jadikan harga diri lo seperti uang. Selecek apapun bentuknya, semua orang pasti akan menghargai itu.
-Arash-~·~
GENTA meminta Maya untuk menemuinya di depan sekolah. Keluar dari gerbang bukanlah hal yang sulit bagi Maya. Ia tinggal meminta Pak Jono untuk membukakan gerbang dengan sogokan sebungkus rokok, maka Pak Jono akan melakukannya.
Sesuai perkataannya di telepon tadi, Genta memang sudah menunggu Maya di seberang sekolah. Selepas menyeberang jalan di zebra cross yang terletak di depan sekolah, Maya akhirnya sampai di hadapan cowok itu.
Masih dengan seragam sekolah yang melekat di badannya, Genta bersandar pada pintu mobil dengan menghisap sebatang nikotin. Satu tangan ia masukkan ke dalam saku celananya. Jujur saja, Maya mengakui kalau Genta memang tampan, tidak ada yang sanggup melawan pesonanya. Tapi satu hal yang Maya tak sukai dari cowok itu, ia terlalu over protektif.
"Hai." Sapa Genta tanpa senyum begitu ia melihat kehadiran Maya di sana.
"Hai." Balas Maya seadanya.
Cowok berkalung itu segera menjatuhkan puntung rokoknya setelah ia menghisapnya sekali lagi.
"Langsung aja. Gue gak mau berbasa-basi." Ujar Genta setelahnya. "Gue udah tahu kalo lo--"
"Gue mau putus." Sela Maya terlebih dahulu.
Apa-apaan ini? Genta datang ke sini untuk memutuskan hubungan mereka, tapi ia malah kecolongan start. Kerutan hadir di keningnya dan bibirnya berkedut menahan emosi.
"Bagus kalau lo tahu gue selama ini ada cowok lain. Jadi gue gak perlu bertele-tele menjelaskan."
"Fuck!" Desis Genta sambil membuka pintu mobil dan tiba-tiba menarik dan menyeret lengan Maya untuk duduk.
"You." Sambung Maya meneruskan kata Genta setelah ia dengan terpaksa akhirnya masuk ke mobil.
Posisinya sekarang, Maya terduduk di kursi penumpang dengan kedua kaki yang menyentuh trotoar. Tatapannya mendongak membalas tatapan tajam dari Genta yang saat ini berdiri agak condong di hadapannya dengan tangan kiri yang bertumpu pada atap mobil.
"Kenapa? Lo gak terima gue putusin?" Tanya Maya berusaha tenang, karena di posisi seperti ini Genta dapat melakukan apapun yang ia mau sementara dirinya terkepung di dalam mobil.
"Gue bukan gak terima lo putusin," Genta semakin memcondongkan tubuhnya mendekat, sementara tangan kanannya mulai bergerak menyentuh rambut Maya. "Gue cuma gak terima lo bisa pergi dengan mudah sebelum..."
Tangan kanan cowok itu menggapai tengkuk Maya dan menarik Maya untuk mendekat. Maya berusaha menolak dengan kedua tangannya yang mendorong kedua bahu Genta. Tapi sebelum Maya berhasil mendorongnya, waktunya untuk melepaskan diri telah terlambat. Bibirnya telah menempel dengan bibir hitam cowok itu yang bercampur dengan bau nikotin.
~·~
"Kalau saya melihat Pak jono membukakan gerbang untuk Maya apalagi dengan sogokan rokok kayak gini, saya bisa laporkan hal ini sama pihak sekolah."
Pak Jono bergetar ketakutan ketika Arash berhasil mengancamnya dengan tatapan tajam seperti ini. Arash memang tidak pernah menunjukkan kemarahannya, jadi tentunya Pak Jono sangat ketakutan saat ini. Ia tersadar kalau kali ini ia memang sudah kelewatan. Bisa membuat Arash semarah ini ketika sebelumnya ia hanya menegur saat Pak Jono berbuat salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCOMPARIRE
Teen Fiction[Completed] "Pelanggaran pertama, melanggar tata tertib sekolah dengan tidak mengikuti upacara." "Basi." "Pelanggaran kedua, memakai sepatu yang selain warna hitam bertali putih." "Heh Pak, ini tuh sepatu baru gue. Harganya tuh mahal. Lagian ini gue...