Seperti yang Alan duga, Viktor murka setelah mengetahui bahwa Alan dan Diaz bersandiwara di hadapannya. Ceramah panjang lebar pun tak terelakkan. Freddy sendiri sudah lebih dulu melarikan diri sebelum dirinya terkena imbas kemarahan Viktor.
Beberapa jam kemudian, Viktor terlihat sudah cukup puas menumpahkan amarahnya. Sekarang mereka sedang makan malam bersama.
Berbeda dengan makan malam di rumah besar keluarga Rayyandra yang terkesan mencekam. Makan malam mereka terasa lebih hidup karena percakapan ringan yang mengalir. Padahal yang mereka bahas hanya seputar makanan yang sedang mereka santap.
Selesai dengan makan malam, kini mereka duduk santai di ruang tengah rumah yang mereka tempati. Freddy memang sengaja tidak memilih penginapan. Dia menyewa sebuah rumah yang cukup besar.
"Jadi Papa tidak tahu siapa pembunuh Kakek dan Nenek?" tanya Diaz.
Viktor menggeleng. "Aku tidak ingat apa yang kumakan atau kuminum hari itu. Yang kuingat hanya perasaan seperti mabuk berat. Dan setelah dipikir lagi, seperti ada orang yang mengarahkanku ke kamar Mama dan Papa." Dia bercerita pada semua orang yang sedang memperhatikannya. "Aku bahkan tidak mengingat dengan jelas ketika Alan memergokiku memegang pisau berlumuran darah di kamar itu." ada kesedihan yang nyata di mata Viktor ketika menatap Alan.
"Kau diam saja ketika aku menuduhmu. Kenapa kau tidak menyangkal dan berusaha menjelaskan?" tanya Alan getir.
"Apa kau akan percaya kalau aku berkata demikian?" tanya Viktor pada adiknya dengan suara pelan.
Alan tidak menjawab. Mengingat betapa kacau dirinya di hari kematian orang tuanya, jelas Alan tidak akan mempercayai orang yang jelas-jelas dia lihat sedang memegang pisau berlumuran darah di dekat mayat orang tuanya.
"Kami menduga bahwa kau yang membuat Alan pergi dari rumah keluarga Rayyandra. Bisa tolong ceritakan alasan kau melakukannya dan bagaimana caranya?" Freddy bertanya dengan nada layaknya polisi yang sedang menginterogasi saksi.
"Setelah aku terlepas dari obat yang membuat diriku sedikit linglung itu, aku berusaha mencari tahu apa yang terjadi." Viktor menghela nafas. "Jelas aku tidak mungkin membunuh Mama dan Papa karena aku memang tidak punya alasan untuk melakukannya. Saat itu aku langsung berpikir bahwa ada orang yang membunuh mereka dan menjadikanku kambing hitam.
"Menjelang pemakaman Mama dan Papa, tanpa sengaja aku mencuri dengar pembicaraan Edsel dan Kepala Polisi yang lama. Saat itu aku tahu bahwa yang membunuh mereka adalah keturunan Zio dan setelahnya giliran Alan yang akan menjadi target.
"Aku paham betul Zio yang mereka maksud. Mempelajari silsilah keluarga Rayyandra adalah favoritku. Aku ingat Papa pernah mengatakan tentang perjanjian dan salah satu saksinya adalah Hakim di masa itu. Aku ingat betul siapa cucu si Hakim karena dia adalah Kepala Sekolahku waktu SMP."
"Aku tidak ingat Papa pernah bercerita tentang itu." Alan menyela. Sebenarnya dia hanya menggumam lebih kepada dirinya sendiri. Tapi rupanya kalimat itu didengar Viktor.
"Tentu saja kau tidak ingat. Kau hanya suka memandangi gambar silsilah keluarga di perpustakaan." Cibir Viktor.
"Ah, kau ini mengganggu saja." Freddy melotot ke arah Alan. "Lalu, apa yang kau lakukan?" dia bertanya pada Viktor.
"Hari itu juga aku mendatangi kediaman Kepala Sekolah. Begitu melihatku, dia langsung paham dan menceritakan semua. Dia termasuk orang yang memilih lepas tangan dari perjanjian dan bersedia menjadi saksi seandainya masalah ini di bawa ke pengadilan.
"Setelah mendengar ceritanya aku baru menyadari betapa rumit dan berbahayanya masalah ini. Aku hanya orang yang dijadikan tersangka, sedang berduka karena kematian orang tuaku, dan khawatir akan keselamatan adikku. Tidak ada rencana apapun yang bisa kupikirkan selain memastikan Alan keluar dari rumah itu. Setidaknya jika Alan pergi, aku tidak perlu mengkhawatirkan keselamatannya walau aku harus mendekam di penjara atas tuduhan pembunuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guy and Little Girl (TAMAT)
Roman d'amour[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] "Apa maksudmu? Kau kira aku masih anak SD?" "Kalaupun kau sudah SMP, tetap saja belum boleh datang ke tempat seperti ini." "Dasar menyebalkan! Kau sok kenal sekali." Bentak gadis itu galak lalu berbalik berusaha men...