Dua Jiwa

207 14 2
                                        

John menyangga badan bagian atasnya dengan kedua sikunya yang bertopang pada kusen jendela. Manik matanya yang kemerahan menatap halaman sekolahnya yang luas dengan tenang. Sesekali, angin berhembus menggoyangkan rambutnya. Dari jendela lantai tiga di lorong kelas 11 itu, mata John jauh lebih terpaku pada gerbang sekolah yang tertutup dengan sebuah pos satpam yang berada tepat di sebelahnya. John pikir, ketenangan dan kedamaian yang ia rasakan sekarang tak akan terjadi lagi di kemudian hari. Pikirannya pun secara iseng membayangkan sosok zombie yang berusaha memasuki gerbang sekolahnya. Benar benar terinspirasi dari film horor kesukaan sepupunya.

"Hei, John, apa yang kau lakukan disini?" Tanya Shelly yang datang dan menirukan posisi John di kusen jendela. Tetapi, Shelly bertopang dagu sedangkan John tidak. Semilir angin dari jendela yang terbuka ikut menerbangkan anakan rambut Shelly yang sepunggung itu. "Kau merasakan semilir angin yang tenang ini, kan?" Tanya Shelly lagi kepada John yang tak kunjung menyahuti ucapannya dan hanya menatapnya dari ekor mata John yang tajam.

John melirik gadis itu. Kehadiran Shelly disebelahnya mengingatkannya untuk memberi alasan kepada Shelly untuk tak melanjutkan penyelidikannya mengenai Feyla. John menelan salivanya, bersiap untuk mengeluarkan kata-kata. "Shelly... Begini, aku... Mengenai penyelidikan yang kita lakukan-"

"Oh ya, aku menemukan sesuatu yang mengejutkan tentang itu. Kau pasti akan sama terkejutnya denganku." Kata Shelly antusias ketika John mengungkit tentang penyelidikan yang mereka lakukan. Shelly yakin, apa yang ia katakan ini akan membuat John terkejut.

John terdiam, masih dengan melirik gadis itu melalui ekor matanya. Ia mencoba memberikan Shelly kesempatan untuk mengutarakan apa yang didapat gadis itu.

"Jadi begini, ketika aku memasuki ruang kerja Dad, aku menemukan artikel tentang munculnya kematian misterius di kota ini. Setelah aku mengumpulkan semua artikel itu, aku mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa-"

"Aku berhenti dari penyelidikan ini." Tukas John membuat Shelly kehilangan rasa antusiasnya.

"Eh?" Shelly meragukan pendengarannya. Raut mukanya tampak kebingungan dan kecewa. Ia juga berharap bahwa John tengah mengatakan sebuah lelucon hari ini. Sebuah Maret Mop, mungkin? "Apa maksudmu, John? Kau bercanda, kan?"

John menoleh kearah Shelly. Ekspresi yang ia tampilkan dihadapan Shelly sekarang adalah kasihan. Kedua alisnya menyatu, tatapan mata sendu, dan bibir yang menipis menahan kata-kata yang akan keluar.

John memilih diam dan mengalihkan pandangannya ke kanan. Gerak-geriknya membuat Shelly marah sekarang.

"Jelaskan apa maksudmu, John?! Mengapa kau menyerah untuk mencari informasi ini??" Tanya Shelly sedikit membentak. Ekspresi yang John tunjukkan kepadanya adalah ekspresi tak-ada-jalan-lain-lagi dan itu tak benar. John yang ia kenal adalah pribadi yang tak akan putus asa dengan hal kecil yang menghalangi impiannya. Mengapa John yang dihadapannya sekarang berbeda dengan yang dulu?

John masih mengarahkan tatapannya kearah selain wajah Shelly, dan hal itu membuat Shelly tak mengerti akan sosok laki-laki dihadapannya.

"Tatap mataku dan jawablah." Kata Shelly tegas yang menuruni sifat ayahnya yang seorang kepala polisi.

Mendengar hal itu, John kembali menatap Shelly. Namun, kali ini dengan tatapan dingin. Shelly dapat melihat manik mata John yang kemerahan. "Mmm..." Gumam John menggaruk tengkuknya, berusaha mencari alasan untuk dikatakan. "Ini cukup diluar dugaan, tapi tak seperti yang kau pikirkan."

"Jadi, seperti apa yang tidak kupikirkan?" Tanya Shelly sedikit sebal. John merasa diinterogasi oleh polisi sekarang, sedangkan Shelly merasa seperti memergoki pacarnya selingkuh didepannya. Tunggu, bukankah dia terlalu berharap?

Mysterious Girl [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang