Author POV
John menatap kosong ke arah cermin. Tangannya ia tempelkan ke cermin itu. Ia benar benar tak menyangka. Mimpi itu, cerita 30 menit itu membuatnya tertidur 1 minggu lebih. Tangannya pun berpindah memegang pipinya yang sedikit cekung itu. Ia cukup kurus. Tampak kantong matanya yang gelap, membuat kejadian ini tampak semakin nyata.
"1 minggu?? Ba- bagaimana bisa?" Ia berkata pada bayangannya yang ada di cermin. "Maksudku ini.. tidak mungkin.. aku bahkan tak seberapa ingat mimpi itu"
Ia memandangi kedua kelopak matanya dengan tak percaya. Ia pun menutup kedua matanya dan menghela nafas panjang.
"Pasti banyak PR yang menumpuk.." ucapnya.
***
Bel sekolah berbunyi 3 kali, yang berarti masuk kelas."Baiklah, mari kita doa dulu menurut keyakinan masing masing. Berdoa.. mulai.." kata pak guru itu lalu disambut oleh keheningan kelas. Semua murid berdoa dengan khidmat sesuai keyakinan masing masing. "Selesai.. mari kita mu-"
Sreeeekk, suara pintu yang digeser. Tampak sosok John dibalik pintu yang terbuka itu. Nafas John tak beraturan.
"Hahhh.. hahh.. hah.. se- selamat pagi, pak" kata John disela nafasnya yang tak beraturan itu. Tanpa banyak bicara, ia langsung duduk ke bangkunya. Tanpa ada satu pun kata yang ia ucapkan.
"Ba- baiklah.. mari kita mulai pelajarannya" guru tersebut mengambil salah satu buku didalam tas hitamnya. Sedangkan Shelly yang duduk di bangku yang ada di sampingnya bertanya dengan nada berbisik.
"Hei, apa yang terjadi padamu seminggu yang lalu? Kamu sakit apa?" Bisik Shelly dengan menutup sebelah mulutnya.
"Baiklah, bukalah halaman 103 buku paket.. bapak akan menerangkan materinya" kata guru itu sambil menulis di papan tulis.
John terdiam sejenak. Ia memikirkan jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Shelly. "Mmm.. hanya... Cuma demam biasa." jawab John dengan berbisik pula. Shelly hanya meng-oh sambil mengangguk angguk. Sekilas, matanya menatap papan tulis.
"Sejak kematian Felix, kamu sedikit dijauhi sama yang lain.. yang tabah ya?" Bisik Shelly tanpa mengalihkan pandangannya dari papan tulis. John terbelalak mendengar bisikan dari Shelly. "Nanti saat istirahat, aku akan menjelaskan semuanya" Shelly pun mengambil buku tulis dari tasnya dan mencatat materinya.
John merenung. Topik pembicaraan mereka, diperhatikan oleh Feyla dari kejauhan. Matanya memicing ketika melihat mereka berdua mengobrol sambil berbisik. Feyla pun mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Menatap langit biru dan bergumam.
Ada korban lagi..
***
"jadi, apa yang mau kau bicarakan? apa yang terjadi setelah kematian Felix?" tanya John sambil bersandar di tembok belakang sekolah. Shelly menyeruput minuman kotak jus jeruknya, dan menarik nafas.
"banyak yang menyalahkanmu. katanya anak anak, siapapun yang mendekatimu selalu berakhir dengan kematian. seperti Henry dan Felix. aku benar benar tak habis pikir dengan semua tuduhan ini" Shelly kembali menyeruput jusnya. John terdiam sejenak.
"apakah kau mempercayai isu ini?" tanya John sambil menarik sebelah alisnya. Shelly terdiam sejenak.
"aku mempercayaimu John. aku sudah pernah dua kali sekelas denganmu waktu SMP dulu"
John terenung mencerna kalimat dari Shelly. Mungkin dia dapat dipercaya. Shelly adalah ketua kelasnya, dan ia juga tahu bahwa Shelly dijadikan ketua kelas karena kepercayaan murid sekelas untuk mendukungnya menjadi ketua kelas. John takut, apabila Shelly kehilangan kepercayaan dari semua anak anak di kelas karena mempercayainya. Ia pasti akan menyalahkan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Girl [TAMAT]
FantasyJohn tak menyadari kesalahan terbesar dari tindakannya yang mendekati si gadis misterius, Feyla Milagre. Ia kembali menguak cinta pertama ayahnya, bertemu dengan malaikat maut penuh muslihat, dan bertemu dengan jodohnya yang sebelumnya ia sempat sal...