Heran ya, ternyata es cendol itu lebih nomor satu dari pada aku pacar kamu.
-Maya-~·~
"ASSTAGHFIRULLAHHALADZIM!"
seruan bernama Allah dari Ratih berhasil membuat dua insan di ruang tamu itu berjengit kaget dan kontan segera membentang jarak.
Ratih geleng-geleng kepala melihat kelakuan remaja jaman now itu. Yang cewek bergerak kikuk menata rambutnya, sementara yang cowok mengusap kasar wajahnya.
"Kalian apa-apaan barusan itu?" Tanya Ratih pada keduanya.
"Anu Bun, ini nggak seperti yang Bunda kira. Kita..." Arash tak tahu harus berkata apa, sementara Ratih masih setia menunggu Arash melanjutkan kalimatnya. "tadi ada kotoran di wajah aku Bun."
"Terus kenapa deket-deket gitu?"
"Ya masa bersihinnya dari gerbang depan Bun?" Sahut Arash sensi.
"Ehm Tante," keduanya menoleh pada Maya. "Kita nggak ngapa-ngapain kok. Ini semua juga berkat Tante, karena Tante hal yang tidak diinginkan akhirnya terhindarkan. Makasih Tan." Maya sedikit membungkukkan badannya dan menunduk dalam-dalam, Arash pun bingung dibuatnya.
"Crazy kuadrat." Arash bergumam seraya menggelengkan kepalanya.
"Ya syukur alhamdulillah. Anak muda jaman sekarang emang kebanyakan bergaul sama setan. Untungnya Ibu cepat datang." Ratih mengurut dadanya. "Itu apa?" Tanya Ratih tak sengaja mengarahkan pandangannya pada bekal pink yang masih bertahan di tangan Arash.
"Itu bekal makan dari saya Tante." Jawab Maya tersenyum malu.
"Bisa masak?" Tanya Ratih antusias.
Maya terdiam sejenak. Mencoba mencari jawaban yang tepat yang tak akan menurunkan reputasinya yang telah melambung di hadapan Ratih.
"Mana bisa, Bun. Masak air aja boro-boro." Sahut Arash tanpa saring.
Maya melayangkan lirikan tajam pada Arash dibalasnya dengan kedua alis yang terangkat.
"Nanti juga bisa kok, iya 'kan Nak Maya?" Sahut Ratih.
"Hm, iya Tan." Maya mencoba tersenyum manis. "Ehm, Tante ada yang bisa saya bantu di dapur?"
"Oh ada, mari-mari. Sambil nungguin Arash siap-siap mending kamu bantu Tante di halaman belakang."
Arash menyaksikan dua wanita yang usianya terpaut jauh itu dengan diliputi kebingungan. Ia tak habis pikir, gejala apa yang diderita Maya saat ini.
Kenapa tuh tante-tante? Kepalanya kepentok pak ustad dalam perjalanannya ke sini kali ya? Arash mencoba berpositif thinking.
~·~
Arash dan Maya menyusuri mall yang penuh weekend ini. Mall memang selalu penuh jika weekend, ya walaupun jika hari kerja pun mall tidak akan sepi. Maya memasuki deretan pakaian dan busana diikuti Arash yang berjalan gontai di belakangnya.
Arash memang tak pernah antusias jika di ajak mengunjungi mall, apalagi jika bersama cewek yang pasti banyak maunya dan selalu pilih-pilih ini itu.
"Arash bagus nggak?" Tanya Maya sambil meletakkan gantungan mini dress di hadapannya.
"Hm."
"Kayaknya nggak deh." Maya kembali menggantungkan dress itu, dan sibuk memilih lagi.
Arash memutar bola matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCOMPARIRE
Teen Fiction[Completed] "Pelanggaran pertama, melanggar tata tertib sekolah dengan tidak mengikuti upacara." "Basi." "Pelanggaran kedua, memakai sepatu yang selain warna hitam bertali putih." "Heh Pak, ini tuh sepatu baru gue. Harganya tuh mahal. Lagian ini gue...