Kate

231 20 1
                                    

Deruman mobil John menyaru dengan deruman mobil lain di jalan raya. Senja ini, cuaca cukup buruk. Hujan deras mengguyur Kota Hike saat ini. Benar-benar keputusan yang tepat untuk pulang saat ini, namun derasnya hujan hampir membuat sekeliling jalan tampak berkabut. John menajamkan matanya dan berkonsentrasi pada jalan.

"Benar-benar buruk." Ucap John sembari menyetir.

"Hm?"

"Cuacanya benar-benar buruk." Kata John memperjelas perkataannya.

"Memang."

"Kau pernah bermain dibawah hujan ketika kecil?" John mengendarai mobilnya memasuki gang.

"Pernah. Ibuku khawatir waktu itu. Beliau takut aku sakit."

"Sama. Ibuku benar-benar marah ketika aku tak mendengarkan nasehatnya." John terkekeh. "Benar-benar anak bandel."

Feyla bergumam kecil.
Mobil John berhenti di belakang mobil lain. Macet. Hal itulah yang membuat kendaraannya berhenti dan mereka terjebak, atau dalam waktu yang lama.

"Benar-benar sempurna." Umpat John kesal.
Jari telunjuk John mengetuk-ngetuk setir kemudinya dengan tidak sabar. John menghela nafas kemudian. Tak lama, ponsel di sakunya bergetar diikuti nada dering menerima panggilan. John merogoh ponsel di sakunya, menggeser ke warna hijau, lalu mendekatkannya ke telinganya. "Mom?" Sapa John pada panggilan John's mom di ponselnya.

"John, kamu dimana? Sekarang hujan deras, nak. Ayo cepat pulang." Ucap John's Mom di telepon.

"Di dalam perjalanan menuju rumah. Aku terjebak macet, tapi jangan khawatir."

"Syukurlah kalau begitu. Dad cemas. Ia takut terjadi apa-apa terhadapmu. Cepat pulang, nak. Jangan ngebut di jalan."

"Yes, Mom."

John mematikan panggilan telepon. Terpikir tentang kecemasan ayahnya di benaknya. Jarang sekali seorang pria memiliki insting seperti itu. John menghela nafas pendek setelahnya dan mematikan layar ponselnya yang sebelumnya menyala.

Dari layarnya yang gelap tersebut, John dapat melihat dengan jelas bahwa kursi di sebelahnya—yang seharusnya Feyla tempati saat ini— tampak kosong. John menurunkan ponselnya dan memasukkan ponselnya ke dalam sakunya kembali. Ia menatap kearah Feyla yang ada di sebelahnya.

"Ibuku menyuruhku untuk pulang cepat. Aku akan memulangkanmu sebelum itu, setuju?" Tanya John sambil mengukir senyum pada bibirnya.

Feyla tak membalas tatapan John dan mengangguk kecil.

John kembali fokus pada jalanan. Kenyataan ini benar-benar pahit baginya, begitu pula dengan kebenaran yang tak bersahabat dengannya. John hanya tersenyum miris memikirkan hal itu.
Tak lama, lampu jalan berganti nyala hijau.

Kriiiiing... Kriiiiing...

Jam weker milik John berdering nyaring pagi ini. John yang mendengarnya dalam tidurnya, hanya mengganti posisi tidurnya dan mengerang. Tangannya membuat selimut menutupi telinganya guna meredam suara itu untuk tak memasuki gendang telinganya. Namun, usahanya tak berhasil meredam suara jam weker yang tak kunjung berhenti dengan sendirinya itu.

Kriiiiing... Kriiiiing... Kriiiiing...

John mengerang. Mengapa suara itu masih berbunyi?? Batin John masih setengah sadar. Akhirnya ia bangun dan mematikan jam weker berisik itu. Ia menguap kemudian, meregangkan otot-otot atletisnya sebelum ia mulai mengacak-acak rambutnya. Lalu, ia berjalan malas menuju kamar mandi.

Kemarin malam, ayahnya cemas terhadapnya, mengubah kecemasannya menjadi amarah. John mendengarkan nasehat panjang lebar milik ayahnya selama hampir 2 jam. Di akhir nasehat itu, ayahnya ayahnya menyarankan dirinya untuk lebih menonton acara berita daripada bermain ponsel.

Mysterious Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang