~PART EIGHT~

72.2K 3.9K 102
                                    

Pergilah dari kepalaku sekarang juga atau aku bunuh kau dengan peluru di tanganku
-Maya-

~·~

TAP tap tap

Arash melangkahkan kakinya yang panjang pada ubin putih di bawahnya. Suaranya cukup nyaring karena suasana yang sepi. Sudah satu jam sejak bel pulang dibunyikan, Arash masih bertahan di sekolah guna melaksanakan rapat osis yang pada pertemuan kali ini diputuskan, bahwa pemilihan ketua osis akan dilaksanakan minggu depan.

Semakin mendekati hari H, beban yang ditanggung Arash nampaknya justru semakin berat. Ia masih harus mengurusi kepengurusan calon osis memutuskan apakah mereka berhak untuk dipilih menjadi calon bersama guru. Selain itu, ia harus segera menyelesaikan semua tugas yang masih diembannya sebelum pemilihan itu terlaksana. Ini merupakan tanggung jawabnya sebagai ketua osis pada saat ia masih mengemban tugas itu. Sebenarnya ia bisa saja menyerahkannya pada ketos baru, tapi Arash tidak ingin membebani siapa yang terpilih nantinya.

Arash sedikit bersyukur karena ia akhirnya bisa segera lepas dari jabatannya ini. Bukan berarti ia tidak menyukainya, ia hanya kuwalahan saja dalam membagi waktu untuk osis, tugas-tugas sekolah, belum lagi ia terpaksa harus meninggalkan ektrakuriler basket yang dulu sempat dijalaninya untuk sementara.

Arash membuka lembaran map merah yang dibawanya. Map itu berisi beberapa data yang belum ia tanda tangani.

DUK!

PRANG

"A-astaga cermin Resti!"

Sambil masih mengusap dadanya karena terbentur kepala siswi di hadapannya, Arash mengangkat wajah dan mendapati raut kemarahan seorang Maya yang terpancar jelas di matanya yang coklat.

"Lo!" Maya mengacungkan jari telunjuknya pada Arash. "Ganti!"

Arash tak merespon. Ia hanya memandang tanpa ekspresi serpihan kaca yang berserakan di lantai akibat tubrukan tadi.

"Woy!" Didiamkan, Maya mendorong tubuh Arash karena kesal.

"Apaan sih?" Tanya Arash mulai kesal.

"Ganti cermin Resti sekarang juga!"

"Gue gak salah. Buat apa gue tanggung jawab?"

"Lo salah karena udah nabrak gue barusan sampai cermin Resti pecah kayak gitu!"

"Lo aja yang jalan gak pakai mata."

"Jalan itu kemana-mana pakai kaki idiot. Lihat pakai mata!"

"Gitu ya? Kalau gitu barusan lo gak pakai mata."

"Lo juga gak pakai mata karena terlalu sibuk mengamati map lo itu, sampai-sampai mata lo gak lo gunain buat lihat jalan."

"Darimana lo tahu dari tadi gue lihatin map?"

Maya terdiam.

"Bukannya lo baru aja belok dari koridor loker?"

Maya masih terdiam. Tapi otaknya tengah berpikir keras. "Pokoknya gue minta ganti cermin Resti!" Ujar Maya mengembalikan topik pembicaraan setelah cukup lama berpikir keras dan hanya menemukan stok pembahasan ganti rugi cermin.

Arash mendengus, "Manfaatnya itu cermin apa sih? Sampai lo pingin banget gue ganti?"

"Tanpa cermin itu, gue gak bisa dandan. Gue gak bisa setiap saat ngecek penampilan gue."

"Lo itu di sekolahan di sini buat belajar. Bukan ngikutin kontes ratu kecantikan. Seharusnya lo itu ngecek nilai-nilai lo yang banyak kurang karena ketinggalan, dan ngecek diri lo sendiri buat memperbaiki diri."

SCOMPARIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang