Alan sudah menyelesaikan urusan Fly Club yang tidak bisa diwakilkan, kepada anak buahnya. Dia juga sudah memilih Puput untuk menggantikan pekerjaannya selama Alan pergi. Dia bahkan sempat memikirkan untuk menjadikan Puput sebagai manager tetap di Fly Club, karena wanita itu sangat tertarik terhadap manajemen bisnis. Dia termasuk salah satu pekerja Fly Club yang bersedia melanjutkan pendidikan.
Alan tidak bisa lagi melakukan semuanya sendiri. Sebentar lagi cabang Fly Club akan mulai beroperasi. Dan setelah modalnya terkumpul untuk membangun kebun anggur, perhatian Alan pasti akan tersita ke sana. Tentunya tidak mudah memulai sesuatu yang belum pernah digelutinya. Alan harus banyak belajar. Terutama belajar cara menghasilkan buah anggur kualitas terbaik.
Setelah memastikan pekerjaannya tidak akan terganggu walau Alan pergi, perhatian Alan beralih pada Destia. Seperti yang dia katakan pada Destia sebelumnya, dia tidak bisa membiarkan wanita itu tinggal sendirian di rumahnya.
Destia sempat berkata akan menyewa rumah untuk ia tempati. Namun hal itu langsung ditolak Alan. Kalau begitu apa bedanya dengan tinggal di rumah Alan? Karena yang Alan khawatirkan adalah Destia tinggal sendirian.
Butuh perdebatan panjang sampai Destia menerima usul Alan untuk tinggal di rumah Rena. Destia menolak karena tidak ingin membebani keluarga Rena yang baru saja menyambut anggota keluarga baru. Padahal seperti dugaan Alan, keluarga Rena merasa sangat senang kalau Destia mau tinggal bersama mereka yang memang membutuhkan tambahan tenaga.
Sekarang Alan disibukkan dengan kegiatan mengemas barang-barang yang kemungkinan dia butuhkan dalam perjalanan maupun di rumah keluarga Rayyandra.
Alan melirik Destia yang sedang menata pakaiannya di dalam tas. Tidak seperti biasanya, hari ini Destia amat pendiam. Alan paham karena dirinya juga merasakan kesedihan yang sama.
"Des, kenap—"
Ucapan Alan terhenti ketika dia melihat jemari Destia hendak menyentuh pakaian dalamnya. Segera dia meraih pergelangan tangan Destia lalu mengambil pakaian dalamnya.
"Biar aku saja." Ujar Alan dengan wajah merona.
Destia mendengus namun tidak membantah. Dia berdiri hendak keluar, tapi langkahnya terhenti karena lagi-lagi Alan mencengkeram pergelangan tangannya.
Mereka saling berhadapan. Menatap dengan sorot kesedihan di mata masing-masing.
"Kau marah padaku?" tanya Alan setelah mereka berpandangan cukup lama.
"Tidak."
"Lalu kenapa kau bersikap ketus seperti ini padaku. Bisa dibilang hari ini adalah hari terakhir pertemuan kita. Entah untuk berapa lama. Mungkin hanya beberapa hari. Tapi mungkin juga beberapa bulan." Alan berusaha menampilkan senyum. "Aku berharap bisa pergi tanpa ada masalah apapun di antara kita."
"Maaf, Kak." Destia tidak bisa menyembunyikan wajah sedihnya. "Aku tidak tahu bagaimana cara menyikapi kesedihanku ini. Setelah beberapa minggu selalu bersamamu, pasti sulit melewati hari-hari berikutnya tanpa dirimu."
"Wah, sejak kapan kau jadi puitis begini." Alan menggoda.
"Aku serius, Kak."
"Iya, aku tahu."
Alan menangkup kedua sisi pipi Destia lalu mendongakkan wajah wanita itu. Kepala mereka saling mendekat. Mata keduanya terpejam dan membiarkan insting mereka menuntun hingga—
BRAK.
"Alan, sebelum berangkat—"
Buru-buru Alan dan Destia menjauhkan diri. Wajah Destia memerah malu sedangkan Alan memelototi Freddy yang masih berdiri di ambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guy and Little Girl (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] "Apa maksudmu? Kau kira aku masih anak SD?" "Kalaupun kau sudah SMP, tetap saja belum boleh datang ke tempat seperti ini." "Dasar menyebalkan! Kau sok kenal sekali." Bentak gadis itu galak lalu berbalik berusaha men...