sayang

762 76 3
                                    

"ih mau gue bunuh?" Kataku. Alisku mengkerut secara otomatis.

"Lo mau ninggalin gue buat cewe lain iya?"

"Ih bukan gitu anjir, dengerin dulu" kata hanbin sambil menghadap padaku.

"Gue kemaren kemaren iseng daftar beasiswa gitu di universitas di london dan tau tau nya keterima" setelah mendengar penjelasannya aku tidak tahu harus senang atau sedih.

"Ko ga bilang gue?"

"Ya situ nya susah di deketin mba" hanbin mencubit hidungku gemas.

"Jadi lo mau ninggalin gue lagi gitu?" Tanyaku sambil menunduk sedikit dan memainkan kuku jari ku.

"Ga gitu loh sayang, ga maksud ninggalin" hanbin mengelus rambutku dengan tangan kirinya. Yang kanan di pakai penopang kepala senderan di kepala kursi.

"Kalo aku sukses kan cepet lamar kamunya hehe" kata dia.

"Apa si jijik kamu kamu, lagian siapa yang mau nikah sama lo" aku menepis tangannya yg mengelus rambutku.

"Kalo dipikir pikir 'kamu' itu manis" dia senyum, setan memang.

"Iya gue emang manis"

"Lah geer. Maksudnya kata 'kamu' itu manis dari pada 'lo' bhahahah" dia menertawaiku sampai hampir jatuh tersungkur dari kursi. ini kali pertama kami bertemu kembali, dan dia tetap menyebalkan. Masih hanbin ternyata.

"Ih pipinya merah anjir kaya badut"
Telunjuknya tidak berhenti menusuk nusuk pipiku

"Ngga ya! Apa si ah sakit hanbin"

"Jadi boleh ga nih?" Tanya nya. Masih dengan sisa tawanya.

"Ko nanya gue si? Ya pergi pergi aja" ketusku.

"Ko jawabnya gitu si, tajem"

"Gatau mau mikir dulu" kataku. Lalu berdiri hendak pulang.

"Mau kemana?"

"Pulang lah masa nginep disini" aku menyampirkan tasku. Tapi hanbin nahan.

"Masi kangen nih, bentar lagi napa" akhirnya hanbin ikut berdiri. Ia melingkarkan jaket denimnya ke badanku. Dan menggenggam bagian lengannya.

"Kapan emang mau perginya?"

"Bulan depan, beres kelulusan" ia menalikan jaket bagian lengannya. Membuatku tak bisa bergerak.

"Apa sih bin ga bisa gerak nih" seperti biasa, dia hanya memamerkan senyum kudanya.

"Jangan manyum manyun depan gue, bahaya" dia mengerling, membuatku bergidik ngeri. Aku jadi ingin tau apa yang dimakan nya selama sebulan kebelakang? Dia jadi hanbin yang melibihi sikap hanbin sebelumnya. Sudahlah lupakan.

Kami jalan. Rencananya pulang ke rumahku, dan hanbin mengantarkanku. Di jalan tidak ada yang memulai percakapan, kami hanya saling diam. Sibuk dengan pikiran masing masing.

Aku? Sibuk memikirkan tentang rencana hanbin yang melanjutkan sekolahnya di perantauan. Ingin sekali rasanya bilang tidak, tapi aku tak ingin egois atas kehidupan orang lain. Bagaimanapun juga hanbin memiliki pilihannya sendiri, memiliki masa depan yang harus dibuatnya cerah dan aku tidak boleh menjadi penghalang masa depan cerahnya. Status kami hanya 'pacaran' dan itu tidak cukup untuk sekedar melarangnya pergi ke london bukan?.

Baiklah aku akan mengalah kali ini.

Tak terasa rumahku sudah berandang dan kamipun sampai di depan gerbang rumahku. Aku berhenti dan menghadap kepada hanbin. Dia juga ikutan berhenti.

"Oke, gue gapapa lo pergi ke london" hanbin meraih tanganku yang masih dibalut jaketnya. Senyumnya merekah.

"Tapi," aku mengacungkan jari telunjukku sebagai peringatan.

Outrageous || Kim HanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang