John dan Feyla memasuki galeri foto tiga dimensi seusai penjaga memeriksa tiket yang melingkar di pergelangan tangan kiri mereka.
John menatap sekitar kearah lukisan dinding yang ada disana. Ada berbagai macam lukisan tiga dimensi disana. Mulai dari lukisan seekor naga yang terlihat menganga, siap menerkam para mangsanya, lukisan tebing yang curam, sampai sebuah kaki kesar yang akan menginjak apapun yang ada dibawahnya.
John merasa kagum pada semua lukisan yang ada disana, karena dirinya tak begitu pintar dalam hal melukis ataupun menggambar. Dan John ingin mengetahui ekspresi kagum Feyla ketika melihatnya. John segera melemparkan pandangan kearah Feyla yang ada disampingnya.
Sungguh tak terduga, John pikir Feyla akan terkejut dengan mulut menganga, atau mengluas senyum lebar di wajahnya. Namun itu tak terjadi. Yang ada, malahan Feyla berjalan dengan wajah tenang dan kedua mata terpejam. Dan ada di kepala John kali ini adalah apa yang Feyla pikirkan sekarang?
Bruk!
Tubuh John menabrak keras seorang pria jangkung berpakaian serba hitam. Mulai dari sweater turtle neck hitam hingga balutan jas berwarna hitam pula. Celana panjang hitam, sepatu pantovel hitam, dan kaus kaki hitam pula. John menggunakan tangan kirinya untuk menahan pening di dahinya. Mata John mulai mengamati wajah pria yang baru saja ditabraknya dengan keras. Walau kepalanya pusing, John dapat menangkap sedikit seringai di wajah pucat pria itu. Pria jangkung itu memiliki mata yang tajam berwarna merah dengan rahang tegas yang nyaris sempurna. John yakin, jika ia yang sekarang adalah perempuan, ia akan jatuh cinta pada pria itu. Dan John bersyukur, karena telah ditakdirkan sebagai laki laki.
"Maaf aku... aku tak melihat kedepan." ucap John menahan pusingnya. Benturan tadi cukup keras, namun mengapa pria itu bergeming sedangkan John masih merasakan sakitnya?
"Oh, tak apa. Aku maafkan. Memang banyak orang yang tak melihat jalan dengan benar. " sindir pria jangkung itu dengan senyuman.
John tak menggubris sindiran itu meski tahu dengan benar pria itu menyindirnya. John berusaha menghilangkan rasa pusing yang sepertinya tidak ingin meninggalkanya.
"Maaf, sepertinya ada kotoran di bajumu." pria jangkung itu mengibas - kibaskan sesuatu di dada kiri John.
Pandangan John sedikit kabur melihat bajunya, dan mungkin memang benar adanya debu itu di sana.
" Terima kasih... " ucap John lemas lalu merapikan kembali bajunya.
"Sama-sama." Pria itu tersenyum lalu meninggalkan John.
Aku melibatkanmu...
Tiba-tiba sebuah suara terdengar di dalam kepala John. John tak tahu mengapa, namun setelah suara itu terdengar, rasa pusing yang bersarang di dalam kepalanya perlahan menghilang dengan ajaib. Bukannya merasa curiga, John malah bersyukur dengan adanya suara yang terdengar di dalam kepalanya, walau dalam sudut pikirannya, suara itu cukup membuatnya merinding.
John menepis jauh-jauh pikiran itu lalu mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya untuk mencari Feyla yang baru saja ia ketahui telah menghilang dari sisinya. John melangkahkan kakinya berkeliling di tempat itu dan berusaha mencari sosok Feyla diantara banyak orang yang berfoto disana.
Seorang gadis berambut panjang sepinggang dengan pakaian berwarna hitam dipadu dengan warna putih, tengah menatap lukisan tiga dimensi sesosok malaikat maut dengan jubah hitam bertudung yang tengah mengangkat dead scythe seakan-akan hendak mengambil nyawa seseorang. Gadis yang tak lain adalah Feyla. Dengan segera saja John hampiri.
"ada apa? Kukira kau pergi entah kemana." Ujar John berhenti disamping Feyla. "ini lukisan apa? Malaikat maut? Benar-benar tampak seperti aslinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Girl [TAMAT]
FantasíaJohn tak menyadari kesalahan terbesar dari tindakannya yang mendekati si gadis misterius, Feyla Milagre. Ia kembali menguak cinta pertama ayahnya, bertemu dengan malaikat maut penuh muslihat, dan bertemu dengan jodohnya yang sebelumnya ia sempat sal...