Sudah tersedia di playstore dengan kata kunci aya emily plus 6 extra bab.
Tersedia juga di Karyakarsa Aya Emily. Bisa pilih untuk baca extra babnya saja.
Happy reading ❤
----------------------------
Part awal ini aku persembahkan untuk MrsChoBee
Dialah yang memberi saran nama tokoh wanita dan memberi beberapa masukan tentang jalan ceritanya.
Selamat menikmati!!
------------------------------
Semua mata tertuju pada wanita yang sedang meliukkan tubuhnya mengikuti alunan musik di lantai dansa Fly Club. Bukan hanya karena lekuk tubuhnya yang dibalut gaun seksi selutut mampu menarik perhatian, melainkan juga paras cantiknya yang terlihat imut dan manis seperti remaja polos. Di tambah lagi postur tubuhnya yang tidak sampai seratus lima puluh centi meter, membuatnya benar-benar terlihat seperti remaja tiga belas tahun.
Walau sebagian besar pengunjung menganggap wanita itu adalah gadis kecil yang baru masuk SMP, namun tidak ada yang mencoba menegur.
Jangan pernah mencoba mengganggu urusan orang lain kalau urusanmu sendiri tidak mau di ganggu, begitulah prinsip hampir semua orang di club itu.
Wanita itu seperti tidak menyadari perhatian orang-orang di sekelilingnya. Entah karena terlalu cuek atau karena dia sudah mabuk berat. Dengan liar dia terus bergoyang hingga rasa mual itu datang, mengaduk perutnya dengan ganas lalu naik ke kerongkongan.
Buru-buru wanita itu menyingkir dari lantai dansa. Jalannya sempoyongan menandakan dia sudah kehilangan setengah kesadaran karena minuman beralkohol.
Penglihatannya sedikit berkunang-kunang. Perutnya terus bergolak. Kedua kakinya sudah tidak bisa menapak dengan benar. Semua itu diperparah dengan kenyataan bahwa dia baru pertama kali datang ke club itu. Tentu saja dia tidak tahu dimana letak toiletnya.
Dengan terhuyung, wanita itu melangkah menuju meja bar. Daripada menanyai pengunjung lain yang belum tentu tahu, lebih baik dia langsung bertanya pada pegawai di club itu.
"Permisi, bisa tunjukkan dimana toilet?" wanita itu bertanya pada seorang bartender yang sedang menyajikan minuman.
"Lurus saja ke sebelah sana." Bartender itu menunjuk ke sebuah arah. "Di sana ada papan petunjuknya. Ikuti saja."
"Terima kasih." Gumam wanita itu.
Dia segera menyeret tubuhnya menuju arah yang ditunjuk si bartender, walau dia merasa penjelasan lelaki itu kurang detail. Dia bahkan tidak bisa menebak di sana yang dimaksud si bartender itu tempat semacam apa? Apa papan petunjuknya di tempel di meja, kursi atau mungkin di dahi seseorang?
Wanita itu merasa sudah berjalan bermil-mil jauhnya tapi belum juga menemukan papan petunjuk yang dimaksud. Sempat dia berpikir untuk kembali menemui si bartender, tapi gumpalan yang serasa hendak keluar dari tenggorokannya tidak bisa di tahan lebih lama lagi.
Tidak ada pilihan lain selain terus melangkah. Wanita itu hanya berharap segera menemukan toilet. Kalau tidak, dia akan membuat malu dirinya sendiri karena muntah di depan banyak orang.
***
Alan meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Sesekali dia memijit pundak dan belakang lehernya. Desahan lelah keluar dari sela bibirnya ketika pandangannya jatuh kembali ke atas meja kerjanya. Masih banyak dokumen yang harus Alan periksa dan tanda tangani.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guy and Little Girl (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] "Apa maksudmu? Kau kira aku masih anak SD?" "Kalaupun kau sudah SMP, tetap saja belum boleh datang ke tempat seperti ini." "Dasar menyebalkan! Kau sok kenal sekali." Bentak gadis itu galak lalu berbalik berusaha men...