"gimana kabarnya sekarang?"
Pendengaran rose seakan ditulikan hanya karena duduk berhadapan dengan sosok yang sudah lama di rindukannya itu, rungunya seakan hanya mendengar detak jantungnya yang sibuk berdetak tak karuan. Bahkan suara gaduh di dalam kafe itupun tak mengganggu nya sama sekali. Satu satunya yang mengganggunya adalah hanbin yang kini memperhatikannya sejak awal mereka duduk di kafe itu. Tatapannya tak lepas dari rosenya. Seakan jika berkedip atau mengalihkan pandangannya rosenya akan hilang.
"Emm..." Rose hanya mengangguk pelan, dengan tangan dibawah meja yang saling meremas.
"Kamu ga kangen aku apa? Liat sini dong, aku jadi ngerasa kalah sama meja dari tadi kamu perhatiin terus" Dengan keberanian seujung kuku rose mengangkat kepalanya dan ikut menatap hanbin.
Senyum hanbin merekah sempurna dapat melihat kembali wajah yang tak pernah lepas dari pikirannya itu. Membuat rose ikut tersipu dan semburat kemerahan semakin jelas di pipi.
"Maaf ya, harus bikin kita ngelaluin ini semua" hanbin meraih tangan rose yang semula menganggur diatas meja dan mengelusnya sayang.
"Maaf aku cuma bisa bikin kamu nangis, bikin kamu sakit"
"Cukup bin, gausah minta maaf lagi. Dengan baliknya lo g-gue udah maafin lo ko."
Hanbin hanya bisa tersenyum sedangkan hatinya tak henti menyalahkan dirinya, justru dengan kembalinya rose rasa bersalah nya semakin menjadi, tapi hanbin bisa apa toh dia juga egois karena tak sudi melepaskan rosenya.
"Oiya, lusa rencananya aku mau ke rumah kamu bareng bunda sama ayah" rose mengernyitkan alisnya
"Ngapain?"
"Aku udah ga tahan hidup kepisah sama kamu, pengen cepet cepet hidup bareng sama kamu. Aku mau minta restu papa sama mama park" tidak ada yang lebih mengagetkan bagi rose selain perkataan hanbin beberapa detik yang lalu, rungunya sampai berdengung saking kaget dan tak tahu harus berbuat apa.
"Rose, kita udah sama sama dewasa aku udah punya kerjaan tetap, apalagi yang harus ditunggu? Aku gamau kalo sampe keduluan sama orang lain, bisa gila aku"
"T-tapi, mama masih marah sama lo"
"Sayang, aku bakal berusaha sebisa aku buat bujuk mama park." rose hanya mengangguk meng-iyakan.
"Tapi sebelum aku dengan percaya dirinya minta izin ke mamamu, aku mau tanya. Rose, kamu mau jadi temen hidup aku?, for the rest of my life. No, for the rest of our life. I need and want you more than everything. Would you?" Rose sekali lagi dibuat mematung atas pernyataan hanbin, mulutnya tak bisa berkata apa apa bahkan tangan yang sedari tadi digenggam hanbin mulai berkeringat dan bergetar. Rose tau itu bukan sekedar pernyataan cinta, she is being proposed.
Tapi perlahan senyum nya terlukis indah dan kepalanya ikut mengangguk mantap meskipun terkesan secara perlahan.
Kini mawar yang semula layu dan terancam mati sudah kembali mekar, dan hanbin menyaksikan itu semua. Hatinya senang bukan main meski baru mendapat satu lampu hijau.
🌹
"Hanbin, nak kamu yakin? Jangan karena rasa kangen kamu doang langsung lamar rose" bundanya angkat bicara.
"Bun ya ampun, kita udah di depan rumahnya loh ini masa mau balik lagi. Lagian hanbin udah beberapa kali bilang ke ayah sama bunda kalo hanbin udah siap mental fisik. Ayah sama bunda cukup doain yang terbaik aja buat hanbin"
Bunda hanya mengangguk sambil tersenyum sendu melihat putranya sudah dewasa seperti ini.
"Yaudah ayo kita turun, kita masuk takut keburu malem kan gaenak" ayah menyela dan ke 3 nya turun dari mobil.
Begitu hanbin menginjakan kakinya di lantai depan rumah rose, tangannya mengepal erat berusaha mengusir rasa gugup yang kini memenubi dirinya. Bahkan kakinya lemas entah kenapa.
Tangannya terangkat dan mengetuk pintu rumah itu. Tak perlu mengetuk berkali kali, suara yang sudah sangat hanbin hafal menyaut dari dalam rumah. Suara ramah yang dulu selalu hanbin dengar kala dirinya berkunjung ke rumah ini.
Ketika pintu terbuka netra keduanya bertemu, hanbin dan mama park. Senyum canggung terlukis diwajah mama park, hanbin mengerti itu. Mungkin saja jika dirinya datang sendiri tak akan ada senyum seperti ini atau mungkin hanbin takkan dibukakan pintu.
Bunda dan mama saling menyapa dan berbasa basi seperti bertanya kabar dan bla bla bla.
"ayo masuk" ajak mama. Hanbin mengkuti dibelakang bundanya, dalam rumah terlihat seperti disiapkan untuk kedatangan hanbin dan keluarganya. Rupanya rose memberi tahu orang tua nya.
Kini keenamnya duduk saling berhadapan di sofa ruang tamu, suasananya luar biasa canggung karena mungkin kedua belah pihak telah mengetahui kejadian beberapa bulan lalu, dan jujur kejadian tentang hanbin yang malah menggandeng orang lain membuat bundanya malu untuk sekedar berhadapan dengan mama dan papa park saat ini.
"ekhm.. jadi maksud kedatangannya nak hanbin ini ada apa?" tanya papa rose memecah hening.
Hanbin yang sedang gugup tambah gugup ditanya seperti itu. Namun, hanbin tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Tangannya saling meremas kuat dan dirinya memposisikan diri sebaik mungkin.
"ekhm.. gini om, tante hanbin mau minta izin buat.. em.. nikahin anaknya om sama tante .."
KAMU SEDANG MEMBACA
Outrageous || Kim Hanbin
Fanfiction"Lo lebih milih setan kaya gue dari pada malaikat kaya bobby?" -Kim Hanbin