi ingat kata kata hanbin, dia pernah bilang 'tenang doa orang ganteng gaakan ditolak, kamu masih punya aku yang ganteng buat doain kamu'.

"Bin.. kangen" aku menatapnya yang sedang berkutat dengan laptopnya lewat layar ponsel. Ya, kami sedang video call.

"Udaah belajar dulu yang rajin ntar aku nyusul sana" katanya, dengan jari yang menari diatas keyboard dan pandangan yang tertuju pada layar laptop, otomatis merebut perhatiannya dariku.

"Liat sini dong ini gue kaya lagi nontonin vlog tau ga" keluhku.

"Bentar yang, dikit lagi beres" muak aku mendengar perkataan 'dikit lagi beres'nya mungkin sudah 5 kali ia mengatakan hal itu sejak 25 menit telah berlalu dan tugasnya tidak kunjung beres.

"Yaudahlah ntar lagi aja nelfon nya, bye" aku mengakhiri video call itu, hanya tidak ingin tersulut emosi dan ujung ujung nya menimbulkan masalah.

Aahh.. rasanya bertatapan lewat layar ponsel saja tidak cukup. Inginnya lebih.

Yaa begitulah sifat manusia, tidak pernah puas. Dan aku manusia jadi wajar saja.

Bodoh memang, harusnya aku bersyukur setidaknya kami masih bisa saling kabar meskipun hanya lewat dunia maya, masih berada di bawah langit yang sama, menghirup udara yang sama. Terlebih lagi, mempunyai perasaan yang sama.



Aku terduduk di kasur, tahu ini baru jam 8 malam. Bingung harus melakukan apa.

Tidur? Tidak. Aku benci jika terbangun tengah malam dan berakhir dengan bergadang.

Nonton? No. Tidak ada tanyangan yang seru di malam sabtu.

Baca novel? Sayangnya aku belum membeli buku baru.

Makan? Tapi aku baru saja makan jam 5 sore tadi.

Akhirnya aku beringsut ke pinggir kasur untuk turun setelah berpikir panjang.

Hanya makan pilihan akhirnya. Aku turun untuk mencari camilan di kulkas.

Tumben sekali rumah sepi, tidak seperti biasanya. Niatku mengambil camilan jadi terbengkalai karena rasa penasaran akan hilangnya orang rumah. Aku membuka pintu kamar oppa yang berada di bawah tangga.

Tapi tidak ada tanda keberadaan manusia jangkung itu disana.

"Oppaa" aku teriak di tengah rumah.

"Eommaa.. appaa" hening. Tidak ada yang menjawab.

Pada kemana si.. jangan jangan pada makan di luar lagi.

Aku mengedikkan bahu tak peduli dan berjalan ke dapur untuk mencari camilan.

Heran deh ninggalin rumah pada ga bilang dulu.

Aku membuka kulkas, menilik sesaat. Yogurt dan roti coklat menjadi pilihanku.

Aku membawa camilan itu ke ruang tengah rumah depan tv dan duduk di sofa. Akhirnya tv menjadi pilihan kedua, ini kebiasaanku jika di rumah tidak ada orang. Menyalakan tv dengan volume besar, tidak peduli dengan tayangan apa yang muncul disana yang penting rumah tidak sepi.

Outrageous || Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang