6

94.5K 7.1K 257
                                    

Alan membaca sekali lagi hasil pennyelidikan terhadap Destia yang baru diterimanya. Data-data tersebut membuktikan bahwa Destia tidak berbohong tentang usianya. Selain itu Freddy juga menyertakan riwayat pendidikan Destia yang ternyata merupakan lulusan terbaik di kampusnya.

Semua informasi tersebut membuat Alan kembali memikirkan penjelasan Destia tentang alasan kepergiannya dari rumah. Pasti Destia juga berkata jujur mengenai perjodohan yang dirancang Papanya.

"Paman tidak pergi keluar hari ini?"

Alan mendongak menatap Destia yang sedang mengelap meja dan kursi di ruangannya. Dia tahu bahwa Destia gelisah sedari tadi menunggu Alan keluar agar wanita itu bisa membantu di bar seperti biasa.

"Sebentar lagi." Alan mendesah. "Tolong berhenti memanggilku 'Paman'. Melihat tingkahmu aku mulai percaya bahwa kau bukan anak berusia tiga belas tahun."

Destia menghentikan kegiatannya lalu menatap Alan dengan tangan dilipat di depan dada. Bibirnya menyeringai penuh kemenangan. "Aku memang tidak pernah mengatakan bahwa usiaku tiga belas tahun. Kau yang terus-menerus mendesakku agar berkata seperti itu."

"Aku akui, memang itu kesalahanku."

"Tapi aku terlanjur nyaman memanggilmu 'Paman'."

"Tidak. Aku jadi merasa sangat tua."

"Temanku memiliki seorang Paman yang usianya hanya terpaut lima tahun darinya."

"Baik. Silahkan terus memanggilku 'Paman'. Sebagai gantinya kau tidak boleh lagi membantu Fajar dan Romi di bar." Jelas Alan sambil kembali membaca dokumen di hadapannya.

Destia terpana. "Jadi, selama ini Paman tahu?"

"Tahu apa?" tanya Alan cuek.

"Bahwa aku membantu di bar?"

Alan mengangkat bahu tidak peduli.

Terbersit perasaan tidak suka di hati Destia ketika Alan mengabaikannya seperti itu. "Bagaimana kalau aku panggil 'Kak'?

"Terserah."

"Apa itu artinya aku boleh bekerja di bar?"

Perlahan Alan menatap Destia kembali. "Kau suka bekerja di bar?"

Destia mengangguk mantap. "Sangat."

"Sepertinya kau tertarik untuk menjadi bartender." Gumam Alan. "Aku juga bisa mencampur minuman seperti Romi dan Fajar walau tidak sehebat Rafka."

Nama itu lagi.

Kali ini Destia tidak bisa menahan rasa penasaran. "Sebenarnya Rafka itu siapa? Aku pernah mendengar nama itu disebut beberapa kali oleh pelanggan atau pegawai di sini."

Alan tampak enggan menjawab tapi lalu memilih untuk menjelaskan. "Rafka dulunya juga pernah bekerja di sini. Dia sahabatku." Alan mendesah. "Sebenarnya dia yang paling jago mencampur minuman di Fly Club. Bahkan sangat pintar untuk menciptakan perpaduan rasa minuman yang baru. Tapi sayang, dia tidak bisa menjadi bartender karena keberadaannya dianggap lebih menguntungkan untuk pekerjaan lain."

"Pekerjaan apa?" Destia makin tertarik.

"Aku tidak ingin membahasnya." Alan menyudahi. "Berhenti memanggilku 'Paman' dan sebagai gantinya kau bebas bekerja di bar."

"Kalau begitu, aku sudah boleh berganti pakaian, Kak Alan?" tanya Destia dengan manis.

"Pergilah."

Tanpa disuruh dua kali Destia langsung menuju kamar mandi sambil membawa seragam pelayannya. Setelah berganti pakaian, Destia pamit dan segera keluar dari ruangan Alan.

The Guy and Little Girl (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang