~THIRTY NINE~

56.9K 3.3K 98
                                    

Kau harus mencoba membagi rahasia untuk mengetahui kesetiaan seseorang bukan?
-Arash-

~·~

ARASH tahu ada yang tidak beres. Sejak tadi keheningan menyelimuti. Maya tak kunjung membuka topik sejak duduk di boncengannya. Arash rasa ia yang harus memulai topik untuk mengusir suasana yang membuatnya tidak nyaman. Beberapa usaha telah ia lakukan, tetapi hanya balasan singkat yang ia dapatkan.

Ini sudah berlangsung sejak mereka pulang sekolah. Saat belajar bersama, mendung sudah menggelayut di wajah Maya. Arash telah mencoba untuk bertanya, tapi dasar cewek mereka pasti menjawab,

"Nggak papa."

Sudah juga ia coba untuk mencerahkan suasana, sempat dibalas dengan senyuman, tapi Arash tak bisa tertipu, itu hanya senyum palsu.

Untuk itulah saat ini, dalam perjalanan menuju kediaman Maya, Arash dengan sengaja menjalankan motornya dengan kecepatan pelan. Agar ia ada waktu untuk menciptakan obrolan.

Hembusan angin malam yang menerpa, sedikit membuat kulit lehernya meremang. Seketika ia teringat akan sosok di jok belakang yang masih diam dalam kebisuan.

"Dingin nggak May?" tanya Arash mengeraskan suaranya juga sedikit memalingkan wajahnya kesamping tetapi masih dengan pandangan yang lurus ke jalan raya.

Pertanyaan Arash sedikit membuat Maya tersentak. Ia tarik kepalanya ke depan meminta Arash untuk mengulang pertanyaan.

"Lo bisa pakai jaket gue kalo lo dingin."

"Oh, nggak usah, Rash." Maya menarik kepalanya ke belakang. Kembali diam sibuk dalam lamunan, menimbulkan decakan dari arah depan.

Hening kembali menguasai. Membuat dua insan tersebut akhirnya pasrah dan diam dalam sepi. Tak lama akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Arash mematikan mesin motor dan menurunkan standar. Tapi anehnya cewek diboncengannya tak kunjung untuk turun. Arash berdecak yakin Maya pasti tengah melamun. Ia tolehkan kepala ke samping belakang dan menyentuh punggung tangan Maya yang melingkar di pinggangnya. Maya tersentak kecil dan menyadari kalau mereka telah sampai. Segera ia turun dan melepaskan pengait helm dengan tatapan kosong. Arash kembali berdecak dan menarik lengan cewek itu pelan untuk mendekat. Maya menurut dan membiarkan Arash yang mengambil alih tugasnya.

"Helmnya belum dibenerin, jadi masih sulit." Terangnya tanpa Maya mengajukan pertanyaan. Begitu pengaitnya terlepas, Maya segera melepaskan helmnya dan menyerahkan benda itu pada Arash.

"Makasih ya."

Arash mengangguk meraih helm itu. Dibiarkannya Maya melangkah pergi memasuki pelataran rumah. Ia pikir Maya akan kembali dengan sendirinya dan menceritakan semuanya, tapi setelah ia hitung sampai tiga kali Maya tak ada berbalik, Arash menyerah dan memanggilnya.

"Maya."

Langkah Maya terhenti. Ia balikkan badan dan menatap wajah Arash yang tertimpa sinar cahaya lampu jalanan.

"Kenapa?"

Ada diam yang lama. "Kita pacaran?"

"Iya."

Arash diam sejenak. Tak mendapati adanya perubahan di wajah cantik Maya. "May, lo nggak percaya sama gue?"

Hening merambat naik. Dalam waktu yang cukup lama mereka saling berpandangan. Sebuah motor melintas di jalan yang hening. Sedikit mengusir suasana yang membuat Arash tak nyaman.

"Maaf Rash. Lebih baik lo balik, ini udah malam."

Selesai mengatakannya Maya segera memasuki pelataran rumah dengan langkah cepat. Meninggalkan Arash yang masih belum beranjak dari tempatnya. Masih dengan setia memandangi rumah besar yang berdiri di hadapannya. Bertemankan dengan udara malam, samar terdengar suara gemerisik dedaunan yang bergesekan karena angin mengajak bermain. Jalanan sepi dan lengang tanpa adanya kendaraan yang melintas di jalan.

SCOMPARIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang