26

50.3K 4.3K 185
                                    

Dugaanmu benar tentang Viktor. Perlu aku rinci kejadiannya? Aku tidak bisa meneleponmu.

Alan mengirim pesan itu kepada Freddy ketika dia sedang berada di kamarnya. Tadi setelah keluar dari ruang makan, Alan bergegas kembali ke kamar. Dia ingat kejadian di cafe ketika pembicaraan antara dirinya dan Freddy disadap. Karena itu dia tidak mau mengambil resiko dengan menyampaikan informasi tertentu melalui telepon.

Tak lama kemudian, pesan balasan masuk ke ponselnya.

Tidak perlu. Setelah ini jangan lagi menghubungiku untuk menyampaikan informasi apapun. Kecuali kalau kau sedang merindukanku. Segera hapus pesan yang kau kirim dan pesanku ini juga. Besok Fajar akan sampai di situ sebagai kokimu.

Setelah membaca balasan dari Freddy, Alan segera menghapus pesan itu beserta pesan yang ia kirim sebelumnya. Kemudian Alan keluar kamar agar tidak ada yang merasa bahwa dirinya merencanakan sesuatu.

Langkah Alan bergerak ke halaman belakang rumah. Pandangannya mengamati seluruh bagian rumah lalu membandingkannya dengan rumah itu di masa lalu.

Semuanya sudah berubah.

Alan tidak lagi mengenali seluruh bagian rumah itu. Mungkin itu sebabnya perasaan familiar dan nostalgia sulit ia rasakan. Selain kamarnya, Alan merasa asing.

Gerakan Alan berhenti tepat di teras belakang rumah.

Dia tidak menyangkal bahwa tempat yang dulunya merupakan hutan itu kini telah menjadi begitu indah.

Alan turun melintasi jalan setapak yang membelah hamparan bunga berbagai warna. Lelaki itu menatap takjub kupu-kupu dan burung penghisap nektar yang beterbangan.

Di balik hamparan bunga, terdapat danau buatan yang terlihat begitu jernih. Dengan penasaran, Alan berjongkok di tepi danau lalu mencelupkan tangannya. Airnya sesegar yang terlihat. Masih dengan tangan di dalam air, Alan tersenyum memperhatikan keseluruhan danau itu.

Sungguh indah dan tenang.

Mendadak terlintas dalam benak Alan untuk mengajak Destia ke tempat itu. Sepertinya menjadikan tempat ini sebagai lokasi kencan mereka selanjutnya merupakan ide bagus.

Memikirkan Destia membuat Alan teringat bahwa dirinya belum menghubungi kekasihnya itu. Sebelum berangkat Destia memang mengatakan tidak akan menghubungi Alan duluan. Dia bilang tidak mau mengganggu kegiatan Alan.

Yah, sebenarnya dia baru ingat belum menghubungi siapapun kecuali pesan singkat yang ia kirim untuk Freddy.

Alan meringis seraya mengeluarkan ponselnya. Yang paling heboh pastilah reaksi Rafka karena Alan belum juga memberi kabar. Tapi biarlah. Destia yang akan ia dahulukan.

Hanya pada deringan pertama, Destia sudah menerima telepon Alan. Lelaki itu tersenyum ketika membayangkan Destia sedang gelisah sambil menunggui ponselnya.

"Halo, Kak? Kau sudah sampai?" Nada cemas Destia terdengar jelas.

Senyum Alan melebar. Dia baru menyadari bahwa memiliki seseorang yang merindukan dan mengkhawatirkan dirinya dari jauh terasa sangat menyenangkan.

Ah, tidak. Bukan senang. Lebih dari itu tapi Alan tidak tahu bagaimana menggambarkan perasaan membuncah di dadanya seperti sekarang.

Memang Alan sudah lama memiliki Rafka yang pasti juga merindukan dan mencemaskan dirinya. Tapi ini terasa berbeda.

Seperti inikah yang dirasakan Rafka ketika gelisah menunggu kedatangan Rena tiap akhir pekan di Fly Club dulu? Atau perasaan seperti inikah yang membuat Freddy tidak bosan menempel pada istrinya tiap ada kesempatan karena jam kerja polisi tengil itu yang tidak menentu?

The Guy and Little Girl (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang