Keisya?

408 19 0
                                    

raut muka John tampak lesu. tatapan matanya menatap kosong ke arah tembok. Sedari tadi dirinya duduk termenung di atas kursi meja belajarnya. Tampak dengan jelas kantong mata hitamnya, pada kedua matanya. Seharian ini, ia telah mengabaikan 3 panggilan tak terjawab dari Shelly, dan 5 pesan. Ia masih terbayang akan pengakuan Henry pada aplikasi buku hariannya.

Siapa yang dimaksud Henry?

Feyla? Mana mungkin. Ia hanya remaja SMA normal

Tapi, aku tak tahu harus bagaimana..

aku butuh sebuah bukti.

Tok tok tok..

Suara ketukan pintu terdengar pada pintu  kamar John. John menatap kearah pintunya yang tertutup itu.

"John.. Ini ibu. Bolehkah ibu masuk? Ibu membawakanmu bubur" kata suara yang terdengar dari balik pintu. John menatap lemah pintu itu dan menjawab.

"Masuk.." katanya.

Muncullah sosok wanita paruh baya dari pintu kamar John yang terbuka. Dengan kedua tangan yang tengah memegang nampan yang berisi semangkok bubur yang masih mengepulkan asap putih. John tersenyum pada sosok yang tak lain adalah ibunya. Ibunya masih tampak cantik walaupun sudah berkepala empat.

Muncul seekor kucing anggora berwarna abu abu yang berlari menuju kedua kaki John. Bel yang terpasang pada kalung kucing itu bergemerincing. Tampaknya ia senang mendekati majikannya, setelah sebuah koma mingguan mendatangi majikannya. Kucing itu mengelus eluskan badannya yang berbulu halus itu pada kedua kaki John secara bergantian.

Kedua tangan John terulur, mengangkat badan kucing itu yang gemuk.

"John, jangan mengunci diri. Keluarlah untuk menghirup udara segar. Besok kau sekolah, kan? Ibu menaruh buburnya di atas lacimu ya?" tanya John's mom sembari mendekati laci milik John. John masih asyik dengan Jeremy, kucing gemuknya.

Setelah meletakkan bubur hangat itu, John's mom melihat sesuatu yang aneh.

"John, bolehkah ibu bertanya?"

"Silahkan" jawab John sambil sibuk dengan Jeremy.

"Kenapa.. Ada ponsel.. Henry disini??" tanya ibunya memberi jeda pendek. John dengan cepat menatap ponsel Henry yang diangkap oleh ibunya itu.

"A.. Itu.. Sebelum tragedi itu, Henry menitipkan ponselnya sebelum menaiki roller coaster. Tetapi setelah kema-"

Kalimat John terhenti. Ia menurunkan Jeremy dari gendongannya, dan menunduk menatap kedua kakinya. Ia masih sedih atas kematian sahabatnya itu. Ia sangat sedih. John's mom yang mengerti perasaan anak pertamanya itu, langsung mengalihkan topik pembicaraan.

"Ya sudah. Kau harus menghabiskan bubur ini agar kau cepat pulih. Besok kau masuk sekolah bukan? Kau harus menjaga kesehatanmu" ucap John's mom sambil berangsur angsur keluar dari pintu. "Habiskan buburnya, ya?" kata terakhir John's mom sebelum ia pintu itu tertutup. John tersenyum menatap kepergian ibunya dari balik pintu.

"Hahh.. Jangan terlalu dipikirkan, aku akan meminta bantuan Shelly saja" gumam John pelan.

***

John berjalan pelan menuju kelasnya. Ia sudah merasa cukup fit hari ini. Namun, ia merasa sedikit ragu. Apakah perlu untuk menceritakan diary Henry pada Shelly? Atau diam saja?

Kalau ia memilih ujtuk menceritakannya, Shelly takkan segan segan untuk menjauhi Feyla. Dan kalau John tidak menceritakannya, Shelly akan bertanya 'apakah kode kemarin benar untuk diary Henry?'

Mysterious Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang