Rencana Alan untuk menjual saham Rayyandra Group tidak berjalan mulus. Sempat terjadi keributan saat rapat intern dengan para petinggi perusahaan beberapa hari lalu. Aksi saling memojokkan antara yang pro dan kontra membuat ruang rapat laksana perang adu mulut.
Alan tahu kejadian di ruang rapat memang sudah direncanakan seseorang. Dia bahkan ragu bahwa ada yang mendukung keputusannya untuk menjual saham Rayyandra Group. Tapi untuk menghindari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Alan memutuskan membatalkan rencananya.
Apa itu artinya Alan kalah dari mereka?
Salah besar.
Rencana menjual saham hanya cara Alan untuk mengalihkan perhatian. Di saat para petinggi perusahaan sibuk mencegah Alan menjual saham, Diaz sedang bergerak dari luar perusahaan. Hanya tinggal tunggu waktu sampai berita mengejutkan menggegerkan semua penghuni rumah besar keluarga Rayyandra.
Saat ini Alan sedang berbaring santai di atas ayunan jaring dekat danau. Baru saja dia selesai berbincang dengan Destia dan Rafka. Sementara Freddy tidak mengangkat telepon darinya. Selain itu Alan juga sudah menghubungi penanggung jawab di pembangunan club barunya dan Puput di Fly Club untuk memastikan bisnisnya tetap berjalan lancar.
Bisa dibilang, Alan merasa sedikit bosan. Di Fly Club tidak ada istilah libur di akhir pekan. Malah akhir pekan adalah saat dirinya dan para pegawai bekerja lebih keras karena ramainya pengunjung. Jika tidak sedang bekerja, ada Rafka, Freddy dan keluarga mereka yang selalu mengisi hari-harinya. Ditambah sekarang ada Destia yang juga menemaninya.
Tidak ada kata bosan.
Tapi di sini, perputaran waktu seolah berjalan sangat lambat. Diaz, satu-satunya orang yang Alan percaya di rumah besar itu, masih sibuk menjalankan tugas darinya. Paman Edsel dan Ricky pergi entah kemana sejak sarapan selesai. Beberapa saat kemudian, Desy dan Viktor juga pergi. Sekarang di rumah hanya ada Alan, Mia dan Lilian serta anak-anak.
Sejak awal kedatangannya, Alan tidak mencoba akrab dengan Mia dan anak-anak. Sementara Lilian, karena sifatnya yang ramah dan suka berteman, sering kali mendatangi Alan untuk sekedar menyapa atau mengobrol padahal Alan sendiri sudah berusaha menghindar. Bukan tanpa alasan Alan menjaga jarak.. Bagaimanapun dirinya akan menjadi penghancur kedamaian di rumah itu. Dia tidak mau diliputi rasa bersalah hingga tidak sanggup menjalankan rencananya.
Memang terdengar kejam. Tapi lebih kejam mana, menghancurkan keluarga ini sekarang atau menutup mata dan membiarkan pembunuhan lain terjadi terus-menerus di masa depan.
Bagaimana perasaan pendiri dinasti Rayyandra jika mengetahui bahwa keturunannya saling membunuh hanya demi harta warisan? Apa pendapatnya tentang Alan yang akan menghancurkan semua yang telah dibangunnya demi mencegah pembunuhan lain?
Andai kakek dari kakek Alan itu masih hidup, pasti Alan akan menanyakan semua itu.
Mengingat tentang sang pendiri dinasti Rayyandra, mendadak Alan sangat ingin mengetahui silsilah keluarga Rayyandra. Dia ingat dulu sang Papa pernah menunjukkan silsilah keluarga yang diukir di dinding bagian belakang perpustakaan di rumah ini.
Segera Alan turun dari ayunan dan melangkah menuju perpustaakan yang ada dibagian rumah sebelah kiri. Alan memang belum pernah masuk ke perpustakaan di rumah itu sejak kedatangannya dua minggu yang lalu.
Alan sedikit takjub melihat daun pintu kembar berukir indah itu masih sama persis seperti pintu perpustakaan beberapa tahun silam. Perlahan dia mendorong daun pintu agar terbuka. Sekali lagi mata Alan berkilat takjub melihat dekorasi perpustakaan yang begitu familiar. Rupanya selain kamar Alan yang dijaga agar tetap sama seperti dua puluh tiga tahun yang lalu, perpustakaan ini juga mendapat perawatan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guy and Little Girl (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] "Apa maksudmu? Kau kira aku masih anak SD?" "Kalaupun kau sudah SMP, tetap saja belum boleh datang ke tempat seperti ini." "Dasar menyebalkan! Kau sok kenal sekali." Bentak gadis itu galak lalu berbalik berusaha men...