Tiga sisi

5.9K 953 73
                                        

Sempat stuck, bingung gimana mo lanjutinnya. Tapi prahara mantan bikin inspirasi masuk, iya Lucid lagi baper ini 😂 edisi curhat ya chapter ini

Bonus aja ini update lagi ^^

.

Click ☆⇨★

.

"Rather than you, I hate myself"

.

"One, two!"

Gerakannya kian bertambah, bersama dengan trainee lainnya berusaha mengikuti trainer dance yang berdiri paling depan. Mereka terus menirukan gerakan yang awalnya dilakukan dengan aba-aba, hingga alunan musik dituangkan kedalamnya hingga menjadi sebuah gerakan yang memukau.

Gadis itu terengah, mengusap peluh yang mengalir dari pelipis hingga ke perpotongan lehernya. Ia belajar dengan cepat, gerakannya begitu luwes menghasilkan pujian dari sang trainer wanita yang berasal dari barat tersebut.

Hap!

Lisa tersenyum, menerima lemparan sebotol air mineral dari salah seorang trainee wanita sepertinya saat waktu istirahat tiba. Mereka duduk bersisian sebelum jemarinya memutar tutup botol tersebut, ia meneguknya perlahan. Lega, dahaganya telah terpenuhi.

"Kau bisa menguasai koreo sesulit itu dengan cepat, keren sekali astaga!"

Senyumnya merekah, Lisa tersipu. "Aniya, kalian semua juga keren. Aku sih masih harus banyak belajar, Jennie unnie terlalu berlebihan"

"Tapi kau terlihat begitu ambisius, sebenarnya apa impianmu? Maksudku, kau tahu. Aku ingin berdiri diatas panggung sebagai seorang idol atau penyanyi yang membuat orang lain kagum, kau sendiri?"

"Aku ingin menjadi Bintang, agar setidaknya aku dapat bersinar dan menjadi cukup pantas untuk bersanding dengannya. Aku ingin menjadi Bintang yang bersinar, bersinar begitu terang hingga ia hanya akan melihat kearahku"

"Siapa?"

"Itu... Hmmm..."

Senyum penuh arti terulas, gadis itu hanya beranjak bertepatan dengan tepukan tangan sang trainer yang mengharuskan mereka untuk berkumpul kembali. Jennie merengut, pada akhirnya rasa penasaran itu ia simpan kembali.

ӜHow Can I SayӜ

"Puahh ..."

Seorang pemuda dengan surai perak mengangkat wajah tampannya dari dalam bathub, ia duduk sembari meluruskan kakinya. Punggung sang pemuda bersandar pelan, membiarkan tubuhnya terendam setengah dalam air hangat dengan aroma kapulaga tersebut.

Ia menyisir pelan surai basah nya ke belakang, membuat wajahnya tampak semakin tampan. Ia tersenyum penuh arti, tatapan manik kelamnya menerawang.

"Dia bukan fans kami, lantas... Siapa dia...?"

Bibir kissable nya berbisik lirih, berbicara pada diri sendiri disela uap yang memenuhi tubuhnya. Pemuda itu memejamkan mata, berusaha meraba bayangan wajah gadis yang ditemuinya kala itu.

Tangannya tegerak pelan, mencoba meraih rasa yang tersisa dari kulit keduanya yang bersentuhan kala itu. Bibirnya tersenyum lagi, merasa begitu bodoh. Tapi nyatanya ia masih memejamkan mata, merangkai potongan ingatan dari memori beberapa waktu lalu.

Surainya menguarkan aroma citrus yang menyegarkan, namun aroma tubuhnya begitu manis memabukkan. Kulitnya lembut seperti bayi, ia masih bisa mengingatnya dengan jelas. Rambut light blonde yang mencolok, mata besarnya yang bulat dan Indah.

Ia masih ingat bagaimana manik itu melebar saat tangannya menangkap tubuh sang gadis, begitu bening dan tampak polos seperti anak anjing. Lucu sekali. Ah ia lagi-lagi tersenyum, dan juga kakinya yang panjang dan tubuhnya yang proporsional.

"mungkinkah ia seorang model?"

Pemuda itu menggeleng pelan, ia meluruskan tubuhnya sebelum ikut menenggelamkan seluruh tubuh hingga kepalanya. Gadis itu memenuhi otaknya, sepertinya pemuda itu terpesona.

Tidak, lebih dari itu.

Ia mulai sadar, sepertinya ia telah jatuh Cinta.

ӜHow Can I SayӜ

Kling!

Sebuah pesan masuk, lagi-lagi dari pengirim yang sama. Pemuda dengan surai kelam itu mengusap kasar wajahnya, sejujurnya saat ini otaknya sedang kacau. Ia merasa egois, namun juga merasa begitu benar. Bukannya merasa bosan, tidak, tidak begitu.

Ten bukannya merasa bosan, ia menatap sendu layar ponsel yang menampilkan nama 'My LuvLiz♥' Ia bahkan tak mengganti nama kontak gadis itu, lagi-lagi ia menghela nafas. Tangannya bergerak cepat, menghapus pesan masuk dari gadis yang sempat mengisi hatinya tersebut.

Keadaan membuat segalanya berubah, bukannya tak mau disalahkan. Tapi rasanya, Ten menjadi paranoid. Ia tak ingin segalanya hancur, dan ini bermula sejak masa trainee nya dimulai. Enam Bulan setelah masa trainee, dia telah diizinkan menyentuh ponselnya.

Pesan gadis itu masuk begitu banyak, sepertinya ia sangat merindukan pemuda itu. Namun Ten ragu, rasanya tidak benar. Ia merasa Thailand dan Korea itu berbeda, ini adalah dua dunia yang berbeda. Dan ia rasa, kehidupannya di Thailand telah menjadi masa lalu. Kini masa depannya adalah Korea Selatan, tempatnya meraih impian yang selalu memenuhi benaknya.

Dan mungkin Lisa pun telah menjadi bagian dari masa lalunya.

Tak dapat dipungkiri, ia begitu terkejut saat melihat Lisa muncul dibarisan para fans dan menatapnya penuh harap. Namun Ten tak dapat melakukan apapun, rasanya segalanya menjadi kacau. Kenapa gadis itu harus mengikutinya kemari, kenapa ia harus masuk ke dalam dunia baru yang diimpikannya.

Kenapa Lisa harus datang ke Korea, dan kenapa ia tak menetap di Thailand. Kenapa ia tidak bertahan sebagai bagian dari masa lalu Ten, kenapa ia harus memaksa masuk ke dalam dunia barunya?

Ia ingin melupakan segala hal tentang gadis itu, pun masa lalu keduanya.

.



.

Tbc


.



.

Bangsat lo Ten!

😩😩😩

Jangan lupa komen guys!

©RoyalistDreamers

How Can I Say? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang