Author POV
John menunduk menatap pusara Henry. Ia tak menyangka akan secepat ini ia kehilangan sahabat terpentingnya. Mamanya Henry juga tak kalah piluny dengan John. Bahkan, sampai pingsan karena tak percaya anaknya meninggal dengan cara yang tidak wajar. John menatap Feyla yang sedang menyendiri di balik pohon dekat pusara Henry. John mengerti, kalau Feyla sedikit tertekan karena ditanyai banyak polisi mengenai kejadian ini. Tapi, dugaan John salah. Feyla justru menatap matahari tenggelam dengan sedikit tersenyum. Entah apa yang terjadi pada Feyla. Mungkin saja dia lelah.
Henry's mom menangis tersedu sedu sambil bersandarkan pusara Henry yang berwarna putih berbentuk salib. Tangisan Henry's mom semakin menderu. Sedangkan Henry's dad hanya menepuk bahu istrinya pelan.
***
Acara pemakaman pun berakhir, John terbaring lelah di atas kasurnya. Ia bingung, mengapa kejadian tak masuk akal ini terjadi pada sahabatnya. Sedangkan Feyla tetap diam membisu sampai acara pemakaman berakhir. Ia pun membangunkan dirinya agar duduk di samping kasur.
Ia ingin melepaskan rasa kehilangan ini dengan membuka ponselnya. Mungkin ada sesuatu hal yang membuatnya melupakan kejadian ini. Ada satu notifikasi yang tampil pada layar ponselnya.
Itu adalah sebuah pesan. Ia lupa tak membaca pesan itu karena kejadian ini. Tapi, matanya tak rbelalak ketika melihat nama pengirim pesan itu.
Pesan dari Henry..
John membaca pesan itu dengan cepat.
From: Henry..
'Jauhi Feyla..'Pesan yang cukup singkat, tetapi mengandung banyak makna. John menatap heran ponselnya. Ia pun berpikir keras, tentang maksud yang disampaikan Henry sebenarnya.
***
Sejak kematian Henry, mereka berdua, John dan Feyla tak pernah mengobrol lagi, dan tak pernah menatap satu sama lain meskipun hanya sekilas. Namun, John merasa janggal. Isi pesan dari Henry dan juga sikap Feyla yang kembali pada kepribadian yang sebenarnya.
Tapi, akhir akhir ini John mencoba menarik perhatian Feyla. Dari membuat guru memarahinya, tak mengerjakan PR, dan membuat kesalahan kecil. Namun itu tidak cukup untuk menarik perhatian Feyla. John menganggap, pesan dari Henry tempo hari itu, salah satu bentuk bahwa Henry menyukai Feyla.
John POV
Ini belum cukup..
Semua ini belum cukup untuk menarik perhatian Feyla. Apa yang harus kulakukan? Ia selalu menghindariku dengan beribu alasan. Dan, mungkin aku akan mengajaknya untuk jalan jalan lagi. Dia.. benar benar pendiam. Mungkin, aku bisa merubah kepribadiannya walaupun kesempatannya kecil."John.. kau harus menatap papan tulis" ucap seorang guru dengan suara yang cukup melengking. "Kau tak tahu beban menjadi seorang guru ya?"
Aku tersadar dari lamunannya. Ekor mataku,aku sempatkan untuk melirik Feyla sekilas. Feyla tak melihat guru itu ataupun diriku. Tatapannya kosong ke depan.
"Ma- maaf.." ucapku lirih.
"Apabila kau melamun lagi.. aku tak akan segan segan menyuruhmu untuk mengajari teman teman sekelasmu" ancam guru bahasa Inggris itu. Miss Sally. Aku hanya mengangguk lemah.
Pelajaran pun dilanjut kembali. Dan aku pun melirik Feyla sekilas untuk ke sekian kalinya. Wajahnya tetap lurus ke depan. Aku pun menenggelamkan wajahku ke dalam dekapan tanganku yang ada di atas bangkuku.
'Tetap saja, ia tak menatapku' pikirku. Aku pun diam sejenak lalu. 'Eh, tunggu'
Aku pun menge-zoom lirikanku barusan. Zoom. Zoom. Yah, tepat sekali. Ekor matanya melirik ke arahku tanpa menggerakkan kepalanya. Ya tuhan, kenapa aku baru sadar pada lirikannya? Usahaku selama satu bulan setengah tak sia sia juga rupanya. Ini peristiwa langka! Aku harus mengabadikannya ke museum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Girl [TAMAT]
FantasyJohn tak menyadari kesalahan terbesar dari tindakannya yang mendekati si gadis misterius, Feyla Milagre. Ia kembali menguak cinta pertama ayahnya, bertemu dengan malaikat maut penuh muslihat, dan bertemu dengan jodohnya yang sebelumnya ia sempat sal...