Langkah kaki Feyla terbilang ringan ketika menelusuri lorong lantai pertama rumah sakit jiwa Chrissham. Kedua tangannya terayun secara teratur ke depan dan ke belakang bergantian di masing-masing sisi tubuhnya. Wajahnya datar seperti biasa, namun ini adalah kunjungan keduanya setelah kunjungan pertamanya sejak kelahiran si kecil Shelly untuk menunjukkan eksistensinya kepada Sophia. Mendengar kabar bahwa Sophia masuk ke rumah sakit Chrissham dan mengikuti rehabilitasi juga tidak membuat perasaannya membaik. Ia ingin lebih untuk membalas dendamkan kematiannya yang cukup memprihatinkan. Ia perlu sesuatu yang lebih sepadan, seperti kematian orang yang dicintai oleh anaknya, mungkin?
Tangan pucat Feyla memutar gagang pintu pasien bernomor 9 yang berada di kanan lorong, mendorong pintu tersebut dengan pelan tanpa membuat suara, dan menutupnya kembali setelah memasukinya. Tampak sosok wanita paruh baya disana, tengah duduk di lantai tengah ruangan sembari menatap tembok putih di hadapannya—seakan-akan dapat melihat menembusnya. Wanita itu bergeming, sedangkan Feyla mempertipis jaraknya hingga 1,5 meter dari wanita itu. Kunjungannya kali ini memang belum terencana beberapa tahun yang lalu. Ia juga tak menyangka akan menghadap kembali sosok sahabat dekat sekaligus musuh dalam selimutnya. Tak terpikirkan juga olehnya untuk mendengar atau pun melihat wujud sosok itu. Namun Feyla harus menerimanya agar semua berjalan dengan baik, sebelum ia mengucapkan perpisahan kepada dunia ini untuk yang kedua kalinya sebelum dendamnya terpenuhi.
Feyla melirik sesaat ke arah ranjang putih dengan selimut berantakan yang ada di sudut ruangan dekat jendela terbuka. Ia berpikir, mengapa ia lebih memilih duduk di lantai dingin daripada di atas ranjang yang empuk dan hangat? Pemikiran konyol. Untuk apa ia mengkhawatirkan musuhnya itu.
"Sophie..." Feyla kembali memanggil Sophia dengan nama kecil Sophia yang telah lama tidak ia ucapkan. Wanita itu tampak tersentak di tempatnya, lalu menoleh perlahan ke belakang dengan tatapan ngeri. Wanita gila itu tahu juga rupanya. Feyla tidak menyangka bahwa Sophia akan mengingatnya sampai sekarang, selain menjadi sebab atas kegilaannya. "Kau masih mengingatku?"
Sophia memekik kecil lalu menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali dengan cepat. "Tidak! Aku tidak mengenalmu! Pergi kau! Pergi! Jauh-jauh dari hidupku!" Sophia menarik rambut berantakannya dengan mencengkeramnya, membuat beberapa helaian rambut kumal lepas dari kulit kepalanya. Ia tampak semakin kacau hari ini.
Feyla berjalan mendekati Sophia, menghapus semua jarak diantaranya. Ada secuil perasaan tersisa untuk mengasihani sosok Sophia yang sekarang. Mengucapkan perpisahan kepada wanita itu tidak akan menjadi hal yang mudah baginya. Feyla berlutut, menyamakan tubuhnya dengan tubuh Sophia yang bersimpuh di lantai marmer yang dingin, lalu menatap datar Sophia. "Kau mengingatku?" Feyla bergantian menatap manik mata warna coklat milik Sophia yang berkaca-kaca. Sosok Sophia dulu adalah gadis yang ceria nan cantik, berbeda dengan sekarang yang mulai memiliki kerutan di kantong mata gelapnya juga dahinya. Feyla dapat melihat semua perubahan dan perbedaan dalam diri Sophia itu. "Kau pasti mengenalku, mustahil kau melupakanku."
Sophia menggeleng-geleng terpatah-patah. Ia terisak, terkadang memekik kecil. Raut mukanya penuh kengerian dan ketakutan. "Tidak, Feyla.. tidak.. aku tak mau melihatmu, kau membuatku menderita."
"Tidak, tidak... Seharusnya yang mengatakan itu adalah diriku. Kau mengerti bahasaku?" Feyla melanjutkannya disertai dengan gerakan tangan. "Aku, yang seharusnya, mengatakan, itu. Dan, bukannya, dirimu, yang mengatakannya. Mengerti?" Feyla memperlakukan Sophia seperti penderita tuna rungu. Feyla merasa kesal menghadapi wanita gila itu, namun ia jauh lebih suka menghinanya dalam kata-kata dan gerak-geriknya yang sarkastik.
"Hentikan! Jangan perlakukan ku seperti itu."
"Aku memperlakukanmu seperti binatang dan itu cocok untukmu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Girl [TAMAT]
FantasíaJohn tak menyadari kesalahan terbesar dari tindakannya yang mendekati si gadis misterius, Feyla Milagre. Ia kembali menguak cinta pertama ayahnya, bertemu dengan malaikat maut penuh muslihat, dan bertemu dengan jodohnya yang sebelumnya ia sempat sal...