Tunjukkan padaku siapa dirimu agar aku dapat mengulurkan tangan untuk membantu. Memberikan dekapan untuk kehangatan. Tapi apa yang ku harapkan? Kita hanya status tanpa hubungan.
-Arash-~·~
ARASH duduk termenung seorang diri di sofa ruang tamu rumahnya. Ia Memegangi kepalanya dengan siku yang bertumpu pada paha. Kepalanya terasa pening akibat kejadian gila yang baru saja terjadi.
Sementara itu, di atas atap yang sama di ruangan yang berbeda, Maya duduk di tepi kasur kamar Arash dengan melipat tangannya di dada. Ia sangat kesal dengan perlakuan Arash padanya.
Maya beranjak mendekati cermin. Ia memandang pantulan dirinya di permukaan cermin dengan teliti. Tidak ada luka. Tidak ada cacat atau goresan apapun. Siapapun pasti akan tergoda untuk menyentuhnya. Tapi kenapa tidak dengan Arash? Apakah Maya kurang menarik baginya? Lalu seperti apa yang membuatnya tertarik?
Maya menghembuskan nafasnya dan bersandar di cermin. Pandangannya lalu tertuju pada pintu yang tertutup. Serangkaian peristiwa pun menghampiri benaknya.
Sebelum Maya berhasil membuka kancing berikutnya, tangan Arash tiba-tiba saja menahan tangannya membuat Maya tersentak kaget menatap Arash yang kini telah berada pada jarak yang begitu dekat dengannya.
"Jangan lakuin itu." Arash berujar.
"Kenapa?" Tanya Maya bingung. "Gue kepanasan Rash."
"Tapi lo nggak bisa telanjang di sini!"
Urat di bola mata Maya mencuat. "Lo pikir gue mau telanjang apa?!"
Arash gelagapan menanggapinya. Ia buru-buru menciptakan jarak dan menarik kembali tangannya.
"Lo buka--"
"Ya tapi gue tahu diri lah, gue juga nggak bakal telanjang. Gue pakai tank top kok."
"Sama aja lo buka aurat." Arash bangkit. "Ayo ikut gue." Arash meraih tangan Maya dan membawanya memasuki rumah.
"Lo mau bawa gue kemana ini?" Tanya Maya.
Mereka memasuki sebuah kamar. Hal itu sontak membangkitkan otak mesum Maya. Ia jadi berpikir Arash akan meminta yang tidak-tidak padanya. Maya sungguh tak bisa berpikir jernih. Ia belum memiliki persiapan apa-apa untuk melakukannya bersama Arash. Sejenak Maya mencoba berpikir dengan mengamati seisi ruangan. Kamarnya rapi. Tak ada buku berserakan di meja belajar.
"Rash lo yakin?" Tanya Maya meragu.
"Apa maksud lo?" Arash berdiri menatap Maya, membelakangi pintu yang...
TERBUKA!
Maya di serang panik. Bagaimana mungkin mereka melakukannya dengan pintu yang dibiarkan terbuka!
Arash semakin mendekatkan dirinya pada Maya. Membuat debaran jantung Maya berirama tak menentu.
"Rash, pintunya..." Maya memberitahu seraya berjalan mundur perlahan.
"Kenapa?" Tanya Arash semakin mendekat
"Kebuka."
"Nanti bisa di tutup."
Maya tercekat mendengar penuturan santai dari mulut cowok itu. Maya tahu tidak ada orang lain di rumah ini selain mereka, tetapi melakukannya dengan pintu terbuka, merupakan pengalaman yang belum pernah Maya coba. Maya bergidik ngeri membayangkannya.
Arash semakin berjalan mendekat, Maya menarik langkah mundur. Ia sedikit tidak percaya Arash memiliki keberanian juga akhirnya. Ia kira Arash selama ini memang tidak tertarik pada perempuan, tapi kini? Punggung Maya membentur kaca almari, membuatnya harus menghentikan langkahnya. Terima pada apapun yang terjadi ketika Arash semakin mengikis jarak di antara keduanya. Perlahan Maya mengatur nafasnya untuk tenang agar ia bisa berkonsentrasi nantinya. Maya memejamkan matanya ketika tangan Arash terjulur ke sisi wajahnya. Ia telah siap. Lalu...
KAMU SEDANG MEMBACA
SCOMPARIRE
Teen Fiction[Completed] "Pelanggaran pertama, melanggar tata tertib sekolah dengan tidak mengikuti upacara." "Basi." "Pelanggaran kedua, memakai sepatu yang selain warna hitam bertali putih." "Heh Pak, ini tuh sepatu baru gue. Harganya tuh mahal. Lagian ini gue...