Alan melipat lengan di depan dada dengan bosan. Dia sedang bersandar di pintu mobilnya sambil sesekali melirik jam tangan. Sudah lebih dari sepuluh menit dia menunggu di lapangan parkir Fly Club namun orang yang ditunggunya tak kunjung datang.
Alan mendongak dari posisi semula yang sedang menatap ujung sepatunya dengan pikiran melayang tak tentu arah ketika menyadari sebuah mobil parkir tepat di sebelah mobilnya. Jelas si pengendara mobil adalah orang yang ditunggunya karena tempat dimana mobil Alan diparkir khusus ditujukan untuk pegawai Fly Club dan orang terdekat Alan.
Seorang lelaki bermata abu-abu keluar dari mobil itu. Senyum khasnya tersungging namun tidak terlihat sorot bersalah di matanya padahal sudah terlambat hampir lima belas menit.
"Sedang menungguku?"
"Kau memang senang membuat orang lain kesal atau hanya aku saja?" geram Alan.
"Mungkin hanya kau." Jelas Freddy dengan senyum geli.
"Dasar kau ini! Bahkan ini sudah lebih dari seminggu sejak aku meminta bantuanmu." Gerutu Alan.
Freddy berdecak. "Kau meminta bantuanku tanpa membayar. Jangan menggerutu kalau aku mendahulukan kasus-kasusku."
"Jadi kau mau membantuku atau tidak? Aku sampai berhasil membuat kesimpulan sendiri bahwa usia Destia memang dua puluh enam tahun."
"Oh ya? Bagaimana bisa?" tanya Freddy tertarik.
"Setiap hari aku bersamanya dan melihat tingkah lakunya. Ternyata dia memang sejenis dirimu."
Freddy merengut. "Sejenis? Kau pikir aku makhluk apa?"
Alan mengibaskan tangan. "Tidak perlu diperpanjang. Aku masih ada urusan lain."
"Jadi, kau tidak butuh bantuanku lagi? Kalau kau bisa tahu usianya karena sering bersama, pasti mudah bagimu untuk mengetahui latar belakangnya."
"Masalahnya aku tidak tahu bagaimana cara bertanya tanpa terlihat terlalu penasaran akan kehidupan pribadi Destia."
Freddy menatap Alan dengan tajam. "Kak, kau menyukai wanita ini?"
Alan tertegun. Freddy tidak pernah memanggilnya 'kakak' kecuali dia merasa yang mereka bicarakan merupakan hal sensitif.
"Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Terlihat jelas dari wajahmu. Lagipula tidak biasanya kau penasaran dengan seorang wanita."
"Aku penasaran karena Destia bekerja padaku. Bukankah itu wajar?"
Freddy hanya mengangkat bahu atas pembelaan Alan. "Terserahlah. Sekarang, dimana wanita itu?"
"Dia membantu Fajar dan Romi di bar." Alan mendesah. "Aku memberinya pekerjaan untuk merapikan ruanganku. Tapi tiap kali aku keluar, dia pasti mengendap-endap keluar juga."
Freddy terkekeh. "Dia pasti mengira kau tidak tahu."
"Kurasa begitu. Destia pasti berpikir begitu aku keluar, aku tidak akan kembali sampai waktunya Fly Club tutup. Padahal aku lebih sering menghabiskan waktu di sini." Alan menyeringai geli.
"Jadi begitu dia keluar untuk membantu di bar, kau kembali ke ruanganmu?"
"Begitulah."
"Kau senang bermain kucing-kucingan, ya?"
"Aku hanya penasaran sampai kapan dia akan terus berpura-pura."
"Setelah mendengar ceritamu, kurasa si Destia ini senang sekali berbohong."
"Jangan menuduhnya seperti itu." Tandas Alan kesal. "Dia sudah berkata jujur sejak awal. Hanya saja aku yang tidak mempercayainya. Sekarang dia hanya berusaha mengikuti aturanku yang memperlakukannya seperti anak kecil. Yah, walaupun hanya di depanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guy and Little Girl (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] "Apa maksudmu? Kau kira aku masih anak SD?" "Kalaupun kau sudah SMP, tetap saja belum boleh datang ke tempat seperti ini." "Dasar menyebalkan! Kau sok kenal sekali." Bentak gadis itu galak lalu berbalik berusaha men...