Mimpi (2)

484 28 1
                                    

Felin dan Lala menaiki taksi dan pergi menuju rumah sakit terdekat. Mereka berdua sempat berbincang bincang sesaat.

"Hei.. apakah tidak apa, kau yang membayarinya?" Tanya Lala sambil mengelus elus lebam yang ada di lengan kanannya.

"Tidak apa apa.. aku selalu diberi uang saku yang cukup banyak. Meskipun masih kelas empat sekolah dasar. Ayahku selalu berkata, 'gunakan uang secara bijak, nak.' Karena itulah, aku tak ragu ragu untuk menolongmu" jawab Felin santai. Nada bicaranya terdengar tanpa beban sama sekali.

"Tapi, bukannya membolos juga hal yang tidak baik?" Lala menatap kedua kakinya yang terayun ayun.

Felin melirik Lala dengan ekor matanya. "Itu karena mengobati lukamu, kan? 'Selama kau ada di jalan kebenaran, ayah selalu mendukungmu' begitu kata ayahku."

"Oo.. ayahmu terdengar seperti ayah yang bijak" puji Lala kepada ayah Felin.

"Tidak, bukan begitu. Ayahku adalah pemilik perusahaan besar di-"

"Maaf, kita telah sampai.." potong supir taksi itu.

"Baiklah, ini uangnya. Terima saja kembaliannya.." kata Felin sambil beranjak keluar taksi bersama Lala.

"Te- terima kasih. Kau baik sekali, nak" ucap supir itu lalu pergi.

Felin mengajak Lala untuk menemui seorang suster. "Maaf, sus. Tapi, apakah bisa suster menyembuhkan luka teman saya?" Tanya Felin. Suster itu mengangguk dan mengantar Lala ke sebuah ruangan yang berada di depan persimpangan lorong. Nama suster itu, suster Monica.

Suster Monica mengolesi obat ke lebam yang ada di lengan Lala. Dan membaluti perban ke luka Lala dengan telaten. "Sudah selesai" katanya.

Felin mengangguk. "Berapa uang yang harus kubayar untuk luka ini?" Tanya Felin dengan melihat lihat isi dompetnya yang tebal itu. Suster Monica heran.

"Kau tak usah membayarnya, nak. Biar aku saja yang membayarnya" kata suster itu.

"Hah?? Maksudnya?" Felin kebingungan. Lala hanya menatap mereka berdua mengobrol.

"Kau adalah teman saudara sepupuku.. hanya untuk hari ini, aku bayarkan, oke?"

"Terima kasih.." Felin memeluk suster Monica.

"Iya iya.. sana pulanglah. Kalian membolos, kan?" Tebakan suster Monica mengenqi sasaran.

Felin dan Lala saling berpandangan dan tertawa jahil.

***

Felin dan Lala pun pulang bersama dengqn menaiki mobil milik ayah Felin. Beberapa saat yang lalu, Felin menelpon ayahnya di rumah sakit itu. Ayahnya ternyata mendukung kebaikan anak sulungnya itu. Bahkan ayahnya sampai terharu. Saat berada di mobil, Felin dan Lala tak mengobrol, karena Felin's dad menceritakan suasana hatinya yang sedang bangga dengan anaknya itu.

Mereka pun berpisah, ketika Lala menunjukkan panti asuhan yang ia tinggali. Lala ditanyai oleh bunda Risa.

"Mengapa kau pulang cepat, *****?" Tanya bunda Anna dengan khawatir ketika melihat perban yang terbalut di kaki Lala. Lala hanya menggeleng dan berjalan menuju kasurnya. Ia merasa lelah dan memejamkan matanya. Ia tidur.

***

"Jadi, apa yang terjadi di sekolah pagi tadi? Apa teman sekelasmu membencimu?" Tanya bunda Anna yang sedang duduk manis di samping kasur Lala. Lala mengucek-ucek matanya dan menguap.

"Tidak apa apa.." Lala tersenyum. "Mereka semua baik hati padaku kok" lanjutnya.

Bunda Anna tersenyum simpul. "Baiklah, mari makan malam" bunda Anna beranjak dari tempat duduknya dan berdiri di ambang pintu. "Ben, Carrie, Kyle, Joe, dan yang lainnya menunggumu. Cuci muka dan cuci tangan dulu ya" bunda Anna pergi meninggalkan kamar Lala.

Mysterious Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang