who doesn't?

471 63 0
                                        

"lemes amat mba nya kenapa?" Bobby bersidekap di depan sobatnya yang kehilangan hampir seluruh energinya akhir akhir ini.

"Hm?" Rose hanya mendongakkan kepalanya dan menggeleng payah dengan senyum yang di paksa.

"Eyy lo gabisa bohongin gue kali"

Crashh.. bobby menyodorkan sekaleng lemonade yang masih menampakkan uap putih disekitarnya; tanda masih sangat segar, membuat siapa saja tergoda untuk meminumnya. Lengkap dengan penutup kaleng yang telah di buka.

Dengan senang hati rose menerima dan meminumnya.

"Udah mau skripsi lo masih galau aja? Galauin apa si hanbin gaakan kabur" ya, setidaknya perkataannya sedikit menghibur.

"Yakin banget gaakan kabur? Gue sendiri aja ga yakin" senyum kecut terpampang jelas di raut muka rose. 

"Gue udah ga kontakan sama dia 3 bulan, masih yakin dia ga kabur bob?" Jari jari nya hanya bergerak gelisah seraya mengusap - usap embun dari kaleng lemonade pemberian bobby.

"Ko bisa? Lo nya lah yang chat duluan" rose merogoh tas dipinggirnya dan menyerahkan ponselnya acuh tak acuh pada bobby. Dengan maksud lo baca aja sendiri chatnya.

"Gue kangen. Tapi bisa apa? Gabisa nyusul juga bentar lagi mau skripsian."

Tak butuh semua isi teks, bobby langsung mengerti.

"Anjir ko gini. Lo kenapa ga ngomong?" Loh, emosi temannya ini malah tersulut. Membuat rose merasa ganjal, ada yang tertahan di dalam hatinya dan memaksa keluar, meminta haknya agar tidak diacuhkan. Ingin cepat beban itu hilang. Pelupuknya dipenuhi butir bening sampai membuat pandangannya memburam.

"Nangis aja, ada gue ko" langkah temannya itu ringan berpindah untuk sekedar memberi sandaran dan merengkuh tubuh ringkih rose.

Dan bulir bening dari matanya jatuh bebas di pipinya.

Hubungan yang telah lama dengan sekuat tenaga ia pertahankan berakhir dengan buram. Tak ada kejelasan sama sekali, bak wujud kaca jendela yang di selimuti embun di pagi hari.

"G-gue kangen bob, kenapa hanbin segini jahatnya sama gue" belah bibirnya bergetar menahan isak sementara berucap.

Ia secara gamblang menandaskan rasa rindu lewat kata kata yang tak ada habisnya, beruntung ia masih memiliki sosok bobby yang presensinya bahkan melebihi hanbin.

"Gue.. bisa apa? Seolah semua gaada artinya buat dia. Terus gunanya dia ngejar gue mati matian apa" tangannya sibuk menyeka Bulir bening yang turun. Berusaha menyembunyikan.

"Stt.. lo gausah mikir aneh. Percaya, hanbin pasti punya alesan. Dia udah janji dan gabakal ingkar. Pegang omongan gue rose." Tangan nya setia mengusap surai rose lembut, menyalurkan afeksinya. Ingin rose mengerti bahwa bukan hanya dia seorang yang hatinya hancur saat ini.

Bobby lebih dari itu. Membayangkan usahanya selama ini membendung emosi dan perasaan ingin memilikinya untuk rose sia sia karena si brengsek hanbin yang dengan gamblangnya meninggalkan rose tanpa sepatah katapun. Tahu begini, bobby takkan membendung perasaannya itu. Akan Masa bodoh membiarkan perasaannya meluap.

Tapi bobby tetaplah bobby, yang lebih merelakan semuanya untuk rose. Terlebih pasal perasaan.

Menahan mati matian umpatan yang sudah di ujung lidah dan memilih menenangkan sosok yang ada didekapannya saat ini.

"Anter gue kesana bob, gue pengen penjelasan hanbin"

"Ato ngga telfonin hanbinnya bob please"

"Bob gue kangen hanbin" dan sore itu telinga bobby hanya dipenuhi keluh kesah rose.

Outrageous || Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang