~TWENTY TWO~

64.4K 3.6K 55
                                    

Sesekali dalam pertemanan tolehkanlah kepalamu ke belakang, siapa tau ada temanmu yang kau bangga-banggakan membawa pisau di tangan
-untuk P-

~·~

QUEEN BEAST

Gue haus. Beliin minum ya, yang dingin,
yang segar, anterin ke aula.

SEDERET pesan yang baru saja Maya ketik, ia kirim ke salah satu grup chat di yang berisi dirinya dan kedua temannya. Kemudian, Maya mengamati Smartphone berwarna gold yang masih terhitung baru di tangannya itu. Ia buka aplikasi kamera di sana untuk bercermin.

"Awas."

Maya melirik Arash, lalu seperkian detik setelahnya ia menunduk untuk mengangkat kakinya agar Arash bisa menyapu bagian bawahnya. Selesai membersihkan bagian bawah kursi yang diduduki Maya, Arash beralih ke bagian lain, tapi masih di sekitar sana, dengan berada di bawah pengawasan Maya. Sebersit pertanyaan muncul di benaknya.

"Rash, lo kemarin--" Arash memasang telinganya, "--yang anter gue balik 'kan? Lo juga dong yang bawa gue ke kamar?"

"Ya iyalah, masa Pak Jono." Sahut Arash sinis sambil mengangkat kursi kosong untuk dikembalikan ke tempatnya semula.

"Berarti itu tandanya lo udah masuk ke rumah gue tanpa seijin yang punya rumah!" Seru Maya menggebu.

"Apa maksud lo? Gue udah ijin kok sama pembantu lo." Balas Arash tak terima dengan pernyataan konyol Maya.

"Itu yang ijinin 'kan Mbok Sum bukan yang punya rumah. Seharusnya lo ijin dulu dong sama gue!"

"Jadi gue harus bangunin lo dulu gitu?"

Maya mengetukkan jarinya di sisi kursi, "ya nggak gitu,"

"Emangnya kenapa sih? Ada rahasia yang lo sembunyiin tentang keluarga lo?" Tanya Arash dengan mata memicing.

"Ya nggaklah!" Sahut Maya cepat, "semua orang 'kan tahu kalau Bu Dian nyokap gue. Gak ada rahasia kok." Maya meremas rok abunya dengan gugup. Arash memasang mata menyelidik ke arahnya, yang membuatnya semakin tidak tenang.

"Lo kok gak tenang gitu?" Tanya Arash menyudutkan Maya.

"Alihin tuh muka lo! Jangan natap gue gitu! Entar suka gue gak tanggung jawab!"

"Cih," Arash kembali menyapu lantai, "gue gak lihat Bu Dian waktu i--"

"Dia udah tidur. Iya dia pasti udah tidur, makanya lo nggak lihat dia." Maya menyahut cepat, "tapi bagus dong, lo jadi gak kena semprotan dari nyokap gue, hehehe." Maya tertawa canggung.

Arash mengerutkan keningnya mengamati Maya, membuat Arash semakin penasaran.

"Eh, gue bantu ya," Maya menawarkan diri untuk membantu, ia meraih pengeruk sampah, dan meletakkannya tepat di hadapan debu dan sampah yang telah Arash kumpulkan jadi satu.

"Oh iya, hari ini kita bakalan belajar bareng." Ujar Arash di sela-sela tangannya yang menyapu sampah ke dalam pengeruk.

"Hari ini?" Tanya Maya sambil mengamati sampah yang mulai memenuhi pengeruk.

SCOMPARIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang