Kamu memang hanya sebuah batu pijakan untuk menaikkan ketenaran
-VR-~·~
"Terbongkarnya sosok asli seorang Maya Augrellia"
Mungkin title tersebut pantas disematkan pada kabar terbaru pagi ini. Seluruh artikel memuat berita tersebut. Apalagi Maya adalah seorang bintang majalah, tentu dirinya sedang diburu oleh para paparazi. Sebagian paparazi bahkan sampai mendatangi Green High untuk mendapatkan info selengkapnya terkenai berita yang sedang panas tersebut. Untungnya ada pak Jono bisa mencegah mereka membuat keributan dengan menutup pintu pagar.
Di dalam Green High sendiri, rapat guru tengah diadakan secara mendadak pagi itu. Memberikan kebebasan bagi seluruh siswa-siswi untuk membincangkan si korban tanpa perlu diusik oleh dentang bel masuk. Sementara itu, siswa-siswi sudah heboh disetiap sudut sekolah. Makian, umpatan, ejekan, hinaan, mengalir mulus bagaikan jalan tol dari mulut mereka. Dengan mengandalkan ponsel sebagai berita, mereka memberikan bumbu-bumbu baru yang semakin meluas dari satu mulut ke mulut lainnya. Tanpa mencari sumber berita dan langsung membeberkannya. Mungkin membicarakan Maya adalah sesuatu yang mengasyikkan karena kapan lagi mereka bisa menghujat seseorang yang mereka benci? Membicarakan keburukannya dan menertawakan penderitaannya adalah hal yang wajib mereka lakukan saat ini. Tapi tidak bagi Arash.
Telinga cowok itu bahkan sudah berasap karena mendengar banyak umpatan yang ditujukan pada Maya. Bisakah sebelum mereka mengumpat mereka mencari tahu dulu kebenarannya? Ya walaupun Arash sudah tahu kalau berita itu bukan hoax belaka. Setidaknya cari tahu dulu latar belakangnya baru boleh mencela. Tapi Arash lupa, sekarang segalanya sudah instan. Tak peduli benar atau bohong, yang penting hujat tak boleh ketinggalan.
Bahkan di perpustakaan pun ada saja bisikan-bisikan yang terdengar. Arash pikir mengunjungi perpustakaan adalah pilihan terbaik, tapi ia baru ingat kalau penjaga perpustakaan Green High memiliki dendam kesumat yang tak pernah terbalas untuk Maya.
"Idiiih, rasain kamu. Mau kamu taruh mana ha muka kamu itu? Percuma punya kulit wajah bersih mulus tanpa jerawat dan minyak dimana-mana kalau udah tercoreng ya mau nggak mau mesti ngumpet! Mau ngumpet dimana kamu? Bahkan ketiak aku pun malas. Ogah banget ketiak aku dinistain sama aib kamu," oceh Bu Wati melotot pada layar ponsel.
Apa yang Arash lakukan begitu mendengar gerutuan Bu Wati? Arash segera tancap gas memakai kembali sepatunya keluar dari ruangan, diiringi umpatan tanpa suara yang keluar dari mulutnya.
Sementara itu di toilet perempuan SMA Green High, dua orang cewek dengan polesan make up yang cukup tebal juga tengah mengumpat pada sosok yang sedang hangat diperbincangkan. Yang satu tak hentinya mengawasi keadaan, yang satunya lagi sibuk menghubungi kontak personal yang tak kunjung aktif.
"Anjing, dari tadi nggak aktif mulu, mana sih?!"
"Coba lagi, coba lagi."
"Pala lo pitak!" Resti mengumpat. "Enak bener ya si bitch ninggalin sampahnya ke kita."
"Mending kalo sampahnya nyata. Tapi ini sampah harga diri." Vinka ikut berapi-api. "Pokoknya orang yang nyebarin berita hoax ini bakal gue tendang sampe ke neraka."
Suara gaduh terdengar. Vinka menyeret Resti untuk bersembunyi di dalam bilik toilet paling ujung dan menutup pintunya rapat-rapat. Tak lama,
Empat orang siswi memasuki toilet. Mematut cermin untuk bersolek."Selamat tinggal sayang..." siswi dengan kepang yang tersampir di salah satu bahu bernyanyi dan memutar badan dengan tangan di atas kepala, menari balerina yang sebenarnya tidak cocok dengan lagu yang dibawanya. "Bila umurku panjang, kelakku kan datang tuk buktikan, satu balas kan kau jelang."
KAMU SEDANG MEMBACA
SCOMPARIRE
Teen Fiction[Completed] "Pelanggaran pertama, melanggar tata tertib sekolah dengan tidak mengikuti upacara." "Basi." "Pelanggaran kedua, memakai sepatu yang selain warna hitam bertali putih." "Heh Pak, ini tuh sepatu baru gue. Harganya tuh mahal. Lagian ini gue...