Destia hanya duduk dengan kikuk sementara Rena menyusui di kembar sedangkan Bu Yuni menyiapkan makan siang. Dia masih merasa sangat malu untuk berhadapan dengan mereka. Sedari tadi kedua tuan rumah itu sudah berusaha mengajak Destia mengobrol. Namun dirinya hanya sanggup menjawab singkat.
"Des, Tante mau ke pasar sebentar. Ada bahan yang lupa dibeli. Tolong bantu Rena jaga si kembar ya." Mendadak Bu Yuni berkata kepada Destia yang masih duduk di ruang tengah.
"Tante, biar aku yang beli ya?" pinta Destia penuh harap.
"Terima kasih, tapi tidak perlu. Kau di sini saja bersama Rena." ujar Bu Yuni lalu segera berlalu.
Dia mengerti perasaan malu Destia. Karena itu dirinya sengaja berinisiatif untuk keluar sebentar. Mungkin jika hanya berdua bersama Rena, sikap kaku Destia bisa mencair.
Sementara itu, Destia sendiri merasa makin tidak nyaman. Dia kembali duduk dengan ragu di sofa ruang tengah itu.
Apa sebaiknya dia kembali ke rumah Alan saja? Pikirnya.
Belum sempat Destia memutuskan apa yang harus dilakukannya, tiba-tiba Rena keluar dari kamar si kembar lalu duduk di sebelah Destia.
"Maaf meninggalkanmu sendirian di sini. Si kembar Farrel baru terlelap. Dia memang sangat manja jika dibandingkan Fachmi yang selalu tenang." Cerocos Rena.
Destia hanya tersenyum kecil sebagai tanggapan, tidak tahu harus berkata apa.
"Destia, aku tidak suka kau seperti ini. Biasanya kau sangat cerewet." Rena berkata kesal sambil melotot ke arah Destia.
"Aku—eh, entahlah." Destia terbata-bata. "Aku hanya tidak tahu apa yang harus dikatakan. Sekali lagi maaf untuk—"
"Hentikan, Des!" potong Rena kesal. Kau sudah mengatakan kalimat itu puluhan kali sejak tiba tadi. Aku sampai bosan mendengarnya." Gerutu Rena.
"Tapi—"
"Apa kau sudah berkenalan dengan suami Ratna?" Rena bertanya tiba-tiba untuk mengalihkan pembicaraan.
"Apa yang kau maksud lelaki bermata abu-abu yang malam itu—" Destia kembali teringat dengan kejadian memalukan yang dipicu Papanya.
"Iya, lelaki yang itu. Apa kau sudah berkenalan dengannya?"
Destia menggeleng pelan. "Tidak. Tapi aku pernah bertemu dengannya di Fly Club ketika aku sedang bekerja."
"Bekerja? Di Fly Club? Apakah karena itu kau mengenal Kak Alan?" Rena sengaja mengajukan banyak pertanyaan untuk memancing Destia berkomunikasi dengannya dan melupakan perasaan malu akibat ulah Om Indra.
"Kak Alan yang memberiku pekerjaan." Jelas Destia. "Aku masih penasaran kenapa kau bertanya tentang suami Ratna."
"Ohya, itu. Aku hanya ingin mengingatkan agar kau berhati-hati jika bertemu dengannya." Wajah Rena tampak serius.
"Kenapa? Dia terlihat baik."
"Itu hanya tampilan luarnya saja. Kalau kau mau tahu aslinya, orang setenang Kak Alan bisa berubah menjadi beruang liar jika sudah berhadapan dengan Freddy."
"Jadi namanya Freddy." Gumam Destia. "Tapi aku masih tidak mengerti penjelasanmu."
"Freddy menderita penyakit jahil akut." Jelas Rena masih dengan mimik muka serius.
Destia mematung menatap Rena selama beberapa saat, sebelum tawa kerasnya pecah. Destia tertawa sampai harus memegang perutnya. "Penyakit jahil aku? Apa penyebabnya adalah spesies virus jenis baru?" tanya Destia tanpa bisa berhenti tertawa.
Rena menahan senyum senangnya karena akhirnya Destia tidak bersikap kaku lagi. Buru-buru dia menunjukkan ekspresi serius kembali. "Aku tidak bercanda, Des." Jelas Rena dengan yakin. "Kau memang suka jahil juga kadang-kadang. Tapi jika dinilai dengan angka satu sampai sepuluh, nilai jahilmu hanya empat. Sedangkan Freddy di atas sepuluh."
![](https://img.wattpad.com/cover/123027396-288-k909622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Guy and Little Girl (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] "Apa maksudmu? Kau kira aku masih anak SD?" "Kalaupun kau sudah SMP, tetap saja belum boleh datang ke tempat seperti ini." "Dasar menyebalkan! Kau sok kenal sekali." Bentak gadis itu galak lalu berbalik berusaha men...